3

2.3K 271 37
                                    

Oikawa tiba di rumahnya, cukup besar dan mewah namun sepi karena kedua orang tuanya telah bercerai. Ia pun berbaring di atas ranjang. Setelah mandi dan makan malam sendiri, ia bermain voli di halaman belakang.

Sudah dua jam ia berada di luar hingga memutuskan kembali ke dalam. Tidak ada kata benar-benar istirahat dalam kamusnya, Oikawa duduk lesehan menonton tv, menonton pertandingan voli, mengamati dan mempelajari apa saja yang bisa ia tangkap.

Ting

Cahaya dari layar ponsel dan suara notifikasi menarik perhatian Oikawa. Ia meraih kotak pintar itu untuk mengeceknya. Beberapa pesan masuk dari Iwa-chan, fans, dan pelatih yang mengumumkan tanggal pertandingan di grup voli.

Oikawa membukanya, ia baru sadar bahwa Tobio tak pernah muncul di grup itu. Rasa penasaran si lelaki berambut coklat meningkat, ia mencari kontak Kageyama.

Tidak ada foto atau status.

Oikawa menggeleng, untuk apa pula ia peduli, pun dia segera meletakkan ponselnya lalu naik keatas ranjang.

.
.
.

Tim voli mulai berlatih ekstra untuk lomba yang akan datang. Penyakit marah-marah Kageyama kerap kali muncul membuat rekan timnya menjadi kesal.

Oikawa mengamati dari seberang, bagaimana si pemuda raven itu meledak-ledak tiap waktu. Ia juga bisa melihat raut wajah tak suka dari rekan-rekannya.

Peluit ditiup pertanda latihan berakhir. Oikawa mendekati Kageyama.

"Tobio-chan aku ingin bicara denganmu"

Kageyama mengangguk. Ia mengikuti Oikawa. Mereka berjalan pulang bersama lagi.

"Apa kau sadar sikapmu itu menyebalkan?" Oikawa terang-terangan.

Alis Kageyama mengerut, ia melengos. Oikawa melihat dengan sudut matanya. Kepalanya lurus menghadap depan.

"Jika ada keretakan dalam sebuah kapal, meskipun kecil, kapal sebesar Titanic pun akan tenggelam. Sama dengan tim, sekuat apapun tim, jika salah satunya retak maka bisa menghancurkan permainan"

"Permainan ku bagus! Lemparanku presisi! Mereka yang terlalu lambat"

Oikawa tersenyum miring. "Itulah kenapa kau retak."

Kageyama menatap Oikawa, keduanya berhenti, yang lebih tua memasukan kedua tangan ke saku lalu mendekatkan wajahnya. "Voli tidak dimainkan satu orang. Sehebat apapun dirimu, tanpa tim, kau tidak akan bisa mencetak skor. Cobalah mendengar permintaan mereka, memberikan toss seperti yang mereka mau.."

Oikawa tersenyum. ".. bukankah kau mau menjadi sepertiku, Tobio-chan?"

Kageyama terbelalak. Meskipun tanpa penekanan disetiap kalimat yang Oikawa lontarkan, perkataannya seolah menampar Kageyama.

"Ha'i" Suaranya mengecil.

Oikawa pun berlalu. Kageyama masih diam di tempat ia berdiri, memandang punggung sang kapten yang kian jauh. Namun tak lama Oikawa berhenti, ia berbalik. "Oi, kenapa diam disana? Kau mau latihan atau tidak?"

"Ha'i!!"

.
.
.

Oikawa mengajak Kageyama latihan di rumahnya. Mereka juga makan malam bersama, Oikawa tidak sekejam itu membiarkan Tobio pulang malam-malam dalam keadaan perut kosong.

My Pretty Kouhai (Oikage) EndWhere stories live. Discover now