CHAPTER 3

4.2K 316 18
                                    

    Duduk di salah satu kursi tribun Gedung Olahraga SMA Bima Sakti. Dira memandang Manda yang begitu exitednya menyemangati Awan dari pinggir lapangan.

Seperti tugas figuran lainya, Dira disini hanya karena sang pemeran utama perempuan memintanya menemani menonton pemeran utama laki-laki berlatih futsal.

Tidak ada bagian atau dialog khusus untuk Dira, kehadirannya saat ini hanya pelengkap.

Dira menyunggingkan sebelah bibirnya membentuk senyuman kecil. Kalau di fikir-fikir lagi, kisah cinta Manda dan Awan sangat mirip dengan novel yang sering di bacanya.

Sangat lucu. Perempuan paling cantik dan laki-laki paling populer di sekolah. Perpaduan yang sangat sempurna. Di kelilingi pria tampan dan juga hadirnya antagonis perusak hubungan yang sangat mendukung kisah Manda dan Awan menjadi lebih hidup.

Saking miripnya kisah cinta Manda dengan buku fiksi, Dira jadi curiga jika ia hidup di dalam novel dan berperan menjadi figuran. Huh, naif sekali.

Tapi kenyataannya Dira memanglah figuran. Tidak hanya di kisah Manda, kisah masa SMP nya pun ia hanya kebagian pemeran figuran.

Anehnya, di SMA kali ini posisinya sedikit meningkat menjadi sahabat pemeran utama. Sangat merepotkan, Dira selalu mengeluh akan kenyataan ini.

Yah dalam hidup ini kadang kala kita menjadi figuran dan jika masanya datang kita akan menjadi pemeran utama di kehidupan kita sendiri. Tapi masa bodo dengan hal itu, nyatanya Dira tak kunjung menemui cerita dimana ia menjadi pemeran utamanya. 

"Haaah!" Saking bosannya, Dira menguap lebar. Sudah hampir satu jam ia duduk di tengah tribun sendirian. Kenapa juga tadi Dira mengikuti Manda, harusnya ia pulang saja dan tidur nyenyak di rumah.

Dira membuka ponselnya, ia memutuskan untuk mendengarkan sebuah lagu. Latihan pasti masih akan berjalan lama, ada baiknya Dira tidur sebentar.

Di dengarkannya musik lewat earphone, Dira mulai memejamkan matanya.

••••

      Guntur mengelap keringat yang membasahi wajahnya. Staminanya hari ini sangat buruk, ia keluar dari lapangan lebih dulu karena kelelahan. Bowo yang awalnya tidak berniat ikut latihan pun pada akhirnya terjun ke lapangan untuk menggantikan Guntur.

"Mau minum?" Manda menyodorkan air mineral dingin pada Guntur yang duduk di sebelahnya.

"Thanks," Guntur menerima dengan senang hati. Laki-laki itu langsung meminumnya hingga kandas.

Manda yang melihat Guntur menghabiskan air dengan sekejap spontan tertawa. "Ha? Kenapa?" Guntur mengangkat kedua alisnya, menatap Manda bingung.

"Gak tau kenapa, lo tuh mirip banget sama Dira. Yah walaupun beda," ujarnya masih terkekeh lucu.

"Mirip tapi beda? Gimana maksud lo?"

"Gak deh. Lupain," ucapnya seraya mengibaskan tangannya menandakan jika itu bukan apa-apa.

Guntur hanya mengangguk acuh. "Btw gimana rok temen lo itu? Udah di jahit?" tanyanya sambil tersenyum merasa lucu mengingat ekspresi Dira kemarin. 

"Hustt! Jangan di bahas! Kalau dia tau lo bahas bahkan ngetawain hal itu, bisa-bisa di musuhin setahun. Untungnya dia tidur, jadi gak bakal denger." Ujarnya sambil menoleh melihat Dira yang tidur dengan posisi duduk tegak.

Guntur ikut menoleh, melihat Dira. Ia tertawa, "Keren banget bisa tidur tanpa oleng."

"Sebenernya gue kasian nyuruh dia nemenin gue terus, tapi ya gimana? Gue tuh pengen hidupnya dia tuh berwarna dikit gitu loh, gak datar aja kayak mukanya." Tutur Manda berambisi.

FIGURANWhere stories live. Discover now