BAG - 29

234 21 0
                                    

TRIGGER WARNING
WANG UPDATE!!

HAPPY READING LOVELY READERS
VOTE AND COMMENT BELOW

JANGAN LUPA TINGGALIN JEJAK YAAAA LAAVVVV YUUUU 😊💜💜💜💜

follow Ig wang : @Rarasshhiiii

***

Pagi datang tanpa diduga. Vella membuka matanya sesaat setelah dering jam beker yang ada diatas nakasnya itu memenuhi ruangan. Cewek itu mengucek matanya pelan sambil mengumpulkan kesadarannya. Hingga pandangannya jatuh ke jaket kulit yang masih dalam pelukannya.

Ah, Kaviar.

Vella menghela napas pelan, lalu bergegas ke kamar mandi untuk bersiap berangkat ke sekolah. Memikirkan apa yang terjadi tadi malam cukup membuatnya gila. Dia rasa juga percuma kalau meraung memanggil nama Kaviar jika cowok itu sama sekali tidak peduli. Lebih baik memikirkan hati sendiri, daripada luka yang sebentar lagi akan datang.

Tidak butuh waktu lama bagi Vella untuk bersiap. Sekarang dia sudah berdiri didepan cermin sambil memakai dasinya. Lalu menyisir rambutnya dan mengikatnya setengah kunciran. Kemudian Vella turun sambil membawa jaket Kaviar.

"Vel, udah bangun? Sarapan dulu yuk,"

Vella menoleh ke arah dapur. Ada Stephanie yang sedang mengaduk susu untuknya dan Vero yang tengah menbaca koran.

"Vella duluan ya kak, ada kelas."

"Vella."

Suara Vero mampu membuat kaki Vella kelu untuk bergerak. Namun cewek itu tidak berbalik, rasanya malas saja. Lebih baik sekarang baginya ubtuk menghindari perkelahian yang akhir-akhir ini terjadi antara dirinya dan Vero.

"Kemana lo tadi malam?"

"Bukan urusan abang."

"Itu urusan gue, Vel."

"Busnya udah mau datang, gue pergi dulu. Assalamualaikum."

Tanpa kata lagi, Vella meninggalkan Vero dan Stephanie yang terdiam. Stephanie menghela napas pelan.

"Kamu jangan dingin terus sama dia. Kan kamu tahu sendiri dia kayak gimana," kata Stephanie.

"Aku nggak ngapa-ngapain. Dia yang terlalu baperan."

"By, dia tuh belum bisa nerima keadaan. Kita yang udah bisa seharusnya memahami apa yang dia rasakan, gitu loh. Mungkin sekarang bukan hanya masalah dia sama kamu yang dia pikirkan, sekolah, orang tua kalian, kan banyak. Jadi mood dia rada naik turun gitu."

Vero menghela napas pelan, "Iya. Nanti aku usahain buat bicara sama dia. Ya udah yuk, kita pergi."

Sudah pukul tujuh tepat. Sekarang sudah saatnya Vella memutuskan apakah dia akan berdiri menunggu kedatangan Kaviar, atau naik bus yang sekarang sudah hampir sampai kedepan rumahnya.

Daripada kepikiran sama apa yang terjadi tadi malam, lebih baik Vella naik bus saja untuk memulihkan hati.
"Lo juga nggak penting."

Bahkan kalimat itu seolah terpaku diingatan Vella sekarang. Kabiar memang cowok yang sembrono dengan kata, tidak peduli apakah orang ini suka atau tidak. Yang penting lolos saja dari mulutnya.

Bus sudah berhenti didepan Vella. Dengan segera dia naik dan menduduki bangku paling belakang. Kelang tiga bangku didepannya, Vella bisa melihat ada tiga anak smp yang tengah bercengkrama. Kebahagiaan mereka sampai membuat Vella tersenyum, ada luka yang tiba-tiba kembali terkenang. Vella merindukannya.

KAVIAR [TERBIT]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt