Lost Memories (Bagian 1)

404 47 5
                                    

Tokyo, 20 March 2012

"Jadi, apa yang akan kau lakukan setelah lulus Omi-kun?" Atsumu duduk disebelah Sakusa sembari membawa dua gelas cokelat hangat.

"Tentu saja kuliah, memang apalagi yang akan kulakukan selain itu?" Sosok yang ditanya menjawab dengan nada suara kesal.

Atsumu sudah bertanya lebih dari 5 kali kepada Sakusa, tentu saja hal itu membuat Sakusa merasa sedikit jengkel.

Atsumu yang melihat wajah kesal Sakusa hanya tertawa perlahan, sungguh mengganggu Sakusa adalah kegiatan yang paling Atsumu sukai.

"Maaf heheh, kamu lucu kalau begitu soalnya." Atsumu menyesap cokelat hangat yang ada di hadapannya.

.
.

Keduanya kini tengah melakukan kencan sekaligus merayakan hari kelahiran Sakusa.

Tetapi, bukannya merayakan dengan meriah seperti kebanyakan orang. Sakusa justru memutuskan untuk merayakan hari ulang tahunnya hanya bersama dengan kekasihnya, Atsumu.

"Kalau harus memilih antara 1000 orang atau Atsumu yang datang di acara ulang tahunku, aku akan tetap milih Atsumu. Teman bisa ditemukan, tetapi Atsumu hanya ada satu di dunia."

Begitu kira-kira jawaban Sakusa apabila ditanya kenapa.

.
.

"Omi, kau akan mengambil jurusan apa? Kita akan berkuliah di tempat yang sama kan?" Setelah cukup lama terdiam, Atsumu melirik ke arah Sakusa yang sedang sibuk menyesap cokelat hangatnya.

"Jurusan ya, mungkin aku akan mengambil jurusan management. Kalau untuk tempat kuliah. . ."

Sakusa terdiam sejenak, membuat Atsumu dan rasa penasarannya menjadi keheranan.

"Untuk tempat kuliahhh." Atsumu mengulangi kalimat Sakusa dengan menaburkan sedikit nada aneh diakhir. Membuat Sakusa merasa terledek.

"Kau ingin tau apa hanya ingin meledekku?" Sakusa mendengus yang dibalas kekehan dari Atsumu.

"Tidak kok heheh."

"Aku akan pindah ke London."

"Ha?"

"Iya, aku akan melanjutkan kuliah di London."

". . ."

.
.

Suasana menjadi sunyi tepat setelah Sakusa menyebutkan tempat dimana ia akan melanjutkan pendidikan.

Sakusa dapat melihat raut wajah Atsumu yang tadinya sangat cerah menjadi sedikit kecewa. Sakusa ingin menghibur, hanya saja pria itu tidak tau apa yang harus ia lakukan dan memilih untuk diam.

Atsumu menundukkan kepalanya, mencoba menjauhkan pandangannya dari Sakusa. Ada rasa kecewa yang muncul di dalam hatinya.

Sejujurnya, Atsumu sudah membuat rencana untuk terus bersama dengan Sakusa. Ia bahkan mencoba untuk belajar lebih keras agar dapat diterima di universitas yang ia kira merupakan impian Sakusa.

Tetapi mengapa? Mengapa pada akhirnya mereka tetap harus berpisah?

.
.

Setelah beberapa saat, Atsumu sudah merasa tenang. Saat itu pulalah Sakusa memberanikan diri untuk berbicara.

"Atsumu, ayolah aku akan kembali. Aku akan mengabarimu setiap hari. Kita masih bisa bercakap atau melakukan video call. Aku berjanji."

"Omi, bahkan sebuah janji bisa dilanggar. Apa kamu yakin bisa menepati janjimu?"

". . ."

"Kalau begitu, berjanjilah padaku tentang satu hal."

"Apa?"

"Berjanjilah kalau kau akan menjaga dirimu baik baik, jangan sampai sakit. Karena aku tidak akan ada disana untuk memaksamu makan atau minum obat saat kepalamu kembali sakit."

"Aku serius. Kau harus bisa mandiri, kesehatanmu penting. Aku tidak ingin kau meninggalkanku, Omi."

"Kenapa kau berpikir aku akan meninggalkanmu? Aku sehat Atsumu. Tidak perlu terlalu khawatir."

"Entahlah hanya perasaanku saja."

"Tenanglah, aku berjanji akan menjaga diriku sendiri. Kamu juga tidak boleh sakit, oke?"

"Kau tidak berbohong kan?"

"Kapan aku berbohong? Kau bisa percaya kepadaku"

"Oke, aku percaya kepadamu."

Keduanya berakhir berpelukan erat di sebuah bangku di bawah pohon rindang. Tanpa memperdulikan orang yang lewat, keduanya tetap saling berbagi kehangatan. Mempererat pelukan seakan momen ini hanya akan terjadi sekali.

Dan benar saja, momen itu tidak pernah terulang kembali.

To be continued

Lost Memories (Sakuatsu) Where stories live. Discover now