Méros : 1

13.9K 1.2K 155
                                    

Cerita ini bersifat remake. Yang berarti sebelum mempublish cerita ini, sudah diberi izin dengan penulis aslinya richanchan

Disamping itu tetap dukung karya ini dan karya aslinya. Beberapa kalimat ada yang kurombak untuk kepentingan cerita. Namun tidak mengubah keaslian dari cerita tersebut.

⚠️ Cerita ini mengandung unsur bahasa kasar dan adegan dewasa.
Umur yang tidak mencukupi silahkan keluar dari cerita ini.

Kalau tetap ingin baca, hargai karya penulis dan tetap baca dengan tenang tanpa protes sedikitpun. Karena sudah dari awal penulis memberi peringatan. Protes? Block.

Happy Reading.





















Suara-suara jeritan itu kian jelas terdengar. Siapapun orang-orang yang mendengarnya pasti mengigil ketakutan. Namun berbeda dengan dia. Rintihan dan lolongan keputus asaan justru sudah menjadi candu baginya. Bagaikan lullaby yang setiap hari mengantarkannya pada dunia mimpi.

Disebuah ruangan yang begitu anggun dan terkesan gelap. Dengan interior yang khas, ditambah dengan cat maroon yang berpadu dengan hitam. Begitu gambling menggambarkan pemiliknya yang arogan, angkuh, dan terkesan panas. An aura that makes people unable to move.

Terlihat seorang pria tengah duduk disebuah kursi yang berhiaskan kepala burung phoenix diatasnya, tengah menyesap cairan berwarna merah pekat secara tenang dan perlahan. Seolah menikmati pemandangan yang ada didepannya. Dimana sumber suara memekakkan telinga itu berasal.

Seringaian tak pernah lepas dari bibirnya. Menggambarkan kepuasan. Dan sepasang manik kelam itu semakin terlihat arogan.

Kriek'

"Semua sudah siap"

Tanpa melihat pun ia sudah tahu siapa yang berbicara. Itu Jeongwoo. Utusannya.

"Hm", Dan setelahnya ia beranjak meninggalkan singgasana. Menuju ke atas. Dimana dunia luar berada.




Terlihat banyak hidangan ditata apik yang disajikan dimeja panjang mewah dimana itu terbuat dari batuan alami.

Jamuan itu tentu saja sudah disiapkan dengan begitu apik. Terlihat apik dan berkelas. Begitu pas dengan seleranya.

Zeus, Sang tuan rumah duduk di bagian meja paling depan. Memimpin perjamuan makan yang ditujukan untuk menyambut salah seorang temannya.

"Yang mulia Hades telah sampai paduka" ucap salah seorang pengawal.

"Ya" balasnya.

Suara yang keluar begitu berwibawa namun bersahabat. Tanpa intimidasi dan emosi yang berarti. Itulah Zeus, sebutan sang dewa langit atau dunia atas.

Pintu setinggi puluhan meter itu terbuka. Menampilkan sesosok pria bertubuh jangkuk dan gagah dengan rambut hitam kelamnya. Menguarkan aroma yang khas. Seperti ramuan yang gelap bercampur dengan aroma mint dan floral yang memabukkan.

Tubuhnya yang kekar dibalut dengan pakaian bercorak abstrak berwarna hitam dan merah. Begitu menegaskan karakter sang pemilik. Begitu magis dan sensual disaat bersamaan. Membuat para dayang-dayang disana menahan jeritan mereka. Sekali mereka mengeluarkan suara, konsekuensi dikeluarkan dari surga. Dari istana langit -rumah Zeus yang agung.

Tungkai kaki jenjangnya semakin dekat dengan tujuan. Dimana terlihat Zeus tengah duduk tenang disana. Ia menyeringai. Yang dimana seringaian itu terlihat begitu menawan. Membuat para dayang harus ekstra mengontrol dirinya disana.

Hades And His Little Persephone [END] ✓Where stories live. Discover now