T r a u m a 4

2K 178 3
                                    

T r a u m a


Jaemin bergerak gelisah dalam tidurnya, dia kembali teringat kejadian yang tengah menimpanya. Rasa takut itu kembali menyerang, suara-suara yang merendahkannya terdengar kembali.

Jaemin menangis, dia menutup kedua telinganya.

“Berhenti, hiks... Ku mohon berhenti!” tangisnya pecah.

Sepanjang malam itu, Jaemin hanya menangis. Menangis dalam diam sembari meringkuk di samping ranjang.

T r a u m a

Pagi-pagi sekali, Jeno telah menyiapkan sarapan untuk sahabatnya. Sebenarnya bukan dia yang memasaknya, dia membeli dua bungkus bubur dari tukang bubur yang kebetulan lewat di depan Apartementnya.

Jeno segera menaruh bubur itu ke dalam mangkuk, tidak lupa dia juga menyiapkan segelas air putih.

Setelah semuanya siap, dia segera menuju ke kamarnya yang saat ini di tempati oleh Jaemin.

Ceklekkk....

“Nana-ya, kenapa kau ada di lantai?” Jeno panik, begitu membuka pintu, dia melihat sahabatnya duduk meringkuk di lantai kamarnya yang dingin.

Cepat-cepat Jeno menaruh nampan berisi bubur yang di bawanya ke meja nakas, dia segera menghampiri Jaemin.

“Nana-ya, apa yang terjadi? Katakan!” paniknya, dia mengguncang tubuh Jaemin.

Jaemin mendongakkan kepalanya, dapat Jeno lihat dengan jelas mata sembab wanita itu yang membengkak, hidungnya yang merah, serta jejak air mata yang sudah mengering di pipi mulusnya.

Jeno menatap lekat mata Jaemin, “Nana-ya....” lirihnya.

Jeno begitu sakit, sakit melihat keadaan sahabatnya yang seburuk ini.  Sosok sahabatnya yang ceria, penuh semangat, pekerja keras dan selalu bersikap positif telah hilang. Jeno tak lagi menemukan sosok itu dalam diri sahabatnya. Dan yang lebih membuatnya sakit adalah, dirinyalah yang membuat sahabatnya menjadi seperti ini.

“Kenapa...? Kenapa kau dan Haechan selalu memaksaku?” Jaemin berujar lirih, jemarinya bergetar.

“Kenapa memaksaku bertemu lelaki berengsek seperti dia?, Kenapa?”.

“Semua ini tak akan terjadi jika kalian tidak memaksaku untuk mengikuti kencan buta itu”.

Tubuh ringkih itu bergetar hebat, Jaemin kembali menangis.

“Nana-ya, maafkan aku. Aku bersalah....” Jeno pun mulai menangis, air matanya tak bisa ia bendung lagi. Dia merengkuh Jaemin kedalam pelukan.

“Kau brengsek Lee Jeno, Kau sama brengseknya dengan lelaki itu!” Jaemin memukul-mukul punggung Jeno dengan sisa tenaga yang di milikinya.

“Ya, aku memang brengsek. Aku lelaki berengsek...”

Jaemin semakin terisak dalam pelukan Jeno, dia merasa kotor saat mengingat lelaki brengsek itu telah mencumbunya. Dia benci pada dirinya sendiri yang tak bisa menjaga diri, kenapa dirinya begitu lemah?.

Dia benar-benar kacau sekarang.

Haechan datang ke Apartement Jeno di antar oleh Mark Lee, suaminya. Jeno berpesan padanya untuk menjaga Jaemin di saat dia tidak ada, Jeno harus mengurus kasus Jaemin ke polisi, dan dia telah menceritakan semua yang terjadi kepada Haechan tanpa ada bagian yang terlewat sedikitpun.

NOMIN || Short StoryWhere stories live. Discover now