i. who likes monday?

127K 4.8K 362
                                    

Status: Edited

Hari Senin dengan kejamnya datang untuk entah kesekian kalinya. Rasanya seperti kembali pada kenyataan yang pahit. Aku tahu aku terdengar sangat berlebihan, tapi aku yakin semua remaja—atau bahkan hampir semua kalangan setuju dengan pernyataanku barusan. Siapa yang suka hari Senin?

Aku tipe orang yang senang berkencan dengan tempat tidur, jadi wajar saja kan kalau aku ingin tinggal beberapa saat lagi? Tempat tidur ini lebih nyaman daripada kenyataan.

"Arinda, bangun sayang!" suara Mama mulai terdengar dari kejauhan.

Dan ya, itu artinya aku harus bangun sekarang juga untuk menghadapi realita. Realita sebagai siswi sekolah menengah keatas yang sedang mati-matian mengejar nilai namun secara bersamaan ingin menikmati hidup. Dilema pelajar.

Aku mendudukkan diriku dan meregangkan tubuhku. Aku harus cepat-cepat bangun sebelum Mama datang menyusulku dan mengomeliku dengan omelannya yang berkepanjangan dan tidak berujung. Aku sangat menyayanginya, tapi kadang omelannya suka membuat kepalaku pusing.

Dengan secepat kilat aku bersiap-siap dan mengenakan seragam sekolahku; kemeja putih dan rok putih. Entah kenapa aku tidak menyukai seragam hari ini, terlebih kelakuanku yang teledor suka menodai rok putihku. Sekarang nasib rok itu sudah tidak karu-karuan. Atau karena aku memang membenci semua hal yang berbau-bau hari Senin? Entahlah akupun tidak tahu.

Aku mengikat tali sepatu converse hitam andalanku—yang sudah sangat buluk karena aku memakainya setiap hari sejak sekolah menengah pertama. Nasibnya sangat mengenaskan, sungguh. Warnanya yang semula hitam sekarang sudah memudar, dan talinya yang semula putih sekarang sudah tidak jelas warnanya apa. 

Setelah semuanya siap, aku menunggu Mama dan Rizal, adikku yang masih duduk di kelas 5 sekolah dasar di ruang tamu.

Sejujurnya, aku malu mengakuinya tapi aku berangkat dan pulang sekolah masih dengan ibuku. Orang tuaku adalah tipe orang tua yang over protektif, buktinya saja aku tidak boleh bawa kendaraan ke sekolah sendirian dan tidak bisa pulang terlambat karena Mama akan menungguku di parkiran sekolah. Aku tidak boleh membawa kendaraan sendiri sebelum aku mendapatkan SIM-ku. Tapi aku sayang mereka dan semua itu tidak menjadi beban untukku. Um, mungkin kadang-kadang.

Mama selalu mengantarku kelewat pagi, buktinya sekarang baru pukul enam lewat sepuluh menit, mobil Mama sudah terparkir di depan gerbang sekolah.

"Hati-hati ya, Rin. Belajar yang bener, jangan main terus," ujar Mama.

Aku mencium tangan Mama dan mengangguk, "iya Mama bawel."

Sekolah masih sangat sepi. Parkiran motor yang barusan aku lewati baru terisi satu motor. Cuma murid-murid kelewat rajin saja yang mau datang kesini. Aku? Oh, aku bukannya rajin, tapi semua ini kulakukan karena unsur keterpaksaan. Kalau aku membawa kendaraan sendiri, mungkin aku akan terlambat hampir setiap hari.

Kini aku sampai di kelas 10 IPS 1. Kelas gila yang merupakan kelasku itu masih kosong-melompong. Aku memilih tempat duduk kedua dari depan karena aku akan mengantuk jika duduk di belakang. Aku meraih ponselku dan memasang headset karena bosan. Lantunan suara Chrissy Costanza, vokalis band Against The Current alias band favoritku langsung terdengar di telingaku.

Tak lama kemudian terdengar suara pintu berderit dan suara bedebam yang cukup keras. Aku melepas headset-ku dan melihat apa yang ada di depan pintu.

Adira. Gadis yang telah menjadi sahabatku selama kurang lebih sepuluh tahun. Cewek kelewat rajin yang hobi datang pagi atas kemauannya sendiri, dan suka nabrak pintu. Entah keberapa kalinya ia menabrak pintu akibat bawaannya yang banyak.

Dreaming Alone [Published]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora