[3] Manusia Random

18 1 0
                                    

♡♡

"Kak"

"Kak"

"Kak!"

"Hm?" Dia tidak meresponku dan terus saja memakan ramyeonnya.

"AH! SAKIT! Kenapa sih?! Kamu kekurangan makan? Kayaknya tadi saya udah masakin kamu banyak banget"

"Nyenyenye, abis aku dikacangin, sih" ucapku sambil mengalihkan pandanganku ke arah lain.

"Dih, yauda. Kenapa?" Ucapnya sambil menatapku.

"Aku bosen aja" Ya, itu saja. Aku bosan duduk di sofa terus menerus dan menonton detective conan.

Mungkin seru menurut Kak Seokjin tapi bagiku yang otak pas-pas an ini tidak sanggup menontonnya. Aku ingin tidur tapi tidak mengantuk.

"Kak, jalan-jal—"

"Males"

"Yauda, masak hotteo—"

"Beli aja di toko kue bawah"

Serius. Aku sangat membenci dia seperti ini. Jika sudah menonton anime pasti aku langsung terabaikan.

"Oke" Daripada terjadi perang piring terbang, aku memutuskan untuk pergi dari sana. Muak sekali.

Ketika aku keluar, aku mendengar Kak Seokjin meneriakan sesuatu tapi aku tidak mendengarnya jadi kulanjutkan saja.

Aku pun berjalan menyusuri jalan persimpangan dekat apartemenku. Mataku melihat kerumunan tak jauh dari sana. Ternyata sedang ada festival street food, jarang sekali. Biasanya harus ke Itaewon dulu untuk melihat ini.

Aku pun bergegas untuk pergi ke sana. Aku sedang ingin sekali tteobokki dan eomuk. Pasti enak sekali dimakan ketika malam-malam begini.

Aku melihat kios yang menjual kedua hal yang kuinginkan dan memesannya. Ketika aku hendak mengambil pesananku terdapat tangan yang ingin merampasnya.

"Permisi, tapi itu pesanan—"

Sial, kenapa aku bertemu dengannya lagi.

"Kak Yoon! Ini punyaku tau!" Aku pun merampas makananku darinya tapi dia malah menghindar.

"Hey! Ini pesananku tau! Tanya saja"

"Ah jumma! Ini punyaku kan?" Aku pun melihat penjual itu hanya tersenyum kecil.

"Maaf, nona. Ini punya dia" Seketika aku ingin hilang dari muka bumi saja.

"Jangan tertawa!"

"Dih, siapa juga yang tertawa. Pede kamu" ucapnya seperti menahan senyum.

"Nih, nona. Pesanannya" Aku pun mengambil pesananku dan ingin cepat-cepat berlalu dari sana. Namun seseorang mencegal lenganku.

"Duh, mati aku."

"Mau kemana? Cepet banget" ucapnya dengan senyuman yang tidak dapat kumengerti.

"Mau apalagi sih, Kak?"

"Mau patbingsu. Mau, tidak? Saya beliin" Aku terkejut. Jarang sekali Kak Yoongi berperimakanan begini. Aku segera mengangguk.

"Mau! Aku suka kalau gratisan!"

"Dasar bocah"

"Biarin"

Kami pun berjalan dan menghampiri kios penjual es serut manis itu. Namun aku baru menyadari jika sedari tadi tanganku digenggam olehnya. Aku merasa canggung dan perlahan melepas genggamannya.

"Jangan dilepas, nanti kamu hilang dan itu akan merepotkan"

Aku hanya terdiam, jelas aku tidak tau harus merespon seperti apa. Pesanan kami pun datang dan kami melanjutkan perjalanan kami—entah kemana.

"Enak, tidak?" Ucapnya sambil menoleh padaku.

"Enak, apalagi gratis" Tiba-tiba saja Kak Yoongi mengelus puncak kepalaku dan tersenyum.

"A–apasih, Kak. Lagi kerasukan ya?" Ucapku dengan mengelus pelan rambutku.

"Kamu tidak kedinginan makan sebanyak itu? Bisa-bisa brain freeze loh"

"Iya sih, Kak. Tapi tau, tidak? Persamaan kakak dengan patbingsu ini?" Dia pun menoleh dan memasang raut wajah bingung.

"Sama-sama dingin. Tapi manis" ucapku sambil tersenyum.

Tapi lihat, wajahnya sekarang berubah menjadi tomat. Ini yang kusuka dari Kak Yoongi, dia selalu cuek tapi sebenarnya dia peduli.

"Hahaha, lihat—"

"Jangan melihatku!" Ucapnya sambil mengalihkan pandangannya.

"Hahaha, dasar pangsit rebus!" Aku pun berlari menjauh darinya.

"Hey! Awas ya kamu!" Dia pun mengejarku dengan cepat sekali. Mungkin dia keturunan cheetah atau kucing.

Karena aku panik dan takut Kak Yoongi menangkapku, aku pun berlari tanpa melihat arah dan tidak memandang ke depan.

Hingga aku menabrak tubuh seseorang.

"Ah, maaf—" Namun setelah aku melihatnya, aku mengenal postur tubuh ini.

"Kak Seok—" Aku melihat wajahnya yang penuh peluh dan sedikit lelah.

"Kau tidak lihat sekarang jam berapa?" Ucapnya dengan nada berat dan menahan emosi.

Aku pun melihat ponselku, aku lupa jika diheningkan. Dan ya, terdapat 30 panggilan tak terjawab darinya.

"Ah, iya Kak—"

"Pulang" ucapnya dengan menarik lenganku. Tapi aku baru teringat Kak Yoongi.

"Tapi, Kak—"

"Pulang!" Bentakan Kak Seokjin membuatku terdiam dan pasrah mengikutinya. Ponselku bergetar, ku pun segera membukanya.

11.00 PM
Kak Yoon
"Tidak apa, pulang saja. Aku pun sudah di jalan pulang"

11.00 PM
"Maaf, Kak. Hati-hati, ya"

Read.

Gimana kabar kalian? Harus sehat-sehat, ya. Lagi rawan sakit nih:(

FABULOUS📸Where stories live. Discover now