Happy reading♡
___________________Salbia>Bia
Demi keinginan kedua orang tua, aku harus menerima perjodohan ini.
Di tinggalkan kekasih tercinta membuatku menutup hati-hati rapat-rapat. Tidak mau menjalani hubungan serius dengan laki-laki lain setelah kejadian yang membuatku trauma beberapa tahun silam.
Rasa kehilangan itu masih ada, namun harus di sembunyikan dari orang-orang sebisa mungkin.
Aku yakin meski tanpanya aku masih bisa berbahagia. Sedikit sulit sih.Hari ini keluarga calon suamiku akan datang ke rumah. Aku beserta keluarga akan menyambut kedatangan mereka sekarang.
Mengenakan kebaya bewarna hijau tua, dan hanya mengusap wajah dengan taburan bedak bayi yang ada.
Tampil seadanya, semoga calon
suamiku tidak merasa aneh melihat penampilanku yang sederhana ini.Syahlan Ammar Alpero , nama sosok laki-laki yang tidak akan lama lagi menjadi suamiku. Dia akan tinggal di sini selama dua minggu kedepan.
Paman Firman dan bibi Tasya, sepasang suami istri yang akan menjadi ibu dan ayah mertuaku.
Ada adik imut yang aku kenal sebagai calon adik ipar. Masih kecil, namun khas kecantikannya sudah terlihat.
Sedari tadi kang Alan curi-curi pandang. Aku hanya menunduk malu-malu. Jujur saja aku merasa sedikit tidak nyaman.
°°°•••
Sekarang aku sedang berkumpul dengan ketiga sahabatku. Mawar, Tika, dan Ujang. tiga orang yang sejak kecil sudah berteman denganku.
"Bagaimana wajah calon suamimu, neng? Ganteng tidak?"Tanya Tika.
Aku terseyum tipis. "Lumayan."
Nama aku Salbia Muthia Zahra. Orang-orang memangil ku Neng Bia dan panggilan keluargaku Ceuceu.
"Neng, nanti kalo kamu sudah menikah bakal ikut suami ke kota?"Tanya teman lainku, Ujang.
Aku mengangguk mengiyakan.
"Emang neng gak mau gitu tinggal di sini sama suami neng nanti?"Ujang kembali bertanya.
"Iya neng, tinggal di sini aja atuh,"Timpal Tika sembari memainkan dua rambut kepangnya.
"Aku si maunya tinggal di sini, tapi ya harus minta persetujuan dari kang Alan dulu,"Menatap wajah mereka yang mendadak nampak sedih.
"Berat banget kalo harus ninggalin kalian."
"Ah, neng aku jadi terhura!"Seru Mawar yang sedari tadi diam saja. Mawar beranjak dari duduknya, lalu menghamburkan diri memelukku.
"Terharu, War!"Koreksi Ujang.
"Terserah aku lah Jang, mau terharu mau terhura, orang aku yang ngomong bukan kamu!"Cetus Mawar masih memelukku. Aku terseyum, inilah yang akan aku rindukan nanti, perdebatan antara Ujang dan Mawar yang tiada henti. Kapanpun dan apapun itu.
"Ceu,"Panggil Adik laki-lakiku, Azril.
"Apa, Zil?" Aku menyahut. Tanpa berkata lagi aku mengerti saat melihat sosok mas Alan berdiri di samping Azril.
"Kenapa dia ada di sini?"Aku berbisik tepat di telinga Azril, dengan kode mata pada Mas Alan.
"Kata Ambu ceuceu harus bawa
kang Alan jalan-jalan di kampung."

YOU ARE READING
Istri kampung ku
Romance*Cukup baca dan nikmati alurnya, tidak perlu PLAGIAT* Mempunyai istri yang super kudet itu menyusahkan bagi gue. Dia itu bodoh, dia ceroboh, dia gak bisa bahasa asing, lebih parahnya dengan semua kekonyolannya, benteng hati yang gue bangun tinggi-ti...