3) tiga

741 128 28
                                    

Dini hari terlalu pagi bagi mereka untuk menyantap hidangan di meja makan. Tapi kata ayah, waktu adalah bagian paling penting yang tidak boleh disia-siakan. Entahlah, mereka sudah terbiasa dengan kebiasaan di keluarga Danurdara.

"Teteh, berangkat sama gue gak?" tanya Naje yang sedang memeriksa keperluan untuk hari pertama ospeknya. Waktu cepat berlalu ternyata, padahal kemarin bocah ini masih memakai putih abu-abu.

Ya memang jarak usia keduanya tidak terlalu jauh sih, hanya terpaut dua tahun.

Anaraya mengangguk seraya memasukan bekal kedalam tas Naje. "Tapi anter ke kost aja ya, mau beberes juga udah lama gak diberesin,"

"Engga jadi pindah kost emang?"

"Siapa yang bilang mau pindah?"

"Bukannya waktu itu..." Naje menggantung kalimatnya, mencari letak bunda dan ayah yang sudah berangkat lebih dulu. "Eh engga ya, gue salah denger kayanya."

"Udah siap semua? Atributnya udah lengkap?" tanya Anaraya. Tau sendiri kalau komdis kampusnya adalah pemilik tahta tertinggi darah mendidih.

Naje menurunkan pandangan, menatap penampilan dirinya didepan cermin. Okelah, mau diapain juga tetap tampan.

Setelah dirasa cukup mengagumi ketampanan diri sendiri, Naje menarik Anaraya untuk segera berangkat. Hari ini suasana hatinya harus baik karna akan menemui hal yang sudah ia tunggu dari jauh-jauh hari.

Sampai bertemu, keparat.

⠀ ⠀ ⠀ ⠀ ⠀ ⠀ ⠀ ⠀ ⠀
-------
⠀ ⠀ ⠀ ⠀ ⠀ ⠀ ⠀ ⠀ ⠀

"ANN!" suara toa milik Naya memenuhi pekarangan kost-nya. Hari ini gadis kesayangannya sudah kembali dari hibernasi. Keren, patut diacungi jempol.

Anaraya mendelik, malu sendiri. "Teh Naya ih, nanti ganggu yang lain kalo teriak-teriak." balasnya lalu menyambut pelukan Naya. "Yang lain belum pada balik teh?"

"Belum, kayanya pada hari ini sih, emang kamu ga baca chat di grup?"

"Eh belum sempet, dari kemarin sibuk ngurusin keperluan Naje."

"Naje?"

"Iya, Naje kan hari ini ospek. Bukannya teteh harusnya juga ada di kampus?"

Naya menepuk jidatnya, ia lupa karna keasikan makan nasi kuning. Padahal sudah siap dengan almamater kampus andalan. Edan lah inimah teteh kece.

Naya itu... tipikal kakak tingkat yang terkenal karna ramah dan mampu menyenangkan hati siapapun. Circlenya juga tidak main-main, sana-sini masuk. Kemampuan adaptasinya luar biasa, karna mau sksd juga sih sebenarnya.

Berbeda dengan Anaraya yang apa-apa itu cukup 'seadanya'. Lebih tepatnya, malas untuk bergaul. Bagi Anaraya, teman-teman kost saja sudah lebih dari cukup. Tujuh gadis dengan latar belakang berbeda yang mampu membuat Anaraya nyaman. Sebenarnya ada satu lagi sih, teh josi namanya. Tapi teh josi lebih memilih untuk melanjutkan studinya ke luar negeri. Dan nyatanya, bukannya sibuk belajar, teh josi malah sibuk ngebucin sama kak atuy walaupun hanya berhubungan jarak jauh. Biar langgeng katanya.

"Kamu ikut dulu atuh ke kampus, mau gak?"

"Engga, malu. Bukan panitia ngapain ke kampus," jawab Anaraya seadanya.

"Banyak kok yang bukan panitia juga. Hayu ah, rame siah ngeliatin degem!" Teh Naya sudah bersemangat rupanya. Belum saja dilapangan suka tiba-tiba jadi galak.

"Komdisnya siapa?" tanya Anaraya. Ia masih menyimpan sedikit kesal karna dulu pernah dihukum hanya karna susah senyum.

"Itu temen-temennya bang Tama. Pacarnya teh Jihan tau kan? Nah itu. Pokoknya mah circle si Dimas lah,"

AplombWhere stories live. Discover now