BALAS DENDAM

977 129 17
                                    

"Cepetan Set!" Sutuh Hendra kesal.

Mereka sedang menaiki tangga menuju lantai empat. Kalau menggunakan lift pasti akan berbunyi. Lift menuju ke atas sama ke ruang bawah tanah jauh berbeda. Lift menuju ruang bawah tanah sangat tidak bersuara karena lift itu juga menuju ruang rahasia. Sedangkan untuk menuju ke atas, suaranya sangat besar.

"Kalau gitu lu aja noh jalan paling depan. Disko nih jantung gue!" Balas Seta ngegas. Tapi ia masih berbisik, ia harus tahu kondisi kapan untuk berteriak dan kapan untuk menahan teriakan tersebut.

"Kagak, mati duluan gue ntar." Tolak Hendra.

Mereka berempat sudah berada di depan pintu perpustakaan. Saat Seta mengambil ancang-ancang untuk mengetuk pintu tiba tiba ia mendengar suara sesuatu.

Itu seperti suara langkah kaki mendekat.

"Lu ngapain bengong?! Ketok cepat! Au dah lu lama."

Juan langsung memukul pintu perpustakaan. Ia menggunakan otot nya supaya Mahen dan Juna tahu kalau mereka semua sudah sampai di depan.

"Bang! Buka!"

Yang berteriak itu Nares. Ia sudah tidak bisa menahan diri saat melihat ada dua orang bertopeng yang berdiri di depan mereka. Kalau orang tadi membawa tongkat baseball dan kapak, sekarang orang itu membawa pistol dan pedang.

"Hai, Hendra." Sapa salah satu diantara mereka.

Hendra menatap orang bertopeng itu takut. Ia mendekatkan dirinya pada pintu perpustakaan. Lalu memukulnya kuat. "Bang!" panggilnya.

Juan menempelkan telinganya pada pintu, ia mendengar suara decitan. Tidak salah lagi, pasti Juna dan Mahen berusaha untuk memindahkan benda yang menghalangi pintu.

Seta hanya diam. Ia menatap tajam kedua orang yang berada di depannya. Meraka harus mengalahkan kedua orang ini sebelum masuk ke perpustakaan.

"Hai, Seta. Kau tahu? Sebenarnya aku tidak ingin membunuhmu, namun kau melukai kekasihku. Haha, ini hukuman untukmu." 

Hendra, Juan dan Nares merapat ke belakang tubuh Seta. Mereka bertiga mengacungkan pistol yang ada di tangan mereka pada orang yang berdiri di depan mereka.

"Lu ngincar gue? Biarin mereka pergi."

Juan langsung menendang kaki Seta, "Kita gak akan ninggalin lu." desisnya.

"Sakit Jun."

"Biarin!"

"Kau bunuh dua, aku bunuh dua. Lagi pula kita punya dua orang yang menjadi target di antara mereka."  ucap salah satu diantara mereka.

"Kenapa harus dua? Sebentar lagi pintu perpustakaan akan terbuka, kita bisa membunuh tiga orang sekaligus."

"Ikuti saja perintah ku!"

"Dasar kakak Sally!"

DOR!

Seta menembak dada kiri orang yang di sebut 'kakak Sally'. Matanya menatap darah yang keluar dari tubuh pria di depannya.

[✓] 1. Petak UmpetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang