Prolog

28 3 0
                                    

"Tell me the news, again, whatever it is...
sorrow and I are hardly strangers.
I can bear the worst."

- Sophocles -

"Dee... gue mau nikah bentar lagi. Datang ya..."

Saat itu, dadaku bukan cuma seperti dialiri listrik tegangan tinggi, rasanya seolah gardu PLN jatuh menimpaku.

Umurku hampir menginjak kepala tiga. Pernikahan belum jadi prioritas utamaku.

Sementara semua teman-teman sebayaku sudah merencanakannya atau setidaknya sudah menimang anak pertama, aku masih memilih membenamkan diri di antara rak-rak buku perpustakaan dan memikirkan sedingin apa bulir-bulir salju yang jatuh seperti rintik hujan di luar jendela asramaku.

Alex.

Senyum di wajahku perlahan memudar.

Aku belum bisa menyingkirkan bayangan Alex dari hidupku.

Menikah. Alex-ku akan menikah. Tadinya aku kira waktu dan jarak bisa membantuku menyingkirkan perasaan ini, tapi nyatanya aku masih saja terluka. Setiap nama itu muncul, mataku seperti melorot dan nyaris jatuh bersandar ke pipi.

Aku benar-benar sudah kehilangan Alex.

Pundakku jadi lunglai.

"Ngomong sesuatu dong, Dee..." Alex mengirim pesan lagi setelah jeda lama aku nggak merespons juga.

Tanganku masih terlalu lemah.

Seolah bobot ponsel itu terlalu berat untuk kubawa.

Tetapi kemudian jemariku siap di posisi, hanya saja aku benar-benar nggak tahu harus mengetikkan apa.

"Congratulation, Lex :) "

Cuma itu.

To Kiss A StrangerDonde viven las historias. Descúbrelo ahora