51. tolong jaga Rania

114 31 9
                                    


"Yang datang akan pergi, yang lewat akan berlalu. Waktu akan terus berputar, semakin waktu bertambah, semakin umur berkurang. Kian masa, waktu ku habis. Perjalanan ku telah usai. Aku sampai pada titik terakhir bertemu sang jodohku."

—Ardan Alares—







***








Kiki melangkahkan kakinya mendekati Ardan yang tersenyum padanya.

"Dan...," lirih Kiki.

"Tumben lo jenguk gue, Ki," kata Ardan sambil tertawa kecil.

"Gue... Minta maaf, dan," ucap Kiki. Ardan tersenyum lalu memegang tangan Kiki.

"Ki, gue udah maafin lo, kok. Lagian gue yang harusnya minta maaf sama lo, kan gue yang nikung lo," kata Ardan.

Kiki menghela napasnya pelan.
"Lo nggak salah,dan. Gue yang salah, harusnya gue tau Rania sukanya lo, bukan gue." Kiki menundukkan kepalanya ke bawah. Ardan menatap Kiki iba, rasa bersalah semakin menusuk hati Ardan.

"Nggak, Ki. Lo nggak salah. Semua manusia berhak mencintai dan dicintai, termasuk lo. Yang lo lakuin itu wajar, lo cuman berusaha mengejar cinta lo. Yang salah itu gue, yang seharusnya nyemangatin lo ngejar Rania malah gue ikut ngejar Rania." Ardan menatap lurus ke depan dengan pandangan kosong. "Gue bego, ki! Bego!"

"Udahlah, dan. Jangan nyalahin diri lo sendiri, lo ngga salah!" ujar Kiki sambil memegang tangan Ardan. Manik mata Ardan menatap Kiki sendu.

"Ki, kalo gue ngga ada tolong jaga Rania, ya?" pinta Ardan. Kiki langsung menggeleng cepat.

"Ngga! Lo nggak boleh ngomong gitu, dan! Lo pasti sehat kok," kata Kiki. Ardan tersenyum sekilas.

"Gue nggak bakal sehat lagi, ki. Gue mohon jaga Rania, ya?" Kiki menggeleng cepat.

"Nggak, dan!" tolaknya.

"Gue mohon, ki. Kalo gue nggak ada tolong jaga Rania selamanya, jangan sekalipun lo tinggalin dia." Ardan memegang tangan Kiki sembari menatap Kiki penuh harapan.

"Dan... Lo pasti sehat, lo ngga boleh ngomong gitu," lirih Kiki.

"Ng—" belum sempat Ardan menyelesaikan ucapannya, tiba-tiba napas Ardan tersenggal-senggal. Kiki langsung panik bukan main.

Ardan memegangi dadanya dengan napas yang tak terkontrol.
"Dan, l-o kenapa?" tanya Kiki panik. Ardan memegang erat tangan Kiki.

"T-to-long, jja-ga..." Ardan memegangi dadanya sambil menarik napasnya susah payah.

"Jja-ga... Ran-nia," lirih Ardan sambil memegang tangan Kiki kuat. Kiki menggelengkan kepalanya.

"Nggak! Lo nggak boleh ngomong gitu, dan!" cairan bening keluar dari mata coklat pekat Kiki begitu saja. Ardan tersenyum tulus. Lalu dengan tangan yang bergetar, Ardan mengusap air mata Kiki pelan.

"Jangan tangisin gue kalo gue nggak ada," lirih Ardan. Kiki menggelengkan kepalanya sambil memegang erat tangan Ardan.

"Ngga! Lo nggak boleh tinggalin gue, dan!" napas Ardan kembali tersenggal-senggal. Ardan memejamkan matanya sebentar, lalu menarik napasnya panjang dengan susah payah. Kiki semakin panik melihat Ardan begini. Dengan cepat Kiki memencet tombol di pinggir tempat tidur, memanggil dokter.

"Bertahan, dan! Lo kuat!" kata Kiki menyemangati sambil memegang kuat tangan Ardan.

Napas Ardan semakin tersenggal-senggal, tangannya memegangi dadanya yang terasa sesak.

Cewek wattpadWhere stories live. Discover now