#04

365 82 30
                                    

🌟 Seongjoong 🌟

. . .

CAUTION :
Terlalu menghayati cerita fiksi dapat menurunkan tingkat konsentrasi dan menimbulkan efek2 baper(?). Gejala seperti naiknya tekanan darah, euforia, cengengesan, mual2 dan hasrat ingin gampar seseorang bukan merupakan tanggung jawab author.

.

.

.

Happy Reading~ ^^

.

.

.

.

.

Sekitar pukul sepuluh malam, Hongjoong akhirnya sampai di rumah. Dia berdiri di depan gerbang dengan mobil Seonghwa di hadapannya. Kaca mobil diturunkan dan memperlihatkan sang guru yang tersenyum.

“Sampaikan salamku pada ibumu,” Seonghwa berucap dari dalam mobil.

“Anda tidak mampir?” Hongjoong menawarkan dan Seonghwa menggeleng sambil tetap tersenyum.

“Aku akan langsung pulang,” jawab Seonghwa. “Masuklah. Langsung istirahat dan jangan begadang terlalu malam. Aku tahu kau selalu belajar sampai larut malam, Kim Hongjoong—itu tidak baik untuk kesehatanmu.”

Penuturan sang guru membuat Hongjoong bertanya-tanya dalam hati, dari mana gurunya tersebut tahu? Atau, jangan-jangan itu tadi cuma tebakan?

Merasa dirinya telanjur tertangkap basah, Hongjoong menjawab saja, “Iya. Aku mengerti, Ssaem.”

“Anak pintar,” puji Seonghwa dengan senyum lebar—yang entah mengapa membuat Hongjoong sebal.

“Jangan lupa rencana kita di hari Minggu. Besok aku akan minta izin ke ibumu,” Seonghwa kembali berpesan.

Hongjoong mengangguk dan tersenyum, lalu membungkuk seraya mengucapkan, “Hati-hati di jalan, Ssaem.”

Sesudah itu Seonghwa melambaikan tangan dan mulai melajukan mobil.

Selama beberapa saat Hongjoong masih berdiri di tempatnya, memperhatikan ke ujung jalan hingga mobil sang guru tak terlihat. Senyum simpul di bibirnya masih tersisa.

Sebelum berbalik badan, Hongjoong menyempatkan diri untuk merogoh ponsel dan membuka kalender. Dia membuat penanda di hari Minggu dengan tulisan ‘Belajar di luar dengan Park Seonsaeng-nim’.

Pada saat-saat berikutnya pun senyum Hongjoong masih tak luntur. Begitu pula saat dia melewati gerbang dan kakinya melangkah melintasi halaman, atau bahkan hingga berpijak di dalam rumah, dia masih tersenyum. Ini tak sering-sering terjadi.

“Aku pulang,” Hongjoong mengucap salam, tapi tak ada yang menjawab—dan dia, anehnya, sama sekali tak merasa kecewa kali ini. Tak seperti biasanya.

Kedua kaki Hongjoong terus melangkah, melewati ruang tamu, ruang tengah, ruang makan dan sampai di depan anak tangga. Sebelum naik ke lantai atas dia menengok dan melihat ibunya mondar-mandir di depan dapur.

Hongjoong sempat berniat menyapa ibunya, tapi wanita itu terlihat tengah bertelepon. Jadi dia mengurungkan niatnya dan melanjutkan langkah.

Baru selangkah Hongjoong menapaki anak tangga, terdengar suara ibunya memanggil. “Sayang, kau sudah pulang?”

Tomorrow | ATEEZ Seongjoong [COMPLETE]Where stories live. Discover now