5. Kesempatan dalam Kesempitan

19.4K 1.4K 5
                                    

Keysa terkesiap kaget ketika merasakan jemari tangan Rafael mengusap wajahnya. Pria itu rupanya sedang menghapus jejak air mata di sekitar pipi Keysa. Sontak saja perlakuan Rafael ini membuat wajah Keysa merah padam.

Rafael sendiri tidak mampu menahan gejolak dalam dirinya. Kulit wajah Keysa begitu halus dan lembut. Mungkin jika tidak sedang menahan diri, sudah sejak tadi dia menyambar bibir mungil yang dilapisi lipbalm tersebut.

"Ehem!"

Suara Candra menghancurkan segalanya. Keysa langsung menunduk, sementara Rafael menatap kesal pada pria itu.

"Maaf, aku mengganggu waktu kalian. Tapi makanan sudah siap untuk dihidangkan," kata Candra sambil memasang wajah datar, tapi bagi Rafael seringaian pria itu tak luput dari penglihatannya.

Keysa mengerjapkan matanya melihat pelayan masuk untuk menghidangkan menu makan siang mereka. Matanya berbinar terang setelah mendapati makanan kesukaannya tersaji di atas meja

"Kenapa diam saja, Keysa? Kamu tidak suka?" tanya Candra.

Keysa menggeleng malu. "Aku suka semuanya."

"Kalau begitu, kau bisa memakan semuanya," sahut Rafael.

"Sungguh?! Aku boleh memakannya?!"

Rafael menghela napas. "Kamu pikir kamu datang ke sini hanya untuk melihat kami makan?"

"Ehehe~" tawa menggemaskan itu lolos dari bibir Keysa, membuat Candra tersedak nasi yang baru saja masuk ke mulutnya. Dia buru-buru mengambil minuman dan melirik Rafael secara diam-diam.

Ya Tuhan, sekali lagi Candra melihat sisi lain dari Rafael. Sahabatnya tersenyum tulus ketika menyaksikan bagaimana Keysa tampak bersemangat dan lahap menikmati santapan makan siang mereka.

Melihat pemandangan langka tersebut, hati Candra ikut menghangat seiring bibir tipisnya yang melengkung sempurna.

***

Selesai menikmati makan siang, Rafael membawa Keysa pergi untuk melakukan fitting busana pengantin. Candra tak bisa menemani mereka lantaran harus secepatnya kembali ke kantor untuk menyelesaikan pekerjaan.

Jadilah Rafael dan Keysa menghabiskan waktu berdua saja, duduk bersebelahan di jok belakang mobil. Tak ada obrolan yang mereka ciptakan. Keysa sibuk mengamati suasana jalan yang mereka lalui, sementara Rafael fokus pada layar tab di tangannya.

Beberapa menit kemudian, mobil yang mereka naiki berhenti di depan sebuah butik ternama, masih di kawasan Kebayoran Baru. Keysa menunggu Rafael keluar lebih dulu, baru gilirannya ketika sopir mulai membukakan pintu.

Secara mengejutkan, Rafael sudah berdiri di depan Keysa, sedikit membuka lengannya sambil berdeham pelan.

"Lakukan seperti yang biasa dilakukan pasangan pada umumnya," bisik Rafael.

Keysa menautkan kedua alisnya, bingung dan tidak mengerti maksud ucapan Rafael. Belum sempat bertanya, tangannya lebih dulu ditarik Rafael dan diatur agar memeluk lengan pria itu.

Wajah Keysa merona. Ia menunduk malu setelah paham ucapan Rafael sebelumnya. Keysa pun hanya menuruti pria itu yang langsung membawanya masuk ke dalam butik.

"Selamat datang, Tuan Rafael, Nona Keysa."

Sapaan ramah dari para karyawan butik hanya dibalas anggukan kecil oleh Rafael. Berbeda dengan Keysa yang spontan tersenyum manis kepada semua orang.

"Apa semuanya sudah siap?"

"Sudah. Tuan bisa mencoba jas pengantin Anda lebih dulu, selagi kami mempersiapkan gaun pengantin untuk Nona Keysa," jawab karyawan tersebut.

Destiny of Us [Pindah ke Blogspot]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang