Chapter 6

10.9K 486 7
                                    

Bbiip! Bbiipp! Warning 18 coret. Adek kecil di bawah 18 skip oke ga boleh nakal. Nanti aku cepuin mamah mu loh mau?

Teman kakak menemagi malam jumat kalian ehe🌚









Cici membulatkan matanya ketika tersadar dari rasa terkejutnya. Segera kedua tangan Cici mendorong dada Andra agar pria itu menjauh darinya. Tak terpengaruh oleh dorongan darinya tadi, gadis itu mulai menendang Andra.

Andra menggeram pelan tidak menyukai tingkah gadisnya, dengan segara tangan Andra mengunci kedua tangan Cici dan menyimpannya di atas kepala. Tak lupa, kaki Andra mengunci pergerakan gadisnya agar tenang tidak memberontak di bawahnya.

"Diam. Aku tidak suka kegiatanku diganggu." Ucap Andra geram seraya menatap tajam gadis di bawahnya.

Seolah tersihir ketika menatap manik mata tajam milik Andra, Cici yang semula memberontak kini mulai terdiam pasrah di bawah Andra. Debar jantungnya semakin menggebu, menahan napasnya secara spontan ketika wajah Andra mendekati wajahnya, lagi.

"Napas Cici, kamu butuh itu." Mendengar perkataan Andra, sontak Cici mulai menghirup napasnya pelan.

"K-kak A-andra... Ga b-boleh" Cicit gadis itu terdengar gugup ketika wajah Andra berada di ceruk lehernya.

Cici bukan gadis polos yang tidak paham perbuatan Andra saat ini. Entah karena ia yang masih dalam pengaruh alkohol atau memang Andra saat ini terlihat mempesona di matanya. Kedua tangannya kembali memberontak, bermaksud ingin menyentuh wajah pria di atasnya itu.

"Ngghh..." Desah tertahan keluar dari mulut Cici ketika dengan jahil Andra menitup telinganya. Sial kenapa Andra meniup telinganya. Padahal pria itu tau kalau telinga miliknya sensitif. Batin gadis itu berteriak.

Senyum seringai terlihat di wajah Andra ketika mendengar suara tertahan gadisnya itu. Tidak puas dengan itu, Andra semakin mendekatkan wajahnya ke ceruk leher Cici. Lidahnya terjulur menjilat kulit Cici yang terlihat menggoda di matanya. Menggigit kecil permukaan kulit gadis itu seraya menyesapnya hingga membuat gadis di bawahnya mendesah tertahan.

"Ngghh... Kak Andraa geli.."

Mulut Andra semakin turun menyusuri leher gadis itu hingga terdiam cukup lama di tulang selangka gadisnya. Mengecupinya seraya membuat tanda kemerahan di sana. Tangan yang tadinya mencengkram tangan Cici kini berpindah meraih tengkuk gadis itu. Bibir Andra kembali naik, mencium kembali bibir Cici. Tangannya menekan tengkuk gadis itu. Semakin memperdalam ciuman mereka.

"Mmphh"

Tanpa sadar, tangan Cici kini melingkar, memeluk leher Andra. Salah satu tangan Andra kembali bergerak aktif. Menelusup ke dalam baju yang Cici pakai. Mengelus punggungnya pelan. Cici yang merasakan elusan itu merinding, semakin mempererat pelukan tangannya pada leher Andra.

Tak ingin hanya sampai situ, tangan Andra kembali bergerak menyusuri perut rata Cici. Tangannya semakin naik dan mulai nakal membelai pelan dada gadis itu. Cici, membelakkan matanya kaget ketika merasakan tangan Andra yang saat ini sudah berada di dada nya. Segera melepaskan pelukan pada leher Andra dan menahan tangan Andra agar berhenti bergerak.

"S-stoph.. Kak A-andra ga boleh.." Ucap Cici terbata-bata karena elusan di punggungnya. Memejamkan matanya sejenak, mencoba memfokuskan diri.

Melihat Cici yang mulai memejamkan matanya, seolah-olah menikmati perbuatan Andra pada punggungnya, Andra kembali melancarkan pergerakan tangannya yang berada di dada gadis itu. Tangannya mulai menangkup payudara Cici yang masih terbalut bra berwarna hitam. Dengan perlahan Andra mulai meremas payudara gadis itu yang tidak terlalu besar dan juga tidak kecil. Sangat pas saat berada dalam genggaman tangannya.

Brother's FriendWo Geschichten leben. Entdecke jetzt