Bab 2:Melarikan diri

32.2K 3K 20
                                    

Asma datang ke rumah sahabatnya, untuk berkeluh kesah. Mengeluhkan tentang pernikahan nya dengan Yusuf yang tinggal menghitung hari, pernikahan yang dia tidak mau lakukan. Setampan apapun Yusuf, dia tidak suka. Acara lamaran berlangsung sederhana seminggu yang lalu, Yusuf hanya datang bersama Abah Abdullah, umi Salamah dan kakaknya Ridho.

"Tolong aku, aku gak mau nikah sama Yusuf" lirih Asma, dia menangis di kamar sahabatnya Husna. Husna diam, dia bingung harus menolong sahabatnya bagaimana.

"Pernikahan kamu sebentar lagi, ini takdir. Kita gak bisa apa-apa, aku juga lihat pasti calon suami kamu itu baik" ujar Husna, melihat Yusuf di acara pertunangan kemarin. Begitu gagah dan tampan, ketampanan nan berwibawa.

"Kamu nyebelin tahu gak, kalau kamu mau. Kamu aja yang nikah sama laki-laki itu sana!" Asma kesal dengan Husna, Husna langsung memeluk Asma yang masih menangis. Dia usap air mata Asma berulangkali.

"Aku selalu berdoa semoga kamu dapat laki-laki baik, apa salahnya dengan Yusuf. Dia ganteng, Sholeh. Kamu gak suka karena belum kenal sama dia" Husna menjelaskan, Asma menggeleng kepala. Dia tetap tidak mau, dan menganggap Yusuf adalah hambatan untuknya menggapai cita-citanya.

"Sabar ya" ucap Husna lagi dan Asma diam, dia diam sedang memikirkan cara bagaimana bisa dia kabur. Sementara di rumah banyak orang, Ramli bahkan terus memperhatikan gerak-geriknya. Ramli tahu, Asma nekad. Dia selalu keras kepala dan tidak mau diatur, dan Ramli tidak mau Asma melakukan hal gila untuk menggagalkan pernikahannya.

"Assalamu'alaikum, Asma ayo pulang" teriak Ramli dari luar, baru saja Asma memikirkannya. Ramli sudah datang.

"Wa'alaikumus Salaam" jawab Husna."Ayo, ayah kamu udah nunggu. Sabar ya Asma, semua takdir dari Allah memang gak semua hal yang selalu kita inginkan. Sabar ya, jangan nangis terus"

Asma mengangguk, lalu Husna mengajaknya pergi karena Asma harus segera pulang.

"Aku nanti ke rumah kamu, mau bantuin kue" seru Husna dan Asma mengangguk.

"Datang aja, ngumpul bareng" seru Ramli.

"Iya pak hehe" Husna tersenyum.

"Kami pamit ya, assalamu'alaikum"

"Wa'alaikumus Salaam"

Asma dan Ramli pergi berjalan kaki, padahal tidak jauh. Tidak perlu juga dijemput, tapi ternyata Ramli sangat takut Asma kabur.
***
Hari ini semua orang sibuk untuk mempersiapkan pernikahan besok. Mereka semua tidak sadar jika Asma pergi diam-diam.

"Asma, charger Abang dimana?" tanya Iqbal. Dia membuka pintu kamar Asma yang sudah di hias sedemikian rupa itu tapi Asma tidak terlihat.

"Asma" panggil Iqbal lagi, dia merasa tidak enak hati melihat Asma tidak ada. Iqbal bergegas keluar untuk menanyakan keberadaan Asma kepada yang lain.

"Bu, Asma dimana?" tanya Iqbal. Ibunya terheran-heran karena Asma tadi dia lihat ada di kamarnya.

"Tadi di kamar" jawab bu Anna.

Iqbal langsung pergi untuk kembali mencari Asma, semua orang terlihat bingung, mereka semua panik karena Asma tidak ada. Iqbal kembali masuk ke kamar Asma, langkahnya terhenti saat melihat jendela yang biasanya terkunci rapat itu terbuka. Asma tidak pernah membukanya, karena di sebelah jendela adalah lemari plastik pakaiannya. Lemari plastik itu juga sudah pindah posisi dan Iqbal yakin, jika Asma kabur.

"Asma kabur" seru Iqbal, kedua rahangnya mengeras. Tatapannya begitu tajam serta tangannya yang terkepal kuat. Raut wajah Husna terlihat panik dan juga memerah, kedua telapak tangannya berkeringat dingin. Dia tahu Asma kemana dan tujuannya ke tempat siapa, Asma sedang menuju ke terminal. Di sana, Arif temannya menunggu dan Asma akan tinggal di kos-kosan Arif untuk sementara waktu sampai rencana pernikahannya dengan Yusuf benar-benar gagal total.

"Anna!" teriak ibunya, Bu Fatmi. Husna dan semua orang panik melihat bu Anna pingsan tidak sadarkan diri, suaminya pak Ramli mendekat. Dia rengkuh tubuh istrinya yang lemas itu lalu menggendongnya, membawanya ke kamar.

Awas kamu Asma..

Iqbal kesal dan marah, bisa-bisanya gadis itu kabur setelah persiapan pernikahan sudah 99% dan besok adalah hari pernikahannya. Tanpa berbicara kepada siapapun, Iqbal pergi mengendarai motornya kencang untuk segera mencari Asma dan menyeretnya pulang.

Di jalan, Asma sedang berada di sebuah bus. Bus melaju menuju terminal dan sesekali berhenti menaikkan penumpang.

Aku harap tidak ada yang sadar aku kabur, hanya sampai terminal ya Allah. Aku mohon, aku tidak mau menikah dengan pria itu.

Kecemasan dan rasa khawatir menyelimutinya, dia takut ada yang sadar dan niatnya kabur gagal. Entah bagaimana dia akan mengurus semuanya nanti, tak apa yang penting dia sekarang menghindar dulu. Asma menoleh dan dia melihat Iqbal sedang menatapnya sambil mengendarai motornya, tidak susah bagi Iqbal untuk mengenali Asma. Asma memiliki tubuh yang ideal, rambutnya berwarna pirang dan panjang sepinggang. Bagaimana Asma duduk pun Iqbal tahu. Keduanya tumbuh bersama, bagaimana bisa tidak saling mengenali.

"Iqbal" lirih Asma, dia benar-benar takut melihat tatapan Iqbal. Iqbal terus mengikuti Bus tersebut. Sesampainya di terminal, Asma buru-buru turun sampai menabrak penumpang yang lain.

"Pelan-pelan dong" protes penumpang yang lain. Asma tidak perduli, dia langsung berlari untuk menghindari Iqbal dan mencari dimana Arif menunggunya.

ISTRI KECILKU ASMAWhere stories live. Discover now