17. HR : TRAGEDI BERDARAH 🥀

111 18 51
                                    

| WELCOME TO LAVENDERWRITERS SEASON 08 |

| HAIDARHEA © KELOMPOK 03 |

| CREATED BY : faniii_332 |

| RABU, 11 AGUSTUS 2021 |

H A P P Y  R E A D I N G

✨✨✨

“Rasa sakit yang aku rasakan tidak sebanding dengan rasa sakit yang kau rasakan. Hidupku penuh dengan kesakitan sedangkan hidupmu penuh dengan kebahagiaan. Tolong, beri aku kesempatan untuk merasakan manisnya kehidupan tanpa penderitaan.”

17. TRAGEDI BERDARAH.

“Jadi gimana, Haidar?” tanya Bu Tiwi kepada Haidar.

“Sejauh ini Rhea belajar dengan baik Bu, saya menjelaskan beberapa materi berdasarkan jadwal yang Ibu beri ke saya Bu,” jelas Haidar.

“Tapi dia tidak menyusahkan kamu, kan? ” tanya Bu Tiwi khawatir takut jika Rhea akan berbuat ulah, Rhea sangat anti akan jajaran anak-anak pintar di SMA Semesta karena menurut Rhea mereka terlalu mengatur akan hal ini dan itu.

“Enggak kok, Bu,” jawab Haidar meskipun belum pernah jika sehari saja Rhea tidak berbuat ulah atau membuat Haidar geleng-geleng kepala akan tingkahnya.

“Bagus kalau begitu, kamu sejauh ini yang bertahan paling lama diantara semua siswa yang Ibu mintai tolong untuk mengajar Rhea.”

“Memang perlu sabar, Bu,” ucap Haidar sambil tersenyum.

“Ya, kamu benar. Semoga saja evaluasi minggu depan nilai dia sudah membaik,” harap Bu Tiwi pada Rhea.

“Iya, Bu. Aamiin.” Haidar juga berharap yang sama. “Ya sudah, kalau begitu saya pamit ke kelas dulu, Bu,” lanjut Haidar.

“Iya, silahkan. Ibu juga harus bersiap untuk mengajar.”

“Permisi, Bu. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,” pamit Haidar lalu mencium tangan Bu Tiwi dan keluar dari ruang guru.

Saat baru saja keluar dan berjalan beberapa langkah tiba-tiba Rhea menghalangi langkah Haidar.

“Stop!” Haidar mengernyitkan dahinya saat Rhea menyilangkan kedua tangannya di depan dada dan bersidekap bersiap untuk menginterogasi Haidar dengan tatapan dan mata yang meyipit.

“Apa lagi?” tanya Haidar to the point.

“Lo barusan habis ngadu sama Bu Tiwi, ya? Ngaku gak lo?”

“Kalau iya emang kenapa?” tantang Haidar.

“Gak asik lo mainnya aduan gitu.”

“Kan Bu Tiwi emang mintanya gitu, gue cuman menjalankan perintah, jadi sekarang mending lo minggir, gue mau lewat.”

“Ya harusnya lo bilang dulu ke gue atau apa kek.”

“Emang perlu? Setahu gue enggak tuh.”

“Ya perlu, lah! Gimana kalau lo ngomongnya macem-macem atau apa gitu sama Bu Tiwi.”

“Jangan suudzon kalau jadi orang, kebiasaan lo tuh.”

“Apa? Siapa? Gue?” tanya Rhea sambil menunjuk diri sendiri dan menatap Haidar.

“Tukang cilok!” jawab Haidar lalu pergi meninggalkan Rhea ditempat begitu saja membuat Rhea kesal karena selalu saja diperlakukan seperti ini oleh Haidar.

HAIDARHEA✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang