27 - Piano dan kehidupan

47 7 3
                                    

Untuk kedua kalinya, aku menginjakkan kakiku di rumah Vero

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Untuk kedua kalinya, aku menginjakkan kakiku di rumah Vero. Bedanya, kali ini tidak ada Calla yang menyambut kedatangan kami. Kata Vero, mungkin mamanya dan Calla tengah jalan-jalan di sekitar kompleks mengingat sinar matahari pagi masih menyinari seisi bumi.

"Palingan mama sama Calla bentar lagi pulang," ujar Vero lantas mempersilakanku duduk di sofa empuk ruang tamu. Aku duduk dan mengambil sebuah bantal berbentuk segi empat untuk kupeluk.

"Mau minum apa, Bel?" tawarnya. Aku menggeleng kecil.

"Nanti aja, Ver. Aku lagi gak haus."

Vero mengangguk, lantas duduk di sofa yang berjarak 2 porsi tempat duduk denganku. Aku melihat rumah Vero yang cukup sepi sekarang ini.

"Rumah kamu gak ada asisten rumah tangga, Ver?" tanyaku karena sedari tadi tidak melihat siapa pun di sini.

"Ada. Cuma bibinya lagi pulang kampung, anaknya sakit. Jadi dua minggu belakangan, gak di sini."

"Kalau papa kamu?"

"Papa sibuk ngurus kerjaan di kantor. Kalau jam segini, dia gak bakalan ada di rumah. Palingan malam baru ada di rumah."

Aku mengangguk paham mendengarkan penjelasan Vero. Suasana kembali hening ketika tidak ada yang melanjutkan percakapan kembali. Hingga suara gerbang besi yang dibuka terdengar masuk ke indra pendengaran.

"Itu pasti mama," ujar Vero.

Aku lantas bangkit dari sofa hendak berjalan menuju pintu dan menyambut kepulangan tante Merissa dan Calla. Namun, mereka berdua terlebih dahulu berjalan masuk.

"Eh, ada tamu, ya? Lihat Calla, siapa yang dateng?" Dapat kulihat interaksi antara tante Merissa dan Calla yang terjalin dengan baik. Tante Merissa menggandeng tangan Calla mendekat ke arahku. "Sapa dulu kakak Bellanya, Sayang," ujar tante Merissa kepada Calla.

"Halo, Kak Bella," sapa Calla dengan nada suara yang menggemaskan.

Aku menoel pipi chubby Calla, lalu membalas sapaannya. "Halo juga, Calla cantik. Calla apa kabar? Kak Bella kangen sama Calla."

"Kabal baik, Kak Bella. Calla juga kangen sama Kakak."

"Ululu, sini peluk kakak dulu." Aku merentangkan kedua tanganku kepada Calla. Dengan pintarnya, ia melepas genggaman tangan tante Merissa lantas berjalan dan masuk ke dalam pelukanku. Aku memeluknya sembari sesekali mengelus surai hitamnya. Rambutnya begitu halus, membuatku betah untuk meninggalkan tangan di puncak kepalanya.

"Bella, Tante nitip Calla dulu, ya. Tante mau ke belakang dulu."

"Iya, Tante. Calla aman kok sama saya," ujarku sembari tersenyum kecil.

Tante Merissa membalas senyumanku. "Ver, Mama ke belakang dulu. Jagain nih dua princess."

Sepeninggal tante Merissa masuk ke dalam, aku lantas mengajak Calla untuk duduk di sebelahku.

Love isn't about Perfection [ Completed ✔ ]Where stories live. Discover now