Lost Memories (Bagian 7)

252 35 5
                                    

Sakusa's POV

Entah sudah berapa lama pria berambut kuning itu mengoceh. Sejujurnya aku tidak ingat dengan segala hal yang keluar dari mulut pria yang berada di hadapanku ini.

“Atsumu, sudah berapa lama kita menjadi sepasang kekasih?” Tidak tahu kenapa sontak saja pertanyaan seperti ini meluncur dari mulutku.

Membuat Atsumu yang tadinya sibuk mengoceh menjadi terdiam. Aku panik, apa ada yang salah dari omonganku? Sungguh mulut sialan.

“Maafkan aku, tapi. . .”

“Santai aja Omi, aku tau kok.” Belum selesai aku menyelesaikan kalimatku, Atsumu sudah terlebih dahulu menjawab.

“Berapa ya? 6 tahun.”

Aku tertegun ketika mendengar jawabannya, 6 tahun bukanlah waktu yang sebentar.

“6 tahun ya, cukup lama juga.”

“Aku tau.”

“Oh iya, tadi kamu bilang kalau aku meninggalkanmu selama 3 tahun ya? Kenapa kamu tidak mencari orang baru? Kenapa kamu memilih untuk tetap bersamaku, Atsumu?”

“Ayolah apa kau masih perlu bertanya? Jawabannya hanya satu. Aku mencintaimu. Sudah kan?”

Aku dapat melihat bibir Atsumu yang mengerucut kesal, sepertinya dia tipe yang setia ya?

Aku tersenyum kecil, sungguh aku ingin menghabiskan waktu lebih lama dengan pria ini.

.
.

“Oke Omi, cukup interogasinya. Sekarang, aku mau nanya beberapa hal dari kamu.”

Atsumu menunjukkan tatapan menyelidik ke arahku. Hal itu sukses membuatku tertawa pelan, sungguh wajahnya itu telihat sangat menggemaskan sekarang.

“Iyaiya, mau nanya apa?”

“Apa yang kamu tau tentang penyakitmu ini?”

Aku terdiam sejenak, pertanyaan seperti itu sudah sering diutarakan kepadaku. Tetapi entah mengapa, rasanya menjadi beda apabila Atsumu yang menanyakan hal itu.

“Tak apa kalau kamu tidak ingin menjawab, aku paham kok.”

“Satu hal yang aku tau, aku akan mengalami kematian mental sebelum kematian fisik datang kepadaku.”

“Ah begitu, bagaimana dengan pengobatanmu?”

“Ku rasa pengobatanku lumayan membantu, tetapi dokter berkata hal itu tidak akan bertahan lama. Mungkin aku hanya perlu menghitung mundur tanggal kematianku yang sudah pasti tinggal sebentar lagi.”

Aku terkekeh pelan sedangkan Atsumu kembali terdiam. Aku tau ia merasa sedih, tetapi aku juga tidak bisa berbuat apa-apa.

Penyakit sialan ini sudah mengambil banyak hal dariku. Kalau bisa memilih, aku ingin langsung mati saja daripada harus mengalami kematian mental seperti ini.

.
.

“Atsumu, bolehkah aku berhenti?”

“Hah, apa maksudmu?” Atsumu yang mendengar perkataanku sontak saja terkejut.

“Aku ingin berhenti karena pada akhirnya aku akan tetap mati bukan? Lebih baik berhenti daripada harus tersiksa lebih lama lagi.”

“Jangan.”

“Kenapa?”

“Setidaknya bertahan sebentar lagi bersamaku. Ku mohon. Aku sudah cukup kehilanganmu selama 3 tahun.”

“Di masa terakhir hidupmu, aku ingin menghabiskan berapapun waktu yang tersisa untuk tetap bersama denganmu.”

“Ku mohon.”

Aku dapat melihat air mata Atsumu mengalir, perasaanku menjadi semakin tidak enak karena dari kemarin aku terus saja membuat pria itu menangis.

Dengan sisa tenaga yang aku miliki, aku menarik tubuh Atsumu perlahan. Ku peluk erat tubuh pria bersurai kuning itu.

Tangisannya semakin nyaring, membuat baju yang ku kenakan basah. Tetapi tak apa, baju masih bisa diganti.

Aku mengelus pelan punggung Atsumu, mencoba menenangkan pria itu. Meski aku tidak mengenalnya, aku merasa ada keterikatan diantara kami berdua.

“Maaf.”

POV End

.
.

Jam sudah menunjukkan pukul 5 sore, Atsumu sudah bersiap-siap untuk pulang. Tetapi sebelum itu, ia terlebih dahulu menghampiri Sakusa yang baru saja selesai makan.

“Omi, aku pamit dulu ya? Nanti aku datang lagi.”

Sakusa sontak melirik ke arah Atsumu yang sudah bersiap untuk pulang. Ia kemudian menganggukan kepalanya sebagai jawaban.

“Jangan lupakan aku.”

“Gak janji. Tapi aku akan berusaha.”

“Ehehe oke, sampai jumpa lagi Omii.”

Atsumu melambaikan tangannya, ia berjalan keluar dari ruangan. Meninggalkan Sakusa kembali sendirian.

See you later Atsumu.

To be continued

Lost Memories (Sakuatsu) Where stories live. Discover now