Selangkah Ke Depan

701 64 38
                                    

Jangan lupa Vote~~

Yaya menyesal keluar rumah.

Pukul sembilan malam. Yaya sekarang sedang berdiri dengan tubuh sedikit basah di depan warung kelontong yang sudah tutup. Sedari tadi dia tidak henti-henti nya menggo-sokkan kedua tangannya dan memeluk dirinya sendiri. Berharap tubuhnya menjadi sedikit hangat.

Semua ini berawal dari keinginan dari mana Yaya terpikirkan untuk membeli beberapa bahan kue lagi di supermarket 24 jam yang berjarak 15 menit dari rumahnya.

Yaya merasa aneh. Setelah tadi siang membuat biscuit dan kue kecil bersama Boboiboy, Yaya senang bukan main saat pemuda ehem-tampan-ehem itu memakan biscuit nya dengan lahap. Selama siang itu pula baru kali pertama Yaya sangat bersemangat memperlihatkan keahliannya kepada orang lain-terutama pada laki-laki.

Padahal, dia juga memberikan biscuit itu pada teman-teman lain, tapi Yaya biasa saja. Meski agak sebal saat pacar Ying, Fang , dan si bocah gendut, Gopal, menjerit histeris dan menolak keras memakan biscuit miliknya. Kalau saja bukan Ying dan Boboiboy yang menahannya, sudah Yaya banting dua cowok menyebalkan itu. Lambat laun duo laki-laki beda warna kulit itu juga jadi nagih biscuit Yaya.

Dan begitulah. Dengan pikiran besok-besok dia bisa lagi mengajak Boboiboy membuat biscuit lagi, Yaya nekat keluar saat langit malam terlihat mendung. Parahnya Yaya tidak membawa payung. Cuma hoodie merah muda pucatnya yang sedikit menghangatkan tubuhnya.

"Hape juga tidak bawa, huffff..." bibir Yaya memanyun. Sebal dengan dirinya sendiri yang lupa membawa benda pintar itu.

"Hujan kapan berhenti sihhhh? Dingiiiiiiiin!" Yaya kembali mengeluh kesal.

Yahh, Yaya memang menjadi lebih cerewet saat sesuatu tidak berjalan tidak sesuai rencana. Sedari tadi dia juga tidak henti merutuki semua hal yang membuatnya berada disituasi tidak menyenangkan ini.

Termasuk Boboiboy.

"Boboiboy juga salah. Kenapa sih cowok itu muncul terus di kepala. Capek banget aku olahraga jantung terus terusan."

"Dasar cowok ganteng! Kenapa tidak jelek saja biar aku tenang?!"

"Kamu juga bodoh Yaya. Kenapa nekat keluar padahal jelas-jelas sedang langit lagi mendung." Bahkan diri sendiri pun di salahin.

"Ihhhhhhh sebeeeelllllll."

Karena hujan dan sudah malam, tidak ada orang di dekat Yaya. Gadis itu juga merasa bebas mengomel sendirian tanpa takut disangka orang gila.

"Yaya?"

"ASTAGFIRULLAH!! HUWAA MAMAAAA"

Tiba-tiba sebuah suara memanggil Yaya dari samping. Yaya yang merasa tidak ada orang jelas langsung berteriak lantang. Gadis itu bahkan bersiap hendak kabur kalau saja lengannya tidak ditahan.

"Yaya, oi Yaya, ini aku lah, Boboiboy."
Seketika itu Yaya berbalik dan menemukan salah satu alasan dia terjebak hujan. Boboiboy. Laki-laki yang kata teman kecilnya itu entah darimana datang dengan baju yang juga sedikit basah. Ditanganya ada sebuah kantong plastik.

"Boboiboy! Jantungku mau copot tahu!" Ujar Yaya kesal pada sang pemuda.

Sedang di pemuda menggaruk kepala belakangnya. Meminta maaf karena mengagetkannya.

Lagi.

"Jangan begitu lagi!"

"Iya, sorry Yaya."

"Buat suara kalau berjalan, jangan seperti pencuri."

"Ada suaranya kok tadi, tapi kalah keras sama suara hujan."

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 27, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Sweet of  YouWhere stories live. Discover now