Chapter 11. Virgin +

8.5K 95 1
                                    

Stela mengetahui kenyataannya bahwa pertama kali itu menyakitkan. Melihat ukuran penis Akalanka yang memiliki ukuran yang panjang dengan cepat mengingatkannya pada kenyataan itu. Stela tidak pernah melihat penis secara langsung dalam hidupnya, tetapi dia menyadari bahwa yang satu ini akan sangat menyakitinya. Stela gemetar, ketakutannya akan rasa sakit tertulis di wajahnya.

Akalanka menyadari itu lalu ia merangkak menaikinya, bibirnya kembali menciumi leher dan payudaranya, jari-jarinya menari di paha mulusnya. 

"Tenang. Akan lebih buruk jika kamu tegang."

"Itu tidak meyakinkan." Balas Stela.

Akalanka mengarahkan jari telunjuknya menyusuri pahanya dan menyentuh klitorisnya karena terangsang, ia melirik Stela dengan tatapan lapar.

Punggung Stela melengkung dengan sensasi yang Akalanka tanamkan dalam dirinya. Erangan kenikmatan yang terengah-engah keluar dari bibirnya saat jarinya menelusuri di antara lipatan yang sedikit lembab. Kakinya dibuka dengan lebar, bahkan jika Stela mencoba untuk menutupnya, tubuh Akalanka yang kuat bisa menghentikannya.

Tidak ada yang pernah menyentuh Stela seperti ini sebelumnya.

Akalanka menggodanya, mencium payudaranya dan mengarahkan jarinya ke bagian paling sensitif Stela. Dia merasakan dorongan nafsu untuk pertama kalinya. Kedua tangannya sekarang meraih paha Stela dan membuka kakinya lebar. Tubuh Akalanka yang kekar bersandar di atas tubuh gadis itu, jari-jarinya sekarang menyentuh klitorisnya, ia mulai memainkannya.

Sementara tatapan intensnya tidak pernah turun dari wajah Stela. Stela tidak tahan untuk melihatnya ketika jari-jarinya menyentuh klitorisnya. Cukup cepat Stela merasakan kepuasannya yang menghantamnya seperti ombak. Pada awalnya itu hanya sensasi dan kemudian menjalar ke seluruh tubuhnya. Akalanka tersenyum puas.

Ia memperlambat jarinya yang masih melingkari klitoris Stela sampai wanita itu menjadi tak tertahankan.

"B-berhenti!" Stela merengek, pinggulnya bergerak untuk menghindarinya.

"Tolong hentikan!"

Akalanka tidak berhenti sampai Stela mulai memohon. Kemudian ia memindahkan jari-jarinya dari klitoris turun ke celah kemaluannya. Tubuh Stela tersentak ketika jari telunjuknya mendorong melewati dinding yang rapat dan mulai bergerak maju mundur.

"Kamu sangat sempit." Akalanka mendengus, membungkukkan kepalanya untuk mencium leher Stela. Jari-jari Stela mengepal, kemudian ia memasukkan kedua jarinya.

"Tidak. J-jangan!" Stela memprotes, yang tadinya senang, tiba-tiba berubah menjadi tidak nyaman. Tangan Stela yang lebih kecil mendorong dada Akalanka dengan semua kekuatan yang bisa dia kumpulkan.

Dorongan lemah Stela membuat tubuhnya sedikit menjauh ke belakang.

"Jangan?" Akalanka semakin bertindak berani, ia memajukan tubuhnya lebih dekat kearah Stela.

"Kamu pikir kamu bisa lolos dari kesepakatan ini, Stela?" Akalanka tertawa kecil mengejeknya.

"Kamu milikku." Jari-jari Akalanka mendorong ke dalam miss v Stela dengan kuat.

"Kamu tahu kamu tidak bisa lari dari ini."

Stela tersentak saat dorongan tiba-tiba yang masuk kedalam miss v-nya.

"Tetap diam dan ikuti permainannya atau aku akan memperlakukan mu dengan kasar."

Matanya melebar ketakutan. Apa yang dia lakukan!? Tangannya yang gemetar jatuh ke dadanya yang lebar, ia bersandar pada selimut. Semua perlawanannya digantikan oleh ketakutan.

"Good girl." Akalanka bergumam di telinganya ketika dia berhenti melawan. Jari-jarinya mulai bergerak lebih lembut, menekan ke bagian sensitifnya. Bibirnya menciumi lehernya.

Akalanka bergeser, ia mengeluarkan jarinya. Ia menyandarkan kepala Stela pada lengannya, tangan yang lainnya memegang batangnya. Stela tersentak ketika dia merasakan ujung batangnya menekan pintu masuk kemaluannya. Tangannya gemetar.

Mata tajamnya bertemu dengan bola mata hitam Stela.

"Stelaaa." Dengan dorongan cepat, dia memasukinya.

Stela menjerit, kemaluannya seperti terbakar tak tertahankan. Stela mencakar punggung lebar Akalanka yang berotot, bahkan menggigit bahunya untuk mengurangi rasa sakit saat dia memaju mundurkan penisnya tanpa ampun. Erangan kenikmatan Akalanka terdengar di telinganya. Dia seperti serigala lapar yang memangsa mangsanya.

Perlahan, rasa sakit itu mereda dan mulai bercampur dengan kenikmatan. Akalanka meningkatkan kecepatannya. Erangannya berubah menjadi geraman penuh nafsu, dan rengekannya berubah menjadi erangan diam.

Akalanka mengangkat kepalanya dari lekukan leher Stela, menanamkan ciuman yang lama di bibirnya, mendorongnya lebih dalam. Kepalanya terkulai ke belakang saat mencapai puncaknya. Bagian dalam tubuhnya mengepal di sekitar batangnya yang berdenyut.

Sensasi kuat menyebar dari daerah bawahnya ke seluruh tubuhnya, membuat jiwanya bergetar. Bibir Stela terbuka, tapi tidak ada suara yang keluar. Tubuhnya melengkung setiap ototnya menegang, sebelum Stela ambruk kembali ke seprai karena kelelahan.

Namun, Akalanka belum selesai. Gerakannya meningkat ke tingkat yang hampir menyakitkan. Akalanka merasa akan mencapai puncaknya. Geraman seperti binatang bergemuruh di dadanya saat dia tiba-tiba menarik keluar penisnya dan air mani putih menyembur ke perut Stela yang rata. Erangan kenikmatan keluar dari mulutnya yang terbuka

Keheningan muncul di antara mereka berdua. Akalanka menatap sosok lelahnya dengan mata dingin, dan kemudian turun dari tubuhnya.

"Hutangmu sudah dibayar."











Terimakasih telah membaca jangan lupa tinggalkan jejak kalian dengan cara klik bintang dipojok kiri bawah layar.

AKALANKA : Soul Destroyer [Ongoing]Where stories live. Discover now