PART 10

21 10 1
                                    

Pagi ini siswa 11 IPA 2 sudah berkumpul di lapangan, bersiap akan melaksanakan pembelajaran olahraga

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Pagi ini siswa 11 IPA 2 sudah berkumpul di lapangan, bersiap akan melaksanakan pembelajaran olahraga. Suasana pagi yang cerah ini berbanding terbalik dengan suasana hati Tasya. Ketara sekali dari raut wajahnya yang masam dan tak bersemangat.

Maklum saja remaja berusia 16 Tahun ini tak meyukai olahraga, namun begitu Tasya selalu berusaha melakukan yang terbaik untuk nilainya, ya walaupun tetap pas-pasan.

Sambil melakukan pemanasan yang dipimpin oleh Vino dan Qiara, dalam hati Tasya terus berdoa, berharap agar Pak Ilham ada keperluan yang membuatnya sibuk dan jam pelajaran ini dibebaskan.

Selesainya pemanasan mereka mengobrol santai seraya menunggu menunggu Pak Iham yang sedang berbicara lewat telepon. Selang beberapa menit, Pak Ilham kembali menghampiri.

"Bapak mohon maaf tidak bisa mengisi pembelajaran hari ini dikarenakan ada keperluan mendesak. Selama jam pembelajaran olahraga, kalian bebas mau olahraga atau apalah yang penting tetap di lapangan dan tidak keluyuran. Kalo mau ke kelas boleh asal nanti jam ketiga, mengerti?" Jelas Pak Ilham.

Mereka mengangguk tanda paham dengan apa yang dikatakan Pak Ilham, pria paruh baya itu melenggang pergi meninggalkan lapangan.

Raut wajah yang tadinya masam kini berubah secerah suasana pagi ini, dalam hati Tasya bersorak senang dan bersyukur karena Tuhan telah mengabulkan doanya pagi ini.

"Alhamdulillah doa anak sholehah," ucap Tasya, melangkah ke tepi lapangan, disusul Zefa. Sedangkan Qiara dan yang lain masih di lapangan sekadar memainkan bola-bola.

Tasya menoleh, mendapati Zefa di sisinya. Ia dibuat diam sesaat menatap Zefa yang tampak lesu, wajahnya pun sayu, juga bibirnya pucat. Punggung tangan Tasya beralih mengecek dahi Zefa, Tasya mengehela nafas lega karena suhunya normal. Namun, tetap saja Tasya yakin gadis itu sedang sakit.

"Zefa, ke UKS aja yu, itu kamu lesu banget," ajak Tasya, agar Zefa bisa beristirahat, dengan nyaman.

Jika tetap di sini, ia khawatir Zefa semakin memburuk, apalagi cuaca semakin panas, juga takut-takut ada bola yang melenceng berujung mengenainya.

Zefa menggeleng. "Gak papa kok ini cuma agak pusing aja," tolaknya. Bukan apa-apa, Zefa malas jika berdiam diri sendirian di UKS, akan lebih baik tetap di sini walaupun sedikit tak nyaman.

"Aku temenin deh, males di sini pengen rebahan." Tasya masih berusaha membujuk Zefa.

Zefa diam, memikirkan tawaran Tasya. Sebenarnya ia tak mau merepotkan, tapi karena Tasya juga ingin ke UKS, lantas ia mengangguk setuju. Tasya bertepuk tangan seraya mengacungkan kedua ibu jarinya, tak lupa dengan senyum lebar yang selalu terpancar.

Tasya berdiri lebih dulu, mengulurkan tangannya, berniat membantu Zefa. Zefa menerima uluran Tasya, baru saja Zefa berdiri, benda keras menghantam kepalanya. Dengan sigap Tasya menahan tubuh Zefa yang oleng.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Sep 12, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

FRIENDZONEWhere stories live. Discover now