18 - Rencana pertemuan

46 8 7
                                    

Aku memarkirkan motorku pada pukul delapan kurang lima menit

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Aku memarkirkan motorku pada pukul delapan kurang lima menit. Ya, memang tidak seperti biasanya. Ini adalah rekor berangkat paling siang. Bukan karena semalam aku bergadang demi mempelajari kembali materi UTS. Namun, itu dikarenakan sebelum berangkat ke kampus, aku harus menunggu mobil taksi pesanan papa dan mama tiba terlebih dahulu.

Pagi-pagi betul keduanya sudah mengenakan pakaian rapi dan bersiap untuk pulang. Aku yang masih dililit rindu setengah ikhlas melepaskan kepulangan papa dan mama. Tapi, mau bagaimana lagi. Aku tidak bisa memaksa mereka untuk tetap di sini.

Aku berjalan setengah berlari melewati koridor kampus. Kelasku kali ini ada di lantai dua. Oleh karena itu, aku berjaga-jaga dengan setengah berlari, takut bila langkahku kalah cepat dengan pergerakan dosen.

Akhirnya, kakiku dapat melangkah dengan tenang, ketika ruangan kelasku masih begitu riuh. Dosen yang mengajar sekarang belum datang. Aku segera mengambil tempat kosong yang kebetulannya berada di belakang Eisha dan Shafa.

“Hai, Ei, Fa,” sapaku. Mereka juga membalas sapaanku dengan senyuman. Aku duduk di atas kursi dengan tote bag yang berada di pangkuanku. Aku baru sadar jika letak kursiku berada di sebelah Razka. Hari ini hari pertama sekaligus jadwal UTS gabungan antara kelasku dan juga kelas Razka.

Saat aku melihat ke samping, aku menangkapnya tengah menatap ke arahku. Aku segera memalingkan wajah, begitu enggan menatapnya terus-menerus. Aku masih ingat betul dengan ucapan penuh penghinaannya kepada Vero. Meskipun Vero terlihat tidak mempermasalahkannya, tapi tetap saja, ia begitu kejam. Ia terlalu sempurna menilai diri sendiri, hingga lupa untuk menyumpal mulutnya untuk berhenti mengomentari kehidupan orang lain.

Bu Nuraini selaku dosen yang menjaga kelas saat ini telah datang. Aku mengubah posisi dudukku yang tadinya agak condong miring ke kanan, sekaligus mempersiapkan buku dan alat tulisku ke atas meja.

•-•-•-•-•

Hari begitu cepat berlalu. Tanpa terasa, kanvas biru milik Sang Pencipta sudah berubah warna menjadi jingga kemerahan. Aku melewati hari ini dengan begitu bosan.

Rasanya, aku ingin bekerja saja, dibanding harus terpaku di rumah sepanjang hari tanpa kegiatan. Namun, papa dan mama memintaku untuk fokus dengan kuliah saja. Bahkan, saat kemarin aku menanyakan hal serupa kembali, jawaban mereka tetap sama. Mereka melarangku untuk bekerja. Papa dan mama takut bila fokusku akan terpecah dua bila aku kuliah sambil bekerja. Padahal, aku sudah dewasa. Aku bisa membagi waktuku sekaligus bisa mengatur kefokusanku.

Tadi siang, dosen yang mempunyai jadwal UTS besok memberitahu bahwa ia tidak bisa mengadakan ulangan itu besok karena ada seminar kependidikan. Maka dari itu, hari ini aku bisa lepas sejenak dari buku-buku modulku.

Love isn't about Perfection [ Completed ✔ ]Where stories live. Discover now