[13] Selalu Saja

11 2 0
                                    

♡♡

Kini aku telah bersiap untuk pergi dengannya. Siapa lagi jika bukan Kak Yoongi. Seperti biasa, aku akan menunggunya di depan teras rumahku sehingga ketika dia datang, kami dapat bergegas pergi.

Suara deruman motor yang dikendarainya mulai terdengar. Sehingga aku pun segera mengunci rumah agar aman, Kak Seokjin sudah sedari sore tadi sudah pergi—entah kemana.

Aku pun menghampiri Kak Yoongi yang sudah membuka kaca helm nya, tanpa melepaskan pandangannya dariku.

"Kenapa?" Dia hanya tersenyum dan menggelengkan kepala.

"Sini"

"Kenapa?—"

"Pakai nih" Ucapnya dengan memasangkan helm lainnya padaku.

"Naik"

"Apa, sih. Aku bisa sendiri kan pakainya" dumelku sambil menaiki motornya.

Kak Yoongi hanya diam dan mengajakku pergi entah kemana.

———

Setelah berjam-jam telah berlalu, kami belum sampai juga. Aku mulai bingung. Sungguh, aku tidak tau ini dimana. Bahkan ketika aku memeriksanya di maps. Hal itu sangat sia-sia karena sudah berkilo-kilo meter.

"Kak, sebenarnya kita akan kemana? Kakak mau culik aku, ya?"

"Iya"

"Kak?!! Serius? Kok tega banget si?" ucapku mulai menangis. Serius, aku takut sekali karena ini sudah hampur tengah malam.

Namun tangisanku berhenti ketika aku menemui sebuah kerumunan. Aku mulai mengetahui lokasi ini.

"Kak, kita mau ngapain di Itaewon?"

"Liat saja nanti" ucapnya tanpa melihatku sedikit pun.

Tak berapa lama pun, Kak Yoongi memberhentikan laju motorya dan menyuruhku turun—tak lupa melepaskan helm yang kupakai.

Kak Yoongi menggenggam tanganku sehingga ku harus mengikutinya kemana pun dia mengajakku. Aku pun terkejut ketika kini di depanku terpajang sajian makanan jalanan. Hingga Kak Yoongi mengeluarkan dua tiket untuk pembelian tteokbokki.

"Jadi, buat ini"

"Ya, iya. Untuk apa lagi?"

"Ya ampun, Kak. Aku kira bakal diculik" ucapku dan memukul lengannya, sungguh menyebalkan.

"Iya kamu mudah banget diculik"

"Kak!!!" Aku pun lebih menggebu-gebu memukulinya.

"Eh, ya ampun, nona. Kasian tuh pacarnya dipukuli terus. Ini pesanannya, Nak" Kami pun terdiam seketika dan saling menatap.

"Eh? Kami tidak—"

"Terima kasih, Bu" ucap Kak Yoongi dan berlalu dari sana.

Kami pun hanya terdiam dan fokus menyantap makanan kami masing-masing. Entahlah, makanan ini menjadi lebih nikmat seketika. Tidak, aku hanya takut Kak Yoongi salah paham mengenai tadi.

"Kak—"

"Han—"

Semakin canggung saja. Aku pun mengela napasku pelan.

"Kakak duluan saja"

"Kamu mau temenin aku sebentar lagi, ga?" Aku mengernyit pelan.

"Aku kan pulang bareng Kakak. Eh? Kakak mau ninggalin aku di sini? Pulang sendiri?"

"Enggak gitu, cantik. Mau ke suatu tempat dulu"

"Kemana?"

"Ada pokoknya" Aku mengangguk dan melanjutkan makananku. Setelah beberapa saat aku teringat sesuatu.

"Eh? Kakak tadi bilang aku cantik, ya?" Ucapku dengan sedikit menggodanya.

"Enggak"

"Ih bohong!"

"Udah, kan? Ayo, pergi" ucapnya dan menarik lenganku ke tempat yang ingin dia kunjungi.

Setelah pergi beberapa lama, kami menemui beberapa kerumunan yang penuh dengan kendaraan bermotif. Aku tidak terlalu mengerti, namun Kak Seokjin pernah sesekali menunjukkannya padaku.

"Kak, mereka ini mau ngapain?" Lebih meyakinkan apa yang kulihat.

"Balapan" Aku pun terkejut seketika dan menatap Kak Yoongi tak percaya.

"Kenapa mau ke sini? Kan ini bahaya" ucapku menarik Kak Yoongi untuk pergi. Namun jelas tidak mengubah apapun.

"Mau lihat saja, sudah lama tidak lihat—"

"Kak, kan aku gak suka sama balapan" ucapanku seperti angin lewat saja.

"Liat saja. Seru kok, kan kamu tadi mau nemenin aku" Aku hanya diam saja, sungguh aku sudah tidak dapat berkata apapun.

Hingga mataku tertuju pada seseorang yang kukenal. Dia sedang mengendarai motor dengan motif yang pernah kulihat sebelumnya. Ya, tulisan dionysus di badan motor itu.

Kak Seokjin. Mengikuti balap liar yang sangat ku tidak sukai. Baru saja aku hendak memanggilnya. Balapan seketika dimulai dan dia secepat kilat mengendarai motornya. Seketika napasku berhenti, sungguh aku tidak bisa membayangkan jika terjadi sesuatu padanya.

Kak Seokjin menyalip semua lawannya. Layaknya sangat handal dalam permainan ini. Sesekali aku berteriak ketika banyak yang mencoba untuk menjatuhkan Kak Seokjin. Namun dia tetap bertahan hingga akhirnya Kak Seokjin memenangkan balapan ini. Dia tersenyum bangga dan menerima pelukan remaja kurang belaian di sana.

Napasku tercekat ketika terdapat seseorang yang memukul wajahnya karena kalah. Kak Seokjin hanya tersenyum dan hendak meninju balik. Tidak sudah cukup.

"Kak?!" Kak Seokjin berhenti melakukannya dan menatapku tidak percaya. Tak menyangka jika aku berada di sini.

Ku rasakan Kak Yoongi yang berada di belakangku mendekat dan membisikkan sesuatu yang membuatku menegang seketika.

Kak Yoongi pun pergi menjauh ketika Kak Seokjin mulai mendekat padaku. Kak Seokjin hanya diam dan menatapku datar. Aku pun menatapnya, menatapnya dalam.

Aku menyeka lukanya yang mulai menimbulkan darah di dekat bibirnya. Melihatnya seperti ini entahlah, kecewa sudah pasti. Namun aku tetap sepeti orang bodoh yang selalu mendengarkan semua alasannya.

Kak Seokjin menggenggam tanganku, hingga tatapannya mengingatkanku dengan perkataan Kak Yoongi sebelumnya.

"Bagaimana? Apakah kamu ingin tetap mempercayainya?"

Aku pun segera berpaling dan melangkahkan kakiku untuk secepatnya pergi dari sana. Sudah cukup. Aku pun menaiki motor Kak Yoongi dan meninggalkannya terdiam di sana.

Huhuhuu halo, aku buntu bgt, maaf:( sudah masuk dunia realita

FABULOUS📸Where stories live. Discover now