💞 Different Woman 💞

14 6 2
                                    

Waktu terus berjalan, ketika terang menjadi gelap dan gelap kembali terang,  hanya harapan yang Renata yakini sekarang.
Sudah selang 3bulan Renata bekerja di kantor Bara, tapi belum satu pun bukti yang Renata temukan untuk menjerat Bara ke meja hijau.
Suatu kekonyolan ketika Renata berpikiran untuk menghentikan detak jantung Bara, karena hal itu hanya akan menjerat dirinya ke dalam lubang kesengsaraan sendiri.

Jalan satu-satunya adalah dengan membuktikan bahwa Bara mempunyai bisnis ilegal bersama dengan rekan-rekannya dalam daftar. Tapi Renata harus kembali menelan kekecewaan, karena tidak ditemukan sama sekali hal yang membuktikan bahwa Bara mempunyai bisnis gelap. Kenyataannya, wibawa laki-laki gagah itu malah menumbuhkan rasa kekaguman dalam diri Renata.

"Aargh .. !!" Jerit Renata merasa lelah dan putus asa. Tubuhnya lunglai ke atas meja kerjanya.
Bukan karena pekerjaan yang terlalu banyak tapi karena pikirannya hanya tertuju kepada satu pemikiran, harus segera membalas dendam!

"Kenapa lagi kamu?" Sapa suara yang terdengar berat di telinga Renata. Suara yang akhir-akhir ini sering terdengar menenangkan bukan menyebalkan seperti pertama kali mereka bertemu.

"Ah, tidak tuan .. tidak ada apa-apa."

"Jangan bilang tak ada apa-apa, teriakan kamu terdengar sampai pintu."

"Aku tunggu di ruanganku segera."

Seperti tidak mempunyai jeda Bara yang baru sampai di kantor menegur Renata yang masih terkejut dengan kedatangan atasannya itu.
Dan dengan sedikit malu, Renata menebarkan pandangannya ke sekeliling, benar saja beberapa staff sedang berbisik dan sedikit menertawakannya. Renata hanya mengangguk dan tersenyum kecut ke arah rekan-rekan staff yang lain.

"Uhuk! Uhuk .. ! Dengan pura pura Batuk Renata merapikan meja kerjanya dan langsung berdiri. Segera menuju ruangan Bara dengan langkah cuek.

"Permisi tuan." Sapa Renata ketika melongok dan mendorong pintu ruangan. Sang atasan hanya menjawab dengan sedikit lirikan mata tajam.

"Kamu lagi ada masalah?" Tanya Bara sambil matanya tak lepas dari laptop di depannya. Renata menarik nafas panjang.

"Setiap orang pasti punya masalah tuan, tak terlepas saya juga." Kepalang tanggung karena sang atasan sudah mendengar dia berteriak tak jelas membuat Renata menjawab secara diplomatis.

"Sepertinya masalah kamu parah, sampai berteriak di tempat kerja." Sahut Bara sambil mengalihkan pandangannya ke arah Renata dan menumpukan kedua siku tangannya diatas meja sambil kesepuluh jarinya terkait.

Rona merah langsung muncul di muka cantik Renata, sedikit menunduk menyembunyikan rasa malu sambil tangannya sebelah mengelus dahinya.

"Ituu .. gimana kalau anda bertemu musuh anda dan punya kesempatan balas dendam, tapi tak punya kuasa untuk membalas??"

Bara mengernyit. "Wah, tampaknya seperti orang yang sudah putus asa."

"Bukan putus asa tuan, cuma belum menemukan caranya saja."

"Mau saran?"

"Boleh tuan." Penasaran Renata akan apa yang akan dikatakan pria yang dibenci sekaligus dikaguminya sekarang.

"Balas dendam terbaik adalah dengan menghancurkan apa yang disukai dan disayanginya." "Cari saja kelemahan itu, maka misi balas dendam kamu akan tuntas."

Renata termangu, mencoba berpikir apa yang disukai dan disayangi oleh Bara. Karena selama bekerja Renata tak melihat ada orang tua, keluarga atau kekasih tetap dari pria itu.
Bara sering didatangi wanita-wanita cantik, tapi dari sikap dan perilakunya seperti tidak ada yang spesial diantara mereka. Sekalipun nona Luna, wanita sombong yang terakhir ditemui Renata kala Bara mengajaknya ikut makan siang.
Orang tua? Keluarga? Mendengar gosip diantara karyawan fans dari Bara, dia sudah tidak punya keluarga. Sebatang kara seperti dirinya. Mesikpun terkesan cuek tapi atasannya itu mempunyai banyak penggemar dari para staff perempuan, baik itu single maupun yang sudah berpaket alias beranak.

Nyala Hati Bara ( ✓ )Where stories live. Discover now