2

2.4K 302 31
                                    

Alis Oikawa yang sebelumnya menukik tajam perlahan mereda. Tangannya yang terangkat kembali turun. Ia menunduk, sekilas menatap pada Kageyama. Melihat lelaki mungil itu memejamkan mata erat.

Setelahnya Oikawa melangkah pergi, kedua tangannya mengepal. Hatinya berkecamuk, sesaat langkahnya terhenti. Ia menghela napas panjang. "Maaf, aku tidak bisa mengajarimu sekarang."

Kageyama terdiam ditempatnya. Ia menatap punggung Oikawa yang semakin jauh. Lelaki raven itu hendak mengejarnya, namun pergelangan tangannya ditahan oleh Iwaizumi. "Kageyama, kau bisa meminta latihan padanya besok lagi, hari ini dia sedang tidak baik-baik saja"

Kageyama mengangguk.

.

Oikawa berjalan pulang sendiri. Jalanan begitu sunyi, hanya ada semilir angin dan suara jangkrik sesekali. Kedua tangan lelaki itu masuk ke dalam saku dan matanya menatap kearah bulan.

Kageyama Tobio

Anak yang terlahir berbakat.

Dia sangat tak menyukai hal itu. Orang yang lahir dengan keistimewaan mengingatkan akan saingan besarnya, Ushiwaka. Oikawa tidak memiliki bakat murni, tapi dia selalu berusaha sekeras mungkin, bahkan terlalu memaksakan diri.

Saat Kageyama masuk sekolah, semua orang tahu tentang dirinya, si setter jenius yang egois. Oikawa menggeleng sembari mendecih.

Aku pasti bisa mengalahkan mu

"Oikawa-san.."

Yang dipanggil menghentikan langkahnya. Angin berhembus saat dirinya berbalik, memandang pada sosok bocah yang sejak tadi ia pikirkan, Kageyama. Oikawa tersenyum miring. "Aku tidak mau."

Kageyama sedikit tersentak, ia bahkan belum mengatakan apapun. "Oikawa-san, aku ingin meminta maaf.." Si lelaki membungkuk. Oikawa menatapnya datar lalu lanjut berjalan pergi meninggalkan Kageyama.

Mendengar langkah kaki yang mulai menjauh, Kageyama menegakkan tubuhnya, ia pun mengejar Oikawa. Katakanlah lelaki berambut coklat itu memiliki magnet kuat untuk menarik minat Kageyama. "Sumimasen Oikawa-san, maaf membuatmu kesal. Servismu sangat hebat.."

"Aku tau" Oikawa tak melirik sama sekali.

"Aku ingin sepertimu Oikawa-san, aku mohon bantuannya"

Oikawa berhenti melangkah, kali ini atensinya terarah pada Kageyama. Matanya menatap sinis pada yang lebih muda tapi ekspresi itu tak bertahan lama dan bergati konyol. "Tidak mau baka! Baka!"

Kageyama tersenyum tipis dan hal itu ditangkap oleh Oikawa. "Kenapa tersenyum, kau pikir yang tadi lucu?"

Cepat-cepat Kageyama kembali berekspresi datar, ia menggeleng, membiarkan Oikawa pergi melaluinya. Si rambut bluberry menunduk.

"Oi! Kalau kau mau aku ajari, besok datang ke lapangan setelah latihan"

Kageyama mengangkat wajah, ia tidak bisa menahan senyuman. Ia sangat senang mendengarnya. Sedang dikejauhan Oikawa hanya mendecih lalu pergi.

.
.
.

Mereka kembali bertemu di lapangan seperti yang dijanjikan Oikawa. Keduanya sama-sama memakai kaos olahraga SMP. Oikawa mulai mengajari Kageyama, tapi daripada dikatakan mengajari, kapten Voli itu lebih seperti pamer.

Ia hanya servis sendiri sedang Kageyama memperhatikan dari pinggir lapangan. Meskipun begitu, Kageyama memperhatikan dengan penuh antusias. Ia begitu fokus dan selalu terpukau saat servis Oikawa mengenai botol-botol yang disiapkan sebagai target.

Oikawa melirik sekilas, dapat ia lihat si bocah raven tersenyum. Entah mengapa pemuda itu selalu berbinar saat menatapnya. Apa dia memang begitu takjub pada Oikawa.

