Sakit

3.6K 291 132
                                    

Pipinya terasa panas berkat tangan sang Ibu yang menamparnya tadi. Sambutan yang sangat membekas, dan Fabian merasa sangat terkejut mendengar kata yang Ibunya lontarkan selanjutnya.

Bagaimana Ibu bisa tahu?

Siapa yang berani memberitahukan hal ini kepada orangtuanya di sini?

"Bu—" ucapan Fabian terpotong saat seorang pria dewasa dengan jas mewah berjalan memasuki ruang utama rumahnya. Dengan angkuh, pria itu berdiri tidak jauh dari Ibunya. Menatap mereka dengan pandangan merendahkan yang membuat emosi Fabian terasa ditarik sampai ke ubun-ubun kepalanya.

Itu Ayahnya Adinan. Orang yang selalu menyiksa Adinan. Walaupun ia hanya pernah melihat lelaki itu lewat foto yang Adinan perlihatkan kepadanya dari handphone, Fabian masih ingat dengan sangat jelas wajah monster ini.

"Ternyata benar, orang yang tinggal di Kampung seperti kalian ini gak bisa becus ngurus anak mereka sendiri." Ayahnya Adinan berjalan mendekatinya, menginjak karpet yang biasanya menjadi alas duduk Abah dan Ibu saat makan dengan sepatunya yang tidak dilepas.

"Ibumu yang kolot ini gak pernah kasih tahu kamu pelajaran tentang kodrat manusia, ya? Laki-laki itu kodratnya sama perempuan." Ucapan lelaki itu serta jari telunjuknya yang menunjuk Ibu dengan sangat tidak sopan, semakin menyulut emosi Fabian. Ia tidak suka jika Ibunya direndahkan seperti ini, tidak oleh siapapun!

Mata Fabian terbelak marah. Kedua tangannya yang berada di samping tubuhnya mengepal dengan sangat erat. Berani-beraninya manusia iblis itu merendahkan orangtuanya, padahal dia yang tidak pernah bisa menjadi sosok orangtua yang baik untuk anaknya.

"Ayah..." Adinan mengenggam lembut tangan Fabian. Mengusap punggung tangan pemuda itu perlahan, berusaha menenangkan kekasihnya seraya menatap tajam ke arah Ayahnya.

"Apa? Kamu mau belain pacar kamu yang miskin itu? Ngapain kamu belain orang miskin kayak dia! Ayah 'kan sudah pernah bilang, kalo kamu mau jadi gay, cari orang yang satu kasta sama kita! Kaum mereka ini cuma pantas buat dijadikan upik abu!" seruan ayahnya Adinan yang sangat tidak sopan itu sedikit mengagetkan Ibu. Wanita kesayangan Fabian itu sedikit berjalan mundur seraya memegang dadanya yang berdebar takut.

Bisa Fabian lihat jika kedua tangan sang Ibu bergetar ketakutan. Ia yakin, sebelum mereka datang, pasti lelaki di depannya ini bertingkah baik dan manis agar Ibunya bisa ia perdaya dan membuat mereka datang ke Ciamis dengan cepat.

"Tolong jaga ucapan anda ya, Pak! Keluarga saya memang miskin, tapi jauh lebih beradab dibandingkan dengan anda!" sunggut Fabian. Urat lehernya terlihat tegang, matanya semakin membelak dengan emosi yang terpancar jelas di sana.

"Diam kamu! Sudah jelas kalo kamu yang membuat anak saya menjadi gay! Didikan mana lagi selain dari kedua orangtuamu!"

"Lu sendiri yang bikin anak lu jadi kayak gini! Jangan pernah lu nyalahin orangtua gua yang udah rawat gua bahkan perlakuin anak lu jauh lebih baik ketimbang sama perlakuan lu, orangtuanya!"

Fabian tidak bisa diam lagi. Ayah kekasihnya ini semakin membuat dirinya kesal. Pemuda itu menghempaskan tangan Adinan yang sedari tadi mengenggamnya. Ia berjalan mendekat lalu menarik kerah kemeja pria itu dengan sangat kencang. Membuat pria dewasa yang sedikit lebih pendek dari Fabian itu mendongak.

"Kalau lu enggak memerlakukan anak lu kayak gini, dia gak akan pernah ngerasa kekurangan kasih sayang dan perhatian dari sosok laki-laki di hidupnya! Pikir pake otak sama hati nurani anda, Pak! Tujuh tahun anda sudah menjadi monster terhadap anak anda yang seharusnya mendapatkan kasih sayang dari sosok Ayahnya! TUJUH TAHUN ANDA SELALU MUKULIN DIA SAMPAI BABAK BELUR! Apa anda pantas melakukan hal seperti ini?! Enggak, pak! Ini semua keterlaluan kalau anda sampai nyalahin orangtua saya padahal semua ini hasil dari perbuatan anda sendiri!" Satu bogem mentah mendarat di pipi tirus pria itu, membuatnya sedikit terhuyung seraya memegangi pipinya. Bercak darah sedikit mengotori sudut bibir pria itu yang sekarang sudah kembali berdiri tegap, ingin membalas apa yang Fabian lakukan kepadanya barusan. Namun, hal itu dihentikan ketika seorang pria dewasa lainnya yang memiliki wajah yang hampir mirip dengan Fabian datang lalu menahan tangan Ayahnya Adinan.

Friend with benefits - TAEKOOK SWITCH [Smut 21+] Where stories live. Discover now