04. Visit

1.3K 246 42
                                    


"Chaeyoung tolong angkatin ini dong." Chaeyoung mengangguk saat Sana memanggilnya. Dengan cepat ia membersihkan meja terakhir dan membawa sisa sisa piringnya ke belakang lalu membantu Sana membawa bahan bahan perlengkapan cafe untuk besok.

"Udah semua kak?" Tanya Chaeyoung setelah selesai memindahkan semua barang barang dari luar cafe.

"Udah cuman tinggal tutup cafe." Jawab Sana tersenyum pada Chaeyoung, "bentar." Chaeyoung mengerutkan keningnya bingung tapi ia tetap menurut untuk tak pulang dulu.

"Nih." Sana datang kembali membawa amplop berisi uang.

"Kayaknya belum dua bulan gak sih?" Ucap Chaeyoung karena ia pikir pikir masih ada setengah bulan lagi.

"Cafe tuh akhir akhir ini rame banget, jadi gajiannya lebih cepet. Anak anak lain juga udah pada dapet kok." Jelas Sana sembari melipat tangannya di atas meja.

Chaeyoung tak dapat menahan senyum bahagianya dan memeluk Sana, "arrrrigato, Sana-chaaaan." Serunya sedangkan Sana hanya tertawa melihat tingkah Chaeyoung.

Kring!

Mendadak pintu cafe di buka, Chaeyoung melepaskan pelukannya dari Sana dan menoleh ke arah pintu Cafe.

"Maaf, cafenya sudah tutup." Beritahu Sana dengan ramah namun gadis bertubuh tinggi itu tak bergeming dari depan pintu membuat Chaeyoung dan Sana kebingungan.

Matanya hanya terfokus memandang Chaeyoung dari atas hingga ke bawah lalu sebaliknya. Perlahan mendekati Chaeyoung dengan langkah linglung.

Saat berada tepat di depan Chaeyoung, gadis itu menangkup pipi Chaeyoung, "Lo ngapain sih? Sampe Jennie bisa suka banget sama lo?" Tanyanya.

"Ha?"

"Pakai pelet ya lo?"

"Ha? Pelet?"

Tzuyu tersenyum tawa dengan sinis, melangkah mundur lalu setelah melayangkan sebuah pukulan ke pipi kanan Chaeyoung membuat gadis itu terjatuh membentur kursi.

Sana langsung berdiri dengan kedua tangannya menutup mulutnya sangking terkejutnya karena tzuyu menyerang tiba tiba Chaeyoung.

"Ah, anjing! Ngapain sih Lo harus muncul waktu itu! Kalau Lo gak muncul, gue sama Jennie gak bakal putus!" Tzuyu berteriak dengan keras tepat di hadapan Chaeyoung.

Chaeyoung memegang ujung alis kanannya yang berdarah karena tergoreng ujung meja dan menghela nafas sembari berdiri menatap Tzuyu.

"Gue cintah banget sama dia, anjir! Gak pernah sekalipun gue kepikiran bakal kehilangan dia tapi Lo! Lo ngapain sih masuk hubungan orang seenaknya?" Saat Tzuyu kembali ingin menyerang Chaeyoung, Sana terlebih dahulu menyiram Tzuyu dengan jus mangga sisa pelanggan yang masih tergeletak di meja.

"Jaga omongan Lo ya! Yang maruk tuh mantan Lo bukan Chaeyoung!" Kesal Sana menegur, merasa tak terima Chaeyoung yang ia anggap seperti adiknya di serang seperti ini.

"Kak, dia—"

"Mabuk? Iya? Makanya harus di sadarin sekarang! Dia gak bisa seenaknya dong ngehakimin orang!" Potong Sana pada perkataan Chaeyoung.

Kembali keduanya menatap Tzuyu yang kini hanya berdiri diam tapi tak lama ia membungkuk dengan sopan lalu pergi dari cafe milik Sana.

"Gapapa?" Sana menangkup kedua pipi Chaeyoung dan meringis samar melihat luka Chaeyoung.

"Aman kak, gue gak papa." Chaeyoung menurunkan tangan Sana dan tersenyum, "gue pulang dulu ya." Pamit Chaeyoung pada Sana.

"Gak mau nginep sini aja? Takutnya nanti dia hajar lo lagi pas ketemu di luar?" Tanya Sana karena di cafenya ada salah satu ruangan yang memang biasanya Sana yang akan menginap jika sedang malas untuk kembali ke rumahnya.

WAITERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang