[26] Sayonara

4.2K 249 164
                                    

Happy Reading...

~

Netranya menatap kosong pada batu nisan bertulisakan nama yang selama ini tak pernah ia bayangkan akan berakhir dibatu itu. Sungguh, ia sangat benci kenyataan didepan matanya ini.

Pusara itu dipenuhi dengan bunga lily yang masih segar. Sudah hampir lima jam lamanya ia berdiri disana dengan ekspresi yang tak berubah sedikit pun, hampa. Tak peduli dengan kondisi dirinya sendiri yang jauh dari kata pulih, ini adalah hari ketiga setelah pemakaman orang paling berharga dalam hidupnya.

Tak ada air mata lagi yang keluar dari kedua matanya, semuanya sudah habis tak tersisa. Ia berusaha untuk menolak kenyataan terburuk ini, berharap akan ada keajaiban yang datang sekarang tepat didepan matanya. Berharap bisa mendengarkan suara merdunya, pelukan hangatnya, ciuman manisnya, dan semua tentangnya. Tiap detik, menit, jam, dan hari yang terlewat, berusaha untuk meyakinkan diri sendiri bahwa ini hanyalah mimpi buruk. Berfikir kalau ia akan terbangun dengan tubuh yang basah oleh keringat dingin, lalu ada tubuh hangat yang memeluknya lembut penuh kasih sayang untuk menenangkannya.

Menunggu keajaiban yang sangat ia harapkan sekarang, berharap ia bisa melihat senyuman manis itu lagi, berharap untuk merasakan sentuhan lembut itu lagi. Walau ia tau itu mustahil, orang yang selama ini membuatnya mengenal perasaan jatuh cinta yang mendalam kini telah tidur tenang di dalam sana.

Tangannya mengepal sangat erat untuk menahan semua emosi yang tersisa. Dadanya terasa sangat sesak sampai sulit sekali rasanya untuk bernafas walau sedikit. Ia terduduk di depan makam itu, mencengkram keras dadanya sendiri, menatap tajam nama yang terukir jelas pada batu nisan itu.

"Beginikah..."

Perlahan, tangan yang mulai bergetar itu mengarah pada batu nisan.

"Cara mu..."

Ia mengelus pelan nama yang terukir dalam -- sangat dalam disana.

"Membalas dendam.."

Emosinya bercampur aduk, antara sedih, marah, kecewa, dan menyesal. Onyks nya memunculkan pola bunga berwarna merah.

"Sakura?"

.

.

.

.

.

Terlihat suasana medan perang yang sudah benar-benar kacau. Semua disekitarnya hancur, banyak pula mayat-mayat yang berserakan, dan bau anyir dimana-mana.

Dua shinobi yang dulunya menjadi pahlawan perang besar bertahun-tahun yang lalu pun ikut andil dalam perang ini.

Naruto dan Sasuke namanya, dua shinobi terhebat dalam sejarah shinobi. Kedua rival abadi itu sedang berjuang mati-matian untuk mengalahkan Otsutsuki yang kembali menjadi penyebab terjadinya perang besar ini.

Sedangkan disisi lain, gadis remaja berkaca mata merah menatap tajam lawan yang telah sekarat di depannya. Katana pemberian dari papanya itu ia genggam erat, menusuk tepat pada titik kelemahan salah satu orang penyebab perang dunia shinobi. Dunia yang dengan susah payah dijaga kedamaiannya, kini menjadi rusak kembali akibat rasa kekuasaan yang mendalam.

"Ada kata-kata terakhir sebelum kau mati?" Suara yang biasanya terdengar manis itu kini terdengar sangat dingin dan tajam.

Bukannya menjawab, lawannya itu malah memyeringai kejam padanya. Ia tertawa renyah, benar jika dibilang ia telah terpojok, sangat terpojok. Tinggal menunggu beberapa detik setelah katana tajam yang menembus dadanya ini terlepas, maka ajal akan benar-benar menjemputnya.

Sasusaku Oneshoot (Canon)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang