21. Mondok

5.5K 558 22
                                    


Azriel membuang napas berat. Dia merasa semakin berat melepaskan istrinya ke pondok karena melihat senyum itu. Yeah, dia telah mengizinkan istrinya untuk pergi ke pondok. Orang tuannya pun juga sangat mendukung keputusan menantunya itu.

"Kamu yakin nggak mau di rumah aja?"

Alexandra meringis. "Ini terakhir kalinya aku bisa mondok, Mas. Habis itu aku udah nggak bisa lagi. 'kan, ini udah lahir. " Tangannya membelai perutnya yang sudah sedikit membuncit.

Azriel pun ikut menatap ke arah perut istrinya. Dia kembali menghembuskan napas berat. Dia merasa semakin keberