Bab 3: Menikah muda

37K 3.3K 292
                                    

Peluh memenuhi wajah gadis itu, dia pegang erat tas selempang besarnya yang berisi pakaian. Dia sesekali menoleh untuk melihat apakah Iqbal berhenti mengikutinya, ternyata tidak. Iqbal malah terus melangkah cepat dan sesekali berlari kecil agar bisa menahan Asma. Dia ingin sekali menyeret gadis itu tapi situasi tidak memungkinkan, sangat ramai dan dia bisa celaka sendiri.

Bibir Asma tiba-tiba mengukir senyuman, dia berlari kencang dan Arif terus melambaikan tangannya. Tangannya tiba-tiba diam dan turun perlahan saat melihat Iqbal.

"Mampus, ada kakaknya Asma" ucap Arif berbisik. Asma kebingungan melihat Arif naik ke atas motornya dan pergi begitu saja.

"Arif gila! Kurang ajar!" teriak Asma, dia meringis saat pergelangan tangannya dicengkeram kuat. Iqbal menarik pergelangan tangannya kasar.

"Pulang" ajaknya sambil terus menarik lengan Asma. Asma menginjak kaki kanan Iqbal kasar.

"Aaaagh" Iqbal meringis dan melepaskan cengkraman nya, merasa mendapatkan kesempatan untuk kabur. Asma berlari dan Iqbal memegang kakinya yang berdenyut hebat. Ibu jarinya terluka dan berdarah.
Asma terus berlari, bercucuran keringat dan terus berusaha mencari bantuan. Iqbal yang merasa kesal, berlari menyusulnya.

Asma menarik pintu mobil entah mobil siapa tapi dia di dorong dari dalam oleh seorang pemuda sebayanya.

"Saya mohon, izinkan saya bersembunyi di sini. Saya mohon" ucap Asma dan terus memelas, laki-laki itu diam dan malah menutup kaca mobilnya.

Brak brak brak

Asma terus menggebrak kaca mobil tapi laki-laki itu diam tidak merespon. Iqbal menjambak rambut Asma dan menariknya, Asma meringis dan menangis. Merasakan ngilu di kepalanya yang begitu menyiksa, laki-laki di dalam mobil tadi terlihat biasa saja padahal seorang gadis di siksa di hadapannya.

Plak...

Tamparan keras mendarat di pipi kanan Asma, pipi cabinya terlihat merah berbekas lima jari Iqbal di sana. Asma terus di tarik, pinggangnya di rangkul kasar.

"Aku gak mau" lirih Asma.

"Kamu gak mau? Pernikahan kamu itu besok Asma. Ibu pingsan gara-gara kamu, kalau sesuatu terjadi sama ibu. Aku bunuh kamu Asma" tegas Iqbal mengancam, Asma menghela nafas panjang. Dia usap air matanya saat mendengar Bu Anna pingsan karena ulahnya, anak seperti apa dia yang membuat ibu dan ayahnya kesulitan, apa karena ini ayah dan ibu kandungnya Allah ambil darinya?.

Asma diam, dia terus menyalahkan diri sendiri.

"Jika harus aku bongkar semuanya, aku gak pernah suka padamu karena kamu pembawa sial Asma. Ibuku dan Rizky, menganggap mu seperti anak sendiri tapi apa balasan yang kamu berikan?" tegas Iqbal, Asma terdiam. Pipinya bengkak dan sudut bibirnya berdarah."Orang tuamu bahkan meninggal karena ulah kamu"

"Kalau Abang memang benci saya, hina saya. Tapi jangan bawa-bawa orang tua saya yang sudah meninggal. Abang keterlaluan" bentak Asma. Dia hendak melangkah tapi Iqbal mencengkram pergelangan tangannya kembali.

"Sekali saja kamu melangkah pergi, jangan harap kau bisa melihat ayah dan ibuku" tegas Iqbal. Ancaman yang membuat Asma terhuyung hampir terjatuh, dia tak mau sampai begitu. Dia ingin bertemu dengan Bu Anna dan pak Ramli.

"Walaupun hanya sedikit kewarasan dalam otak mu ini, gunakan itu sebaik-baiknya Asma" tegas Iqbal kembali seraya menoyor kepala Asma kasar."Kamu pilih, mau pergi atau tetap diam dan bisa melihat ayah dan ibu lagi?"

Asma semakin tersudut, dia tak bisa memilih keduanya sekarang. Iqbal memang pandai menyudutkannya. Melihat Asma terdiam, Iqbal menganggapnya sebagai sebuah persetujuannya.

ISTRI KECILKU ASMAWhere stories live. Discover now