CHAPTER 1

5.4K 427 24
                                    

    Entah sudah berapa helaan nafas keluar dari mulut Dira. Gadis itu rasanya sangat tertekan berada di antara segerombol manusia cromboloni lima rasa.

Duduk bersama para anak futsal andalan Bima Sakti yang terkenal tampan. Lagi-lagi sebuah klise semacam novel roman, belum cukup dengan ratu sekolah sekarang most wanted boy idaman semua ciwi. Kadang Dira sendiri bertanya-tanya, apa ia memang hidup dalam novel roman?

Tentu saja Dira bergaul dengan mereka karena ia sahabat Manda. Jika bukan, tidak mungkin Dira mengenal orang-orang bodoh itu.

Dira duduk di tengah antara Manda dan Yongki. Manda di sebelah kanan berhadapan langsung dengan sang kekasih, siapa lagi kalau bukan Awan Seano si ketua futsal. Yongki Komaladi si cerewet banyak tingkah di sebelah kiri Dira.

Di depan Yongki ada Hidan Galdhar dan Wibowo yang sedang berebut kursi. Tepat di depan Dira ada Guntur Aryo Abdi yang kemari hanya karena lapar saja.

"Yang kesini duluan gue sat!" Bowo mulai menaikan suaranya.

"Yang ambil kursi gue duluan anjing!" Hidan gak mau kalah.

"Dari awal gue udah niat duduk di sini, lo dateng-dateng main nyerobot aja!" sewot Bowo.

"Niat? Niat Lo bilang? Niat doang gak cukup! Kalo mau sesuatu ya langsung action lah goblok, ngarti action kagak Lo?" Maki Hidan emosi.

"Action pala Lo botak! Gak usah sok Inggris Lo tai! Minggir! Gue mau duduk!"

"Ogah, gue yang dudukin duluan."

"Lo tinggal ambil kursi lain apa susahnya sih?"

"Kenapa gak Lo sendiri aja yang ambil kursi? Gak usah ngusir-ngusir gue yang udah duduk!"

Dira ingin protes, tapi bertengkar sudah menjadi separuh dari hidup mereka. Tidak ada hari tenang setelah mengenal cowok-cowok cromboloni ini. Dira muak.

Bowo dan Hidan terlalu berisik, telinga Dira panas mendengar perdebatan tidak bermutu keduanya. Padahal hanya masalah kursi, bisa-bisanya sampai berdebat sepanjang itu.

"Heh!" Dira bersuara menginterupsi Bowo. Seperti biasa, nada gadis itu selalu saja tak bersahabat.

"Hah?" sentak Bowo tak suka perdebatannya di ganggu.

Mata tajam keduanya saling beradu membuat Manda dan kawan-kawan langsung menjatuhkan pandangan kepada mereka berdua.

"Duduk sini Lo! Gue cabut!" ucap Dira membuat Manda melotot.

"Lah belum juga pesen udah mau pergi, kenapa sih Dir?" Ujar Manda menyayangkan.

"Telinga gue pedes denger bacotan mereka," ujar Dira jujur tanpa basa-basi.

Bowo menaikan sebelah alisnya kesal, "Oh Lo keganggu? Yaudah sana pergi! Perlu apa Lo disini?" sarkas Bowo.

Ucapan tajam Bowo membuat atmosfer di sekitar mereka langsung mencekam. Yongki melirik Dira disampingnya, cowok itu kagum akan ekspresi datar Dira yang sama sekali tidak berubah karena profokasi Bowo.

Hidan sendiri panik, takut Dira marah. Ingat pepatah 'marahnya orang pendiam itu menyeramkan' Walaupun Hidan tidak pernah melihat Dira marah, tapi dari wajah gadis itu ia bisa memastikan bagaimana jika Dira marah. "Bicara aja nyeremin, apa lagi marah." Batin Hidan ketar ketir.

FIGURANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang