Truth

312 85 4
                                    


"A-apa??" Kaget Jihyo.

"Aku jatuh cinta padamu sejak dulu. Sejak pertama kali kau masuk SMA, saat pertama kali aku melihatmu waktu masa pengenalan sekolah. Saat melihat senyumanmu, itu adalah pertama kalinya aku merasakan kehangatan di hidupku. Aku selalu takut untuk memulai pembicaraan denganmu, tapi saat dapat berbicara padamu, aku merasa begitu bahagia." Ungkap Sana.

"..." Jihyo tidak bisa berkata kata.

"Aku tetap menyukaimu walau aku mengetahui fakta bahwa kau takkan menatapku seperti kau menatap Jeongyeon. Aku iri padanya yang bisa selalu bersamamu setiap saat. Bahkan hanya sekali makan bersamamu aku merasa sangat bahagia. Aku iri pada Jeongyeon yang bisa melakukan itu setiap saat bersamamu. Melihatnya lebih memilih pergi bersama Mina dibandingkan pulang bersamamu membuat diriku begitu geram. Aku ingin makan siang bersamamu, pulang bersamamu, menghabiskan waktu bersamamu, dan melakukan banyak hal denganmu. Tapi..." Sana menyeka air matanya sebelum melanjutkan kata katanya.

"Tapi aku bukan Jeongyeon." Sebuah kalimat yang membuat Jihyo memejamkan kedua matanya.

Ntah mengapa Jihyo bisa merasakan sesak di dada Sana. Jihyo dapat merasakan betapa sakitnya saat orang yang dicintainya malah menyukai orang lain. Sebuah ironi yang tragis.

"Aku.." Suara Sana bergetar. Air matanya sudah membasahi kedua pipinya.

"Aku mencintaimu, Jihyo-yah." Mendengar itu Jihyo menundukan kepalanya. Air matanya ikut luruh.

Ia merasa bingung dengan apa yang harus ia lakukan sekarang. Seseorang sudah menyadarkan perasaannya kepada Jeongyeon. Sekarang ia sadar bahwa ia mencintai Jeongyeon, tapi disaat yang bersamaan Sana juga mengungkapkan perasaannya.

"Unnie.." Panggil Jihyo.

Mendengar kata itu, Sana mengangkat wajahnya dan menatap Jihyo.

"Aku seharusnya memanggilmu unnie kan?" Tanya Jihyo.

Jihyo meraih sapu tangan di kantungnya dan menyodorkannya ke arah Sana.

"Terima kasih telah menyadarkanku tentang perasaanku dan terima kasih telah mengungkapkan perasaanmu padaku. Tapi saat ini aku masih sangat bingung dengan apa yang sebenarnya aku rasakan. Jadi bisakah kita mulai berteman dulu, unnie?" Pertanyaan Jihyo membuat Sana tidak percaya dengan apa yang ia dengar. Ia kira begitu dirinya mengungkapkan perasaannya kepada Jihyo, gadis itu akan meninggalkannya begitu saja.

"Atau kau lebih suka dipanggil onee-chan?" Tanya Jihyo yang membuat Sana tersenyum.

"Ne, mari berteman." Sana mengangguk angguk sambil meraih sapu tangan dari Jihyo.

.
.
.

*Ting!

*Ting!

*Ting!

Jihyo mendapat begitu banyak pesan dari Jeongyeon, namun ia abaikan begitu saja.

*Drrtt drrrtt drrt.

Jihyo mengambil ponselnya dan melihat Jeongyeon menelponnya. Namun alih alih menerima panggilan itu, Jihyo mengabaikannya dan memilih untuk merebahkan tubuh di atas kasur. Air matanya sejak tadi terjun begitu saja dan enggan berhenti.

*Tok tok tok.

"Jihyo? Jeongyeon mencarimu di depan." Panggil ibunya.

"Huft.." Jihyo begitu enggan untuk menemui Jeongyeon.

"Jihyo?" Panggil ibunya lagi.

"Ne, aku akan segera ke depan." Ucap Jihyo.

Dengan begitu malas, Jihyo bangun dari tidurnya dan menyeka air matanya. Ia perlahan berjalan menuju keluar kamar dan keluar dari rumahnya. Jeongyeon yang melihat Jihyo keluar, langsung berdiri dan turun dari motornya.

I Hate You, Like I Supose toWhere stories live. Discover now