Chapssal-tteok Coklat Manis

2.8K 313 5
                                    

Hari kedua Taeyong bekerja. Masih dengan semangat yang sama. Gadis itu menatap dirinya pada cermin besar yang berada di dinding kamar. Mengelus-elus kemeja putihnya serta menurun sampai rok span hitam yang ia pakai seolah menghilangkan debu-debu yang nyatanya tidak ada sama sekali. Dia sangat benci debu. Pantulan senyumnya tampak manis dari balik cermin itu. Bahkan riasan wajah yang sangat tipis saja dapat menambah aura cantik pada dirinya, ia menambahkan sedikit blush on berwarna jingga lembut pada kedua tulang pipinya.

"Nona Lee Taeyong, kau benar-benar cantik." Pujinya pada bayangan gadis di dalam cermin itu. Taeyong sadar, dia benar-benar cantik dengan mata bulat besar, bulu mata yang lentik, hidung mancung, wajah tirus dengan bibir tipis merah muda serta badan kecilnya yang tetap tampak berlekuk indah. Tentunya bohong apabila ada manusia yang mengatakan dia gadis yang tidak sempurna. Bahkan banyak pria yang antre untuk menjadi kekasihnya. Tetapi gadis itu tidak tertarik sama sekali pada siapun, ah... dia terlalu fokus untuk mengejar karir.

🍭🍭🍭🍭🍭🍭🍭🍭🍭🍭

"Selamat pagi," sapa Taeyong ramah pada ketiga rekan kerjanya yang juga baru sampai di sana.

"Hai... Pagi Lee," jawab wanita yang paling tua.

Taeyong mendudukkan dirinya pada kursi kerja dan menaruh tas kecilnya pada meja komputer.

"Kembalikan, kembalikan Chan." Suara Mark tiba-tiba meninggi menarik-narik lengan kemeja Sungchan. Taeyong dan Doyoung keheranan ada apa dengan dua pria muda itu, masih pagi sudah riuh saja.

"Ya, ampun kalian. Apalagi sekarang?" Doyoung melototi keduanya, dia hampir lelah menghadapi dua pria yang selalu berulah itu. Tidak pernah akur. Akur hanya kalau sedang ditraktir makan.

"Lihat Kak, bekal sarapan Mark. Lucu, kan? Seperti bontot anak kecil. Hahaha...." Ledek Sungchan seraya mengangkat kotak kecil bekal makanan dengan motif bunga matahari di segala sisinya. Mark dengan cepat langsung merampas kotak kecil itu. "Bilang saja kau iri. Tidak ada yang membuatkanmu bekal, wlee...." Mark menjulurkan lidahnya.

"Sudah-sudah, kalau kalian bertingkah kekanakan seperti ini terus, aku rasa tidak akan ada wanita yang mau pada kalian. Kerjaannya hanya bertengkar dan saling ledek." Doyoung menggeleng putus asa sudah hampir lima bulan ia melihat tingkah kekanakan keduanya. Taeyong hanya tertawa melihat kegaduhan kedua pria muda itu. Dia belum terlalu memahami apa saja tingkah mereka saat bekerja sehingga membuat Doyoung tampak kesal menghadapi mereka.

Setelah kerusuhan antara Mark dan Sungchan yang memang sudah seperti menjadi rutinutas sehari-hari mereka. Tiba-tiba Doyoung berdiri dengan wajah cemas meraih tas kerjanya. Membawa sebuah map berwarna biru tua lalu medekati Taeyong. "Tae, tolong siapkan laporan ini. Kau hanya harus mengisi kolom ini dan ini." Jelas Doyoung pada Taeyong dengan nafas yang memburu. Dia harus segera pergi setelah mendapat pesan dari guru kelas anaknya.

"Bb-baik, kak Doy," angguk Taeyong sedikit ragu karena penjelasan Doyoung yang terlalu cepat dan ini pertama kalinya ia melihat berkas itu. Ah... dan ini adalah hari keduanya bekerja. Dia seharusnya masih dalam masa pengenalan. Wajar ia masih sedikit kikuk langsung dicekoki dengan laporan.

"Kalau ada pertanyaan kirim saja pesan padaku. Deadlinenya hari ini." Buru-buru Doyoung langsung meninggalkan kantor. Dia baru saja mendapat kabar bawa anaknya muntah-muntah karena alergi sembarang memakan jajanan di sekolah dan sedang dilarikan ke rumah sakit.

🍭🍭🍭🍭🍭🍭🍭🍭🍭🍭

Suara hempasan kuat terdengar pada ruangan yang tertata rapi dan paling mewah di perusahaan itu. Tumpukan kertas yang tadinya tersimpan rapi pada sebuah map biru tua kini berserakan di atas lantai. Gadis itu ketakutan bukan main. Ia menundukkan kepalanya dan meremas ujung blazer hitam yang ia kenakan. Irene, sebagai sekretaris pemilik perusahaan tempat ia bekerja sudah terbiasa dengan sikap arogan bosnya namun tidak pernah sampai semarah ini dalam beberapa tahun terakhir.

Jeje Bossy BossWhere stories live. Discover now