Niat

363 0 0
                                    

Tak pernah terbahas lebih dalam jika kita tidak mau untuk menjaba tangan dan bisa memberikan hati nya. Ini adalah bagian yang terlupakan, karna kita bukan mencari tenang tetapi lebih tepatnya kesibukan. Kesibukan akan banyak lebih dicari karna untuk menjaga kita dihadapan orang lain. Padahal untuk lebih dari itu ketenangan membuat semua kesibukan jauh lebih ringan. Tetapi hal ini akan terbantah jika kita terburu - buru.

Sedikit cerita.
Dimana aku yang hanya mengandalkan rasa keinginan tanpa niat yang kuat. Terasa berat karna aku terburu - buru dengan jangkauan yang ternyata sangat panjang dan belum siap nya mental dan apa yang ku punya pada saat itu. Cukup bimbang karna fikirku itu kebutuhan ku, cuman lebih tepatnya yang aku sadari sekarang adalah waktu yang menjawab kesiapan segalaya. Andai aku dulu tidak lebih mementingkan hasrat ingin saja, dan lebih berfokus kepada mengukur apa yang aku punya. Mungkin kejadian itu tidak akan pernah menjadi cerita yang aku tutupi sekarang. Karna jika berkata siap untuk menikah bukanlah berkara sex dan hasrat untuk bercinta. Melainkan menjadikan diri kita lebih baik, sadar apa yang kita punya dan mental yang perlu kita genggam kuat. Itu hanya cerita kecil saja dan aku sudah tak didalamnya lagi.

Aku yakin hal yang mendasar adalah niat. Niat untuk bisa berkomitmet dan mencari kebahagiaan bersama. Tidak lupa juga berikutnya dengan tanggungjawab yang mesti terlibat didalamnya. Bukan sekedar mencuci, memasak ataupun membereskan rumah. Lebih dari itu! Lantas apa harus terus menerus mementingan pekerjaan sehari - hari saja? Kapan ada "making love"? Menurutku, cukup hanya pemanis saja untuk hal itu. Karna aku menemukan hal yang istimewa selain itu.

Bercerita dengan realita nya. Banyak sekali perpisahan yang terjadi. Apakah itu tentang urusan ranjang? Ya, mungkin bisa terjadi. Tetapi yang didasari itu adalah rasa nyaman, tenang dan bahagia didalam membangun keluarga itu. Tepatnya menurutku, bahagia bukan untuk satu belah pihak dan pihak lainnya terpaska atau bahkan menjadi korban perasaan sendiri. Perlu kita pelajari lagi masalah ego termasuk diriku.

Aku mencoba terus menulis ini adalah sebagai nilai berharga untuk segala bentuk yang aku alami dan aku rasakan setiap saatnya. Bukan berarti hal lemah seperti ini adalah buat segala sesuatunya jadi seolah "lebay" tetapi setiap catatannya aku menaruh harapan ada yang pasti indah pada saat aku mencoba memperbaikinya dengan caraku sendiri. Tentunya yang baik dan bisa diterima dengan keyakinanku.

Harus terus belajar.
Ya. Karna memang harfiyah manusia dituntut untuk terus belajar hingga ajal nya datang. Harus menjadi hal yang berharga ketika menemui solusi setiap ada permasalahan yang telah kau selesaikan. Aku berharap saja, jika sesuatu terjadi hal yang sama kepada diriku. Apapun itu masalahnya. Aku akan menjadi lebih baik untuk menghadapinya. Coba ulangi terus kalimat ini. Akupun mencobanya beberapa kali. Semoga adalah harapan dan harus adalah penekanannya. Akan lebih jauh lebih baik jika ada harapan dan kita ikut berusaha untuk merubahnya bukan? Dan yang aku tau sekarang, aku dan kamu sudah menjadi bagian dalam ilusi otakmu. Karna bukan hanya aku yang merasakan tetapi bisa juga kamu yang lebih dulu ada ditulisan ini.

Saling menguatkan satu sama lain justru akan lebih meringankan bebanmu saat ini, meskipun kamu dan aku terpisah dengan tulisan ini.

Benang Merah KeluargaWhere stories live. Discover now