36. Sweet Night

537 66 2
                                    

H A P P Y R E A D I N G

***

Malam tiba..
Sinar rembulan menerpa wajah Hyejin yang sedang berdiri di atas balkon kamar.
Di kamarnya sekarang hanya ada beberapa lilin yang menyala. Hyejin yang merasa sudah lumayan dingin di luar memutuskan untuk masuk kedalam dan menutup pintu balkon.

Hyejin duduk di depan meja rias, sambil menatap pantulannya dicermin. Ia tersenyum melihat bayangan itu. "Aku akan melupakannya!" Putus Hyejin.

Tiba-tiba Heeseung masuk ke dalam kamar dan lilin yang menerangi kamar langsung padam, Hyejin terkejut akan itu. Di kamarnya kini hanya dua buah obor dan penerangan bulan.
Hyejin langsung menoleh ke belakang dan mendapati Heeseung yang menatapnya. Hyejin sontak mundur ketika Heeseung memajukan wajahnya, tapi pria itu langsung menahan pinggang Hyejin dan menariknya agar mendekat.

Wajah mereka kini hanya beberapa jengkal saja, hidung yang hampir bersentuhan membuat Hyejin meneguk saliva nya dengan kasar.
Walaupun dalam kegelapan, ia bisa melihat dengan jelas wajah Heeseung yang entah mengapa menurutnya sangat tampan.

"Kau sangat cantik" ucap Heeseung dengan suara yang berat. Hyejin merinding akan itu, ia mencoba melepaskan rangkulan Heeseung tapi tidak bisa. Entahlah, wajah Hyejin kini mendadak menjadi merah semerah tomat.

"Sedekat ini, bukankah jantungmu berdetak dengan kencang?" tanyanya.

Hyejin tak bisa berbohong, kalau sekarang jantungnya tidak aman.

"Besok aku harus pergi ke Tabib. Memeriksa apakah jantungku baik-baik saja" ucapnya dalam hati.

"Bolehkah malam ini?" tanyanya penuh arti.

Wanita itu terdiam tak menjawab pertanyaan suaminya. Ia masih sedikit takut akibat perlakuan Heeseung waktu malam itu, walaupun lembut tetap saja membuatnya takut.

"Tidak apa. Aku mengerti."

Hyejin masih terdiam, hal itu membuat Heeseung mencium bibir Hyejin sebentar dengan tujuan mengembalikan lamunan wanita itu.

"Kenapa melamun, hm?" tanyanya, masih dengan tangan yang merangkul erat.
Hyejin menggeleng, lalu Heeseung menarik tangan Hyejin mengajaknya untuk duduk di atas sofa.

Saat sampai di sofa, Heeseung menyalakan lilin yang tadinya padam. Lalu tersenyum melihat Hyejin. Oke sekarang jantung Hyejin benar-benar bermasalah, hanya melihat senyuman Heeseung, ia gugup seperti ini.
Asik berbicara sendiri dalam hati, tiba-tiba dan sama sekali tak menduga Heeseung membaringkan dirinya di paha Hyejin. Dan menatap wajah wanita itu dengan intens-nya. Jemari Heeseung terangkat memainkan beberapa helai rambut Hyejin yang halus dan lembut.

"Cantik."

Hanya satu kata yang keluar dari mulut Heeseung berdampak tak baik untuk Hyejin. Jantung Hyejin kini benar-benar tak beraturan.

"Apakah aku akan mati malam ini?" tanyanya ngasal.

"Te-terima kasih" cicit Hyejin seraya mengalihkan pandangannya, tapi dengan lembut Heeseung menarik dagu Hyejin agar menatapnya.
Heeseung masih menatap Hyejin dengan senyumannya, lalu Heeseung mengisyaratkan Hyejin untuk membelai rambutnya, dengan menuntun tangan Hyejin.

"Kenapa dia sama seperti Jay?"

Dengan perlahan, Hyejin mengelus rambut Heeseung. Pria itu langsung memejamkan matanya, menikmati sentuhan yang diberikan sang istri. Dengan mata yang terpejam, Heeseung memiringkan posisinya menghadap perut Hyejin. Hal itu membuat Hyejin geli.
Deru nafas yang teratur, menandakan pria itu sudah tertidur.

"Secepat itu?" tanya Hyejin heran.

Wanita itu menghentikan aktivitas nya sejenak, lalu berkata, "Aku tak menyangka, kau memiliki sifat selembut dan semanis ini. Ternyata ibu benar, pria tegas nan sedikit kejam sepertimu, ternyata sangat ingin di hangatkan. Kau pria yang baik. Terima kasih kau sudah mau menerimaku, aku akan belajar mencintaimu, Heeseung." Untung saja pria itu sudah tidur, jika ia bangun.

Hyejin takkan berani mengatakan semua itu. Jemari Hyejin kini beralih untuk membelai lembut wajah sang suami dari samping.

"Mumpung tidur" ucapnya.

Heeseung sama sekali tak terganggu akan itu. Hyejin yang kini juga sudah lelah, bukan karena pahanya yang direbahi, melainkan tubuhnya dan matanya yang lelah.
Dalam kegelapan malam, Hyejin pun ikut tertidur dengan kepala yang menyandar di bantalan sofa.

•••

Burung berkicauan menyambut datangnya pagi.
Mata Hyejin terbuka perlahan, saat ia merasakan seseorang memeluk perutnya dari samping. Saat menoleh, tentu saja tangan itu milik Heeseung.
Hyejin yang menyadari kini mereka di atas kasur, mencoba mengingat kejadian kemarin malam.

"Kau sudah bangun?" suara serak itu mengejutkan Hyejin. Ia hanya berdehem menjawab pertanyaan itu. Saat Hyejin ingin bangun, Heeseung menahannya dan akhirnya Hyejin kembali jatuh ke atas kasur.

"Apa yang kau lakukan? Aku harus mandi dan ikut menyiapkan sarapan" ucapnya

"Tidak perlu. Itu tugas pelayan, kita kembali tidur saja" jawab Heeseung pelan dengan mata yang masih terpejam, kini ia menaruh wajahnya di ceruk leher Hyejin.

"Kau saja yang tidur. Aku harus bangun" balas Hyejin yang mencoba untuk melepaskan pelukan Heeseung, tapi bukannya terlepas malah tambah erat.

"Heeseung, aku tak bisa bernapas" bohong Hyejin.

"Benarkah? Kalau begitu, mau ku buatkan napas buatan?" goda Heeseung dengan wajah yang nakal.

Hyejin langsung bangun saat pelukan itu mulai melonggar.
Saat terlepas dari pelukan, Heeseung juga ikut bangun serta mencuri ciuman pagi dari Hyejin dan langsung berlari ke arah ruang mandi.
Hyejin menghembuskan napas jengah. Lalu menunggu pria itu sampai selesai mandi.

Setelah Heeseung selesai mandi dan berpakaian, barulah dia masuk.

"Kenapa kita tidak sekalian saja tadi? Mandi berdua, bukankah menyenangkan?"

Hyejin mencubit perut Heeseung, hingga membuat pria itu terkekeh. Dia sangat senang jika membuat istrinya kesal, maka dari itu Heeseung akan menggunakan beribu cara agar keinginannya terpenuhi.

.....................

Tbc.

Destiny || [✔] Where stories live. Discover now