Oikawa mendecih, ia melakukan servis terkahir, setelahnya ia membiarkan Kageyama mencoba. Hasilnya tak sebagus Oikawa tapi cukup hebat untuk seorang pemula.

Bakat murni itu memang menjijikan

Cibir Oikawa dalam hati, kedua tangannya bersedekap saat memperhatikan Kageyama. Ia iri, kenapa dia tidak lahir dengan kemampuan hebat begitu, kenapa dia harus latihan bertahun-tahun hanya untuk servis, sebaik apapun ia mencoba, sekeras apapun ia berusaha, orang-orang seperti Kageyama yang terlahir berbakat selalu mampu menyalip.

"Oikawa-san.." Panggilan itu menyadarkan Oikawa dari lamunannya. Oikawa pun menatap pada Kageyama yang kini sudah berdiri dihadapannya.

"Hm?"

"Terimakasih untuk hari ini, maukah Oikawa-san mau mengajariku lagi?" Pinta anak itu sembari mengusap keringat di keningnya. Oikawa mendecakkan bibir.

Merepotkan

Harusnya Oikawa menolak. Melatih musuh adalah hal yang sangat menyebalkan. Ia tidak menginginkan ini. Tapi kepalanya malah mengangguk, membuat yang lebih muda tersenyum lebar. Entah mengapa dia tidak bisa berkata tidak saat Tobio menatapnya penuh bintang. Ekspresinya sangat langka.

"Trimakasih banyak Oikawa-san"

.

.

Mereka berdua berjalan pulang bersama karena kebetulan satu arah. Bersama Kageyama, Oikawa tak banyak bicara, ia memasukkan kedua tangan dalam saku celana sembari mendengarkan musik lewat earphone.

Kageyama tampak tak masalah dengan keheningan diantara mereka. Meskipun tanpa mengucap sepatah kata, ia tidak merasa kikuk ataupun canggung. Lelaki berambut raven itu mengeluarkan sekotak susu dari dalam tasnya. Oikawa melirik dari sudut matanya tanpa menoleh.

Pipi lelaki bermata royal itu sedikit menggembung, menghisap cairan putih dalam kotak dengan energik.

"Apa yang kau minum itu?"

Kageyama mendongakkan kepala. "Yogurt?" Ia menunduk sesaat lalu kembali menatap senpainya. "Oikawa-san mau?"

Oikawa mengangguk, meski setelahnya ia menyesal. Kenapa pula ia mengangguk barusan, namun saat Kageyama mengulurkan kotak yogurt itu, Oikawa meminumnya tanpa basa-basi.

Awalnya Kageyama biasa saja sampai akhirnya ia sadar telah memberikan yogurt yang barusan ia minum dan bukannya kotak yang baru. Pipinya memerah, bukankah itu disebut ciuman tidak langsung? Wajahnya berpaling, sedikit menunduk.

Oikawa melirik pada yang lebih muda. "Oi, maaf ku habiskan" Ujarnya enteng.

Kageyama hanya mengangguk tanpa menatap membuat sebelah alis Oikawa menyernyit. Tangan Kageyama mengepal, menekan degupan jantungnya. Wajahnya yang merah padam dengan tiba-tiba membuat Oikawa semakin bingung. Lelaki itu pun meletakkan telapak tangannya pada kening Kageyama. "Kau sakit atau apa?"

Mata Kageyama terbelalak. Ia membeku ditempatnya, merasakan telapak tangan hangat menyentuh keningnya. Saat tangan itu tak lagi menyentuh kulitnya, Kageyama membungkuk. "Sumimasen! Aku baik-baik saja!! Maaf membuat Oikawa-san khawatir"

"Aku tidak khawatir kok."

"Eh" Kageyama kembali tegak. "Maaf.."

"Tingkahmu meresahkan sekali, kalau kau sakit lebih baik besok tidak usah latihan"

"Tidak! Aku baik-baik saja"

Oikawa menghela napas. Meskipun ia benci mengakui ini, tapi akan sangat disayangkan jika Kageyama sampai sakit. Alasannya apa, Oikawa sendiri tidak tahu. Ia pun melangkah pergi.




My Pretty Kouhai (Oikage) EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang