7. LDR

11.1K 886 8
                                    

Alexandra menuruni tangga hendak mencari keberadaan suaminya.

"Eh, Nak, udah bangun ternyata."

Alexandra hanya tersenyum menanggapi ucapan bundanya itu. "Mas El kemana, Bun?" tanya Alexandra to the point.

"Loh, nggak pamit sama kamu, toh?" tanyanya dengan raut terkejut.

Alexandra hanya menggelengkan kepalanya samar. Dia ingin meminta maaf atas kesalahannya kemarin malam, dia benar-benar merasa bersalah. "Emang ke mana, Bun?"

"Ada urusan pekerjaan, dadakan katanya."

Alexandra memanyunkan bibirnya sedih. Dia tahu dia salah, tapi apa dengan cara seperti ini suaminya itu menyelesaikan masalahnya?

"Ohh iya, kamu sekolahnya sekarang atau pas udah acara ngunduh mantu?"

"Sekarang aja, Bun. Takut banyak tembelan."

Setelah mengucapkan ucapan itu, aku kembali ke kamar dengan perasaan campur aduk. Dia sama sekali tidak berpikir bahwa perlakuannya kemarin bisa berakibat fatal. Dia istrinya, dia berhak untuk tahu ke mana suaminya pergi.

Dia berpikir, suaminya itu pergi karena memang betul ada urusan pekerjaan, atau karena dia ingin lari dari permasalahan?

Dia mengambil ponselnya yang ada nakas. Dia ingin menghubungi suaminya itu. Dia ingin meminta maaf, dan meminta agar suaminya itu lekas pulang. Namun, perasan tidak enak hati menyelinap ke dalam hatinya, pantaskah dia meminta suaminya pulang, setelah dirinya sendirilah yang telah menolak suaminya.

Pada akhirnya dia memendam keinginan itu. Dia lebih memilih untuk mandi dan bersiap untuk sekolah.

                         •♥♥♥•

Semua orang yang berada di kelas terkejut dengan kehadiran Alexandra. Seharusnya, dia sedang bersama suaminya, memadu kasih dan asmara. Namun kini, dia malah hadir di antara mereka.

"Loh, kok kamu masuk, sih, Lex?" tanya Salma.

Alexandra duduk di antara mereka. "Nanti aku ceritain, sekarang kita belajar aja dulu."

Kini mereka, Alexandra, Emma dan Salma tengah duduk-duduk di tempat jemuran. Jam masih menunjukkan pukul 08.30, pada saat itu jam istirahat dimulai dan akan berakhir setengah jam kedepan. Karena itu pula, cuaca masih belum terlalu panas, justru cuaca sedang agak mendung, seolah mereka ikut meratapi kesedihan Alexandra yang ditinggal suaminya. Memang Alexandra belum mencintai Azriel, hanya saja ... rasa bersalah ini terus saja mengganggunya.

"Sekarang cerita!" Emma dan Salma sudah menatapnya garang.

"Aku lagi LDR-an," ucap Alexandra lesu.

"LDR-an sama siapa?" tanya mereka tidak paham.

"Mas El lah ... siapa lagi."

"Lah, kok bisa?"

Alexandra menarik napas panjang kemudian memulai ceritanya mengenai kejadian semalam.

"Ya, wajar kalo kamu nolak, tapi kayak kurang pantes aja gitu," ucap Salma memberi saran.

Memang, Salma lah yang paling alim di antara mereka. Ilmu yang ia dapat, ia amalkan dengan sempurna, yang menunjukan kemanfaatan ilmu yang dia dapat.
Alexandra semakin menunduk merasa bersalah.

"Kali ini aku setuju dengan Salma."

Alexandra menatap Emma tidak percaya, biasanya dia akan selalu memihak kepadanya, tapi kini, dia justru memihak kepada Salma. Apa sesalah itukah dia?

"Gini lho, Lex ... dia itu suami kamu, kamu wajib bakti sama dia, bahkan melebihi orang tua kamu. Dia pria dewasa, di punya kebutuhan batin yang wajib kamu penuhi. Seharusnya kamu siap."

Gara-Gara Wasiat [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang