03. Him, Again

4.2K 815 18
                                    

"May I have this one with you?"

Tanna tengah asyik dengan diri sendiri saat seseorang tidak terduga menghampirinya. Buru-buru, Tanna menekuk kaki, menundukkan wajah. "Pangeran."

Vernon Ignasius Alluvé, putra tunggal Raja Henry—pemimpin Vjërdam saat ini—terkekeh begitu melihat reaksi Tanna. "Kita sudah mengenal sejak kecil, Tanna. Apa kau tidak bisa mengurangi honorifik itu?"

Tanna tersenyum kecil. "Bagaimanapun, Anda adalah seorang pangeran mahkota."

"Dan kau adalah putri bangsawan dari negeri di ujung tanduk ini." Vernon meraih punggung tangan Tanna untuk dikecup. Tentu saja, aksi itu mengundang tatapan penasaran para tamu. Menjadi pusat perhatian bukan hal baru bagi Tanna, jadi ia dapat mengontrol dirinya dengan baik saat ini. "So, what's your answer?"

"As you wish, Your Highness."

Alunan biola mulai memantul di dinding-dinding aula. "I heard about it. You failed your last mission," ujar Vernon, sangat pelan, hanya dapat ditangkap oleh Tanna.

"I'm sorry."

"No. Don't be." Vernon tersenyum kecil, berhasil membuat ratusan perempuan menahan napas. "Jenderal itu jelas bukan target mudah. Yang terpenting kau baik-baik saja. Itu sudah lebih dari cukup."

Vernon, sosok di balik layar bagi seluruh tindakan yang diambil Pasukan Pemberontak. Ia merupakan pendiri sekaligus penyedia dana bagi segelintir orang gila yang mempertaruhkan nyawa mereka setiap harinya.

"You know, Tanna, kau bisa mundur kapan pun—"

"Anda tahu jawaban saya, Pangeran." Tanna melakukan gerakan memutar, lalu kembali ke dalam rengkuhan Vernon. "I won't quit. Not until Vjërdam get the liberation it deserves."

Mereka tiba di akhir gerakan. Tanna mengambil langkah mundur, menarik kedua ujung gaunnya dan membungkuk sopan.

"Enjoy the party. Don't get anywhere near the general. Got it?" bisik Vernon di telinga Tanna.

"Got it, Your Highness."

Sementara Vernon kembali berbaur dengan para petinggi negeri untuk melakukan perbincangan mengenai politik, mata Tanna menyisir ke segala arah, lalu terpaku pada satu sosok yang entah sejak kapan telah menancapkan pandang ke arahnya.

Tubuh Tanna membeku total. Manik cokelat tua itu berhasil menyedotnya ke dalam pusaran memabukkan.

Sampai langkah Jenderal Lucretius berhenti tepat di hadapannya, Tanna masih bergeming dengan wajah datar.

"It's a marvelous party, is it not?" Jenderal Lucretius menyodorkan segelas minuman.

Ragu, Tanna menerimanya. "It is." Lalu menyesapnya sedikit. "Saya dengar, ada pencuri berhasil menyusup ke kediaman Anda. Apa Anda kehilangan barang berharga, Jenderal?"

"Ternyata berita menyebar dengan cepat di negeri kecil ini." Jenderal Lucretius tersenyum simpul. "Pencuri itu mengambil beberapa perabotan bernilai tinggi. Bukan hanya itu, mereka bahkan dengan kejam membunuh Menteri Alexander dan berhasil melukai lengan saya."

"Anda sempat melihat wajah pencuri tersebut, bukan?"

"Ya. Hanya salah satu dari mereka." Jenderal Lucretius menyesap anggur dalam gelas. "Mereka jelas bukan pencuri biasa. Don't you agree?"

"I agree. Untuk ukuran pencuri yang berhasil menyelinap masuk ke dalam kediaman seorang jenderal bintang lima dengan nama besar, bahkan membunuh seorang menteri di depan mata Anda, dan bahkan berhasil melukai lengan Anda, mereka jelas luar biasa."

On the Land of SorrowWhere stories live. Discover now