🔥 Past 🔥

29 9 6
                                    

Renata melangkah memasuki kamarnya dengan lunglai.
Menunggu bukanlah pekerjaan yang berat tapi rasa capeknya melebihi capeknya seorang pekerja bangunan. Interview tadi telah menyedot sedikit tenaganya hari ini.
Di rebahkan tubuhnya di atas tempat tidur dengan nyaman. Kedua tangannya terlentang ke samping kanan dan kiri dengan tatapan mata kosong melihat langit-langit kamar.
Semenit kemudian kepalanya menoleh ke arah kiri, tepat di sebelah tempat tidur terdapat nakas yang di atasnya terdapat foto dengan pigura kecil berukiran emas.
Di raihnya foto tersebut, agak lama di pandanginya objek dalam foto. Tangannya terangkat mengelus wajah di dalam foto itu.

"Ayah, Semoga Engkau damai di 'sana'.

"Rena akan selalu berdoa untukmu ayah."

"Jangan kuatir ayah, Rena sudah dekat dengan tujuan Rena. Semoga semua segera terbalaskan, dan ayah akan tenang di alam sana."

Diletakkannya kembali foto yang baru saja dipeluknya. Mata Renata terpejam, menghapus airmata yang tiba-tiba mengalir di sudut matanya.

Flashback On

"Rena, selesai kuliah langsung pulang ya, ayah mau ngomong sesuatu."

Pagi itu ketika Renata bersiap berangkat kuliah, sang ayah menyambutnya dengan permintaan yang aneh menurut Rena. Karena selama ini ayahnya tidak pernah ada di rumah ketika siang atau sore hari. Pekerjaan selalu membuatnya pulang selepas maghrib.

"Ayah nggk ke kantor?" Tanya Renata mewakili rasa herannya.

"Hari ini Ayah nggk ke kantor Ren, biar Hendra yang handel untuk hari ini, nanti cepat pulang ya." Sahut ayah kemudian, yang kembali membuat Renata terkejut.
Tumben ayah ambil libur tanpa alasan yang jelas, dan menyerahkan ke Hendra, rekan kerja ayah.
Dengan sedikit bingung, Renata pun mengangguk.
Setelah berpamitan dengan ayahnya, Renata berlalu dengan sedan merah kesayangannya.
Renata hidup berdua dengan ayahnya, di tambah dengan 3 orang pekerja di dalam rumah.
Sepeninggal bundanya 3 tahun lalu karena sakit jantung, sang ayah lebih sering menghabiskan waktunya dalam pekerjaan.
Hal itu bukan masalah buat Renata karena dia sendiri pun lebih sering berada di luar rumah.
Ayah dan Renata hanya menghabiskan waktu bersama ketika weekend tiba.

Waktu serasa cepat berlalu. Jam kuliah pun sudah berakhir. Silvi sahabat Renata berjalan mendekat ke arah gadis manis itu.

"Ren, Ada film baru nih, nonton yuk." Ajak Silvi setelah sudah berada dekat dengan tempat Renata berdiri.

"Aduh, sori Vi', aku sudah ditunggu ayah di rumah."

"Eh, tumben Ren. Mang ada rencana mo pergi sama om Bagas?" Om Bagas adalah nama ayah Renata.

"Belum tau, cuma tadi ayah pesen selesai kuliah ku langsung suruh cuz pulang."

"Oh, oke .. klo gitu aku cabut dulu ya Ren." Pamit Silvi seraya bergegas pergi meninggalkan Renata yang masih berjalan pelan menuju tempat parkir.

Sampai di depan rumah, setelah memarkirkan si merah, Renata memasuki rumah. Tampak sang ayah sedang berjalan mondar-mandir di dekat sofa ruang tamu, dengan muka yang terlihat tegang dan kaku.

"Assalamualaikum .." salam Renata sambil berjalan mendekat ke arah ayahnya dan mencium tangannya tanda hormat.

"Waalaikumsalam .." balas ayah Renata sambil mengelus kepala putri cantiknya.

"Ayah kenapa? Kenapa seperti orang bingung gitu?" Tanya Renata melihat raut muka ayahnya yang memang terlihat kacau dan seperti orang kebingungan.

"Rena, segera kemasi pakaianmu dan barang-barang keperluan penting kamu."
"Ayah tunggu sekarang."

Nyala Hati Bara ( ✓ )Where stories live. Discover now