Chapter (7)

354 36 4
                                    

   Clovis bangun lagi dari tidurnya setelah mendengar Scavi yang berteriak dalam tidurnya, Clovis panik saat melihat Scavi masih gelisah dalam tidurnya setelah berjerit-jerit memanggil kedua orang tuanya. Clovis mencoba menghapus peluh yang terus saja keluar dari pelipis Scavi sesekali membangunkan adik bungsunya.

   "Tenang lah Vi, Kakak ada disini jangan takut."

   Clovis masih menenangkan Scavi dengan mengusap kepala sang adik dan membisikan kata penenang lainnya. Namun bukannya tenang Scavi kembali berteriak dalam tidurnya hal itu membuat Clovis semakin panik.

   Dengan gerakan cepat Clovis beranjak dari kasur dan berlari menuju kamar Kakak pertamanya.

   Tok tok tok....

   Pintu kamar Cavaro di ketuk secara brutal oleh Clovis, dia tidak bisa lagi menunggu karena terlalu takut meninggalkan Scavi yang seperti tadi.

    Membuat sang pemilik kamar muncul di balik pintu dengan penampilan yang kusut. Cavaro memang sangat peka terhadap suara bahkan saat sedang tidur di tambah Clovis mengetuk pintunya seperti orang yang akan merobohkan pintunya saja. Scava sendiri tidak terganggu sama sekali anak itu tetap tidur meski ada gempa sekalipun.

   "Clov ada apa? Apa aku terlambat bangun? Jam berapa sekarang?"

Cavaro bertanya sambil menguap  tangannya masih sibuk mengusap matanya yang masih terpejam karena masih mengantuk.

   "Kak Varo, Scavi ini gawat!" pekik Clovis tanpa menjawab pertanyaan tidak berguna dari Kakak sulung nya.

    Mata Cavaro langsung terbuka lebar saat mendengar itu dan tanpa bertanya apapun lagi kaki panjangnya melangkah ke kamar Adik terkecilnya.

   Saat tiba di kamar si kembar Cavaro segera menghampiri Scava yang masih gelisah dalam tidurnya dan beberapa kali berteriak memanggil orang tuanya. Tangan Cavaro lalu menyentuh kening Adiknya nya itu merasakan hawa panas yang begitu menyengat.

   "Astaga kenapa badannya panas sekali."

   Mendengar pernyataan Cavaro, kening Clovis mengerut dia lalu melakukan hal yang sama menempelkan tangannya ke kening Scavi, langsung merasakan hawa panas yang menjalar di tangannya.

   "Kakak apa yang kau lakukan, Cepat ambilkan kompresan."

   Perintah Clovis dan langsung di patuhi oleh Scavi. Si sulung langsung mengambil peralatan kompres di dapur dan dengan cepat kembali ke kamar si kembar.

   Dengan telaten Cavaro mencelupkan handuk kecil ke air dingin yang sudah ia bawa lalu setelah di peras handuk tersebut di tempelkan di dahi Adiknya.

   Scavi sedikit terganggu dalam tidur nya saat handuk dingin menyentuh kulitnya. Tapi matanya masih terpejam dan bergumam tidak jelas.

   "Kakak apa Cavi sudah sering tidur seperti ini. Mengigau dan berteriak dalam tidur?"

   Clovis bertanya ia duduk di sisi kanan Scavi sedangkan Cavaro sebelah kirinya masih mengganti kompresan Scavi.

   "Kau lupa ya, sejak kecil kan Scavi memang sering seperti ini. Tapi semenjak kecelakaan Scavi tak pernah seperti ini lagi, ini kali pertama dia kembali seperti ini Apa ada sesuatu yang mengganjal pikirannya makanya Scavi seperti ini."

   "Entah lah Kak meskipun ia anak yang hiperaktif tapi soal masalah hati dan perasaannya Scavi adalah orang yang tertutup anak itu tidak pernah mau mengumbarnya meskipun itu dengan Scava."

   Clovis menyelimuti tubuh Scavi nya yang mulai menggigil dan ikut berbaring di sebelah Scavi mencoba menahan matanya yang hampir terpejam.

   "Tidurlah Clov tidak udah di paksa, Kakak bisa menjaga Scavi sendiri. Kau ingatkan besok adalah hari pertama mu bekerja di perusahaan Ayah, jadi kau harus istirahat yang cukup. Jangan kecewakan Ayah."

TwinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang