#Terror. 04

90 14 4
                                    

Langkah demi langkah seorang gadis menelusuri koridor rumah sakit,jalannya tampak gontai terlihat raut wajahnya yang kebingungan

'Gue udah share alamatnya dateng temuin gue atau lo menyesal seumur hidup'

"Mau kemana lo?" Kehadiran  Ten membuat Diva terkejut,
"gue baru beli roti bakar,makan gih!"
"Gue ga laper"
"Hm kalau gitu masuk ke dalam,angin malam ga baik buat tubuh lo!"
Ten meraih tangan Diva memegangnya erat,tapi ditepis oleh sang empu
"Lo udah tau kan?"
Diva menunduk menatap kedua kakinya, perlahan air mata menetes membasahi pipinya,dia terisak
"Lo udah tau apa yang gue sembunyiin selama iniii hikss.."

FlashBack on*

Diva terus saja berusaha menutup matanya walau sebenarnya posisinya saat ini tidak mengenakan

"Aduhh leher gua pegel,nih bantal ketinggiann"
"Mana bang Ten nyanyi mulu lagi,tapi suaranya bikin gue adem juga"
"Ntar kalau gue bangun,gue takut langsung diterkam gimana? Yhaa jangan dah jangan"

Sudah dirasa Diva terlelap,Ten beranjak pergi setelah mengecup kening adiknya

"Kecup-kecup segala lagi si bangsat"
"Gerak jangan ya.."
" Ahh gua tunggu bang Ten tidur,langsung gua singkirin nih bantal"
"Aduhh lama bener,pake acara tatap-tatap dinding segala"

"Semoga gada yang lo sembunyiin lagi dari gua dek"
Perkataan Ten barusan membuat lidahnya kelu
"Hah? S-sembunyiin?"
"Lagi? Apa maksudnya?"
"Bang Ten udahh.."

FlashBack off*

Ten melihat punggung adiknya bergetar dia tak tega,tapi apa sebuah kesalahan jika dia mengetahui apa yang diderita adiknya sendiri?

GREP*

"Mau lo sembunyiin sepinter apapun itu akhirnya akan terungkap juga"
"Gua disini! Papah titipin lo sama mama ke gua,karena apa?
Karna gue anak laki-laki satu-satunya,gue seharusnya tau banyak apa yang lo alamin begitu juga mama.."

Suara Ten terdengar parau,tatapan nya sendu melihat puncuk kepala adiknya

"Tapi lo lebih memilih pendam semuanya sendiri..

Apa gua gaada gunanya di mata lo sebagai seorang kakak?"

Sakit. Perkataan itu sungguh mengiris hati Diva saat ini,tidak seharusnya dia menyembunyikan apapun dari keluarganya karena mereka selalu ada untuknya,tapi tetap saja..

Gadis itu malu untuk mengungkapkannya dia takut akan menjadi aib bagi keluarganya bukan hanya itu bagaimana jika Yuta juga tidak akan menerima kenyataannya?
Kalau gue bisa bicara sama si penerror itu,mungkin gue bisa dapat solusi

Diva mendongak menghapus jejak air matanya,"m-maaf maaf maafin diva"
Ten mengangguk melepaskan pelukannya meraih jari kelingking kecil itu
"Tapi lo harus janji"
"Janji apa?"
"Apapun yang lo rasain,alamin,yang ada di lubuk hati lo,cerita langsung sama gue ,hm?"
Diva menarik tangannya langsung,"g-gue ga bisa"
"Hmm gue paham, gapapa kalau lu masih ragu, itu privasi lo,tapi lo harus yakin"
Tangannya meraih pundak Diva mencengkramnya kuat
"Gue selalu ada buat lo"

Diva hanya berdehem," pulang gih,lo tidur di rumah biar gue sama mama disini bareng yuta"
"Enggak mau,nanti Yuta--"
"Dia juga pasti gamau lo sakit lagi,jangan lupa minum obatnya dulu"
"Perlu gue anter atau panggil Jaehyun kesini?"
Diva membelalakan matanya," b-buat apa ih! Ganggu orang banget,bisa sendiri naik taxi!" Diva berlalu pergi meninggalkan Ten yang senyum-senyum sendiri.

"Gue chat dulu Yuta ah"
Sambil berjalan Diva merogoh sakunya mengeluarkan benda kotak itu dan mulai mengetik beberapa pesan, masih fokus dengan ponsel nya  sampai Diva tidak menyadari kalau sejak tadi dia diikuti seseorang dari belakang

𝙹𝚘𝚍𝚘𝚑 | 𝙽. 𝚈𝚞𝚝𝚊 ✔Where stories live. Discover now