Part 26

15.1K 1.2K 59
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

"Terimakasih telah hadir, dan mencintai tanpa ada batas akhir. Semoga kelak, Tuhan bisa mempertemukan, tanpa ada saling meninggalkan."

©©©

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

©©©

Dear Mas Arka.

Maaf, karena akhir-akhir ini, Resha terlalu kasar, dan tidak berperasaan.

Resha hanya terkejut, Mas ....

Resha ... Tidak tau, kalau Resha menjadi wanita bodoh selama ini. Empat tahun adalah, waktu yang sangat lama. Dan dengan bodohnya, Resha menaruh kepercayaan begitu dalam, pada Mas Arka.

Maaf, atas sikap Resha yang merepotkan Mas Arka, Maaf atas sikap Resha yang tidak sopan pada Mas Arka, sebagai suami, dan kepala rumah tangga.

Resha hanya ingin, Mas Arka bahagia ....

Resha tau, kesalahan yang Mas Arka lakukan pada Resha delapan tahun yang lalu, menimbulkan luka di hati Resha. Tetapi, Resha sudah ikhlas Mas ....

Demi Gibran, Resha memaafkan semua kesalahan Mas Arka.

Terimakasih pernah ada, dan mencintai Resha sebegitu dalamnya.

Semoga, Mas Arka bisa melanjutkan hidup dengan tenang, tanpa ada rasa bersalah yang dulu menghantui Mas Arka.

Resha ikhlas, kalau Mas Arka menikah dengan Nayla. Ya, dia adalah sahabat Resha. Sahabat, terbaik yang pernah Resha kenal.

Satu keinginan Resha Mas ... Buat Nayla bahagia di sisa hidupnya.

Nayla juga masih mencintai Mas Arka. Begitupun Resha juga.

Tetapi, Resha memilih pergi. Sebab Resha juga sadar diri, kehadiran Resha dihidup Mas Arka, dan Nayla, hanya ketidaksengajaan, yang digariskan oleh Tuhan.

Sekali lagi, Terimakasih telah hadir, dan mencintai tanpa ada batas akhir. Semoga kelak, Tuhan bisa mempertemukan, tanpa ada saling meninggalkan.

Aresha.

Arkanza bungkam dan mendadak lemas seketika, saat sudah membaca surat kedua dari istrinya. Air mata yang sedari tadi sempat mengering, sekarang sudah mengalir kembali.

Tangannya mengepal kuat, dan menyorot tajam kaca didepannya. Dengan gerakan cepat, ia menonjok kaca tersebut, sehingga kepingan pecahan, berserakan dilantai.

Darah segar yang mengalir dari tangan Arkanza, tidak ia hiraukan. Seberapa perihpun tangannya, tidak sepedih, kehidupan yang harus dilalui Aresha.

"Astaghfirullah, sayang ... Kamu ingin Mas bahagia?" lirihnya, sembari menyeka air mata yang mengalir terus menerus di pipinya.

Assalamu'alaikum My Wife [END]Where stories live. Discover now