Sisi Buruk dan Sisi Baik

757 78 40
                                    

Ada yang masih nungguin?

Selamat membaca chapter 4^^

Sorry for TYPO




Jangan lupa VOTE dulu yaaaa~



"Yaya, aku duluan ya."

Mata coklat bening Yaya melihat pada sahabatnya—Ying melambaikan tangan padanya di depan pintu kelas. Segera gadis itu membalas melambaikan tangan dan tersenyum.

Sejak kepulangan Fang, Ying lebih banyak menghabiskan waktu dengan pacarnya. Yaya memaklumi Ying yang ingin menikmati hari-hari dengan kekasihnya yang jarang pulang. Tentu Yaya tidak keberatan ditinggal. Meski sekarang dia harus sering pulang sendiri.

Pulau Rintis bukan pulau banyak penduduk. Karena itu meski sekarang langit sangat cerah dan sangat cocok untuk beraktifitas, tidak banyak orang dijalanan kecuali remaja seperti Yaya yang baru pulang sekolah.

Pulau yang tenang, pikir Yaya.

Hingga suara teriakan lalu disusul decitan dan klakson yang memekakkan telinga terdengar. Yaya tanpa dia inginkan memaku. Sejenak jantung berdebar teramat cepat hingga membuat nafasnya sedikit sesak. Namun tiga detik kemudian Yaya berhasil mengendalikan dirinya.

Serangan panik.

Dulu Yaya sering mendapat serangan semacam tadi. Mama bilang itu hal wajar karena kecelakaan yang menimpanya mungkin meninggalkan jejak traumatis. Tapi Yaya bukan gadis lemah. Dia tidak suka dengan kondisi dirinya seperti mati mendadak dan tidak berdaya.

Tidak. Yaya benci jadi tidak berguna.

Karena itu pelan-pelan Yaya melawan rasa traumanya hingga sekarang Yaya sudah jauh lebih baik.

Ini pertama kalinya sejak lima bulan yang lalu.

Nafas Yaya sudah kembali teratur saat sebuah tepukan mendarat di bahu kanannya.

"AAHG!" Yaya kaget dan reflek merenggut tangan asing tersebut dan memelintirnya dengan keras. Yaya menatap tidak suka seorang pemuda yang berani mengagetkannya hingga dia sadar siapa yang sedang dia siksa.

"Boboiboy?" seru Yaya tidak menyangka.

Boboiboy. Pemilik tangan yang sedang dipelintir oleh Yaya tersenyum tertahan menahan sakit, "H-Hai Yaya." Sapanya dengan senyum canggung.

Sadar dia masih belum melepas tangan pemuda itu segera Yaya melepaskan Boboiboy, "Eh Eh?! Aduh maaf Boboiboy. Aku tidak sengaja. Aku reflek tadi." Sesal Yaya mengetahui lengan pemuda itu kesakitan karenanya.

"Tidak apa-apa, Yaya. Sori juga aku mengejutkanmu." Balas Boboiboy dengan senyuman hangat. Meski dalam hati dia setengah mengutuk setengah kagum dengan pelintiran Yaya yang jujur saja memang sakit. Mau dengan jam kuasa gravity atau tidak, power Yaya tidak bisa anggap enteng.

Untung Yaya tidak suka berkelahi. Kalau iya, mungkin Yaya akan mendirikan sebuah Gengk lalu jadi ketuanya.

Ah! Khayalan liar.

Meski Boboiboy bilang dia tidak apa-apa tapi Yaya tidak percaya begitu saja. Dia sangat sadar pelintirannya sangat menyakitkan karena dia sendiri yang melatih gerakan tersebut sebagai bentuk pertahanan diri.

Kejahatan terhapad wanita muda semakin meningkat, tahu?

Tahu gadis cantik nan manis di depannya masih mengkhawatirkannya, tangan yang tadi dipelintir Yaya sekarang mengusap pelan pipi Yaya, "Aku baik-baik saja Yaya. Sudah tidak sakit kok." Ucap si pemuda dengan senyuman. Tanpa sadar sedikit mencubit pipi si gadis karena gemas.

Sweet of  YouWhere stories live. Discover now