Percaya Diri

168 25 0
                                    

Kau terus memperhatikan Min Gyu yang telah terlelap. Perlahan kau beranjak dari kursi riasmu kemudian naik ke ranjang kalian. Sengaja kau mendekatkan dirimu pada suamimu itu tanpa berniat membuatnya terusik.

Dari jarak sedekat ini, kau semakin gugup rasanya, padahal sosok di sebelahmu tidak dalam keadaan terjaga sepertimu. Hari ini kau memang lembur sehingga kau pulang larut. Kau memberitahu Min Gyu namun menolak ketika dia menawarkan diri untuk menjemputmu.

Itulah sebabnya kini kau tidak marah melihatnya telah tertidur. Min Gyu tampan, kau sangat mengakuinya. Mungkin hanya perempuan tidak waras yang tidak setuju dengan hal itu. Min Gyu juga sosok yang baik, penyayang serta hangat. Dia juga cerdas serta berbakat. Terlebih saat sma, Min Gyu bahkan memiliki penggemar di sekolahnya.

Tidak dipungkiri beberapa poin di atas membuatmu menyukainya. Sekali lagi kau tidak bisa menampik. Semakin besar perasaanmu apalagi sesudah kalian menikah. Tetapi, kau juga punya alasan tersendiri mengapa kau cenderung tertutup kepada Min Gyu hingga kini.

"Aku tidak membencimu, Min Gyu. Tidak sama sekali. Kau adalah teman baikku sejak dulu, aku tidak bisa membenci temanku."

Ucapmu lirih dengan tatapan pilu. Min Gyu tetap nyenyak dalam tidurnya.

"Aku hanya, merasa begitu jahat ketika aku gagal menjadi perantara untuk kebahagiaan mereka."

Kau mengingat dengan baik bagaimana kisah cinta rumit di masa lalu temanmu yang melibatkan dirimu.

"Aku tidak berhasil menyatukan temanku yang saat itu menyukai temanku yang lain. Dan ketika kau mencoba mengeluarkannya dari kesedihan, kau malah terluka."

Kau mengubah posisimu menjadi bersandar pada kepala ranjang.

"Walaupun itu hanya cinta monyet, tetap saja aku merasa bersalah hingga sekarang. Ya, meskipun segala sesuatu bisa berubah seperti kehendak Tuhan, aku tidak bisa melupakan kesedihan yang pernah dirasakan teman-temanku, termasuk dirimu. Itu sebabnya aku menjauh perlahan-lahan darimu. Apalagi mendengarmu telah bersama seseorang. Aku tak mau menjadi penengah."

Kau memeluk bonekamu sambil sesekali melirik Min Gyu. Tanpa terduga Min Gyu mengerang seolah sedang bermimpi lantas mengubah posisi tidurnya menjadi telentang.

"Lalu, tiba-tiba kau dan keluargamu datang ke rumahku dengan tujuan melamar, oh yang benar saja, Kim Min Gyu. Tidak ada petir tidak ada hujan, kau melamar. Apa yang kau pikirkan pada saat itu? Apa yang membuatmu berani mengambil keputusan sebesar itu? Kau memperlakukanku dengan sangat baik, tidak jauh berbeda dengan sebelumnya. Sementara aku canggung saat bersamamu. Kau membuatku merasa semakin tidak enak."

Hening.

"Aku tidak menolakmu karena sejujurnya, aku juga mulai tertarik padamu kala itu. Aku mengalami beberapa kegagalan dan pada akhirnya, kupikir mungkin memang jalannya kita begini. Aku bersikap dingin bukan karena aku membencimu, tidak. Maafkan aku jika kau merasa begitu. Sebenarnya,  aku mencintaimu tapi aku takut, Min Gyu. Aku juga merasa minder padamu, pada perempuan-perempuan di sekitarmu. Kau tampan, cerdas, baik, kaya. Terkenal pula, sedangkan aku? Aku merasa tidak pantas bersanding denganmu. Aku tak ada apa-apanya dibanding gadis-gadis yang pernah singgah di hatimu. Kau bisa mendapatkan perempuan model apapun yang kau sukai tapi kalau aku, apakah aku layak?"

"Layak, kok."

Kau segera menoleh ke arah Min Gyu yang sudah membuka matanya sesaat sesudah menjawab pertanyaanmu. Kau menutup mulutmu seketika karena terkejutnya. Apakah Min Gyu mendengar semuanya?

Min Gyu bangkit, mengikuti posisimu lantas tersenyum. Dia menjepit pipimu.

"Aku juga mencintaimu, istriku. Maafkan aku baru mengatakannya sekarang."

"Kau mendengar semua yang kukatakan?"

Sahutmu panik dan disambut anggukan cepat dari Min Gyu. Senyuman dalam wajah tenang itu semakin menambah kegugupan pada dirimu. Dia memutar tubuhnya agar menghadapmu lalu meletakkan kedua tangannya di bahumu.

"Apa yang membuatmu merasa bahwa kau tidak layak untukku? Kau tidak sehari dua hari mengenalku, kau tahu sisi baik dan buruk dalam diriku. Kau hanya berjauhan dariku berapa tahun, itupun tanpa sebab jelas sehingga aku tidak dapat mengabaikan dugaan-dugaan yang berkecamuk dalam pikiranku. Selama itu, mungkin ada beberapa hal yang berubah dan kau tak menyadari hal itu. Salah satunya tentang perasaanku."

Di saat kau berusaha keras menghindari Min Gyu, dirinya justru mulai merasa kehilangan dirimu. Sebuah takdir yang aneh.

"Beberapa waktu ke belakang, aku memantaumu sebenarnya. Apa yang kau lakukan sekarang, apakah kau masih sendiri, aku diam-diam mencari tahu tentangmu. Lalu pada saat aku yakin tiba saatnya, aku memberitahu keluargaku dan mengajukan lamaran padamu. Aku tidak sebentar mempersiapkan itu semua tapi kau malah terkejut, ya?"

Kau memukul tubuh Min Gyu sehingga pegangannya pada pundakmu terlepas secara otomatis. Kau pura-pura kesal sedangkan Min Gyu tertawa puas.

"Hentikan! Kau kecil-kecil kuat juga ya!"

Kau berhenti memukulinya beralih memeluk tubuh yang kekar itu. Min Gyu mengusap pucuk kepalamu.

"Jangan minder lagi, mengerti."

END

Insecure selalu campur dalam hidupku. Tapi buat ajang 'nunduk' aja sih. Biar gak lupa kalau kita juga ada kurang. Tapi gak boleh berlebihan juga. Karena walau bagaimanapun kita tetep punya keistimewaan yang gak orang lain punya. Dan kita layak kok buat dicintai dengan segala yang kita punya itu.

Kim Mingyu Imagines (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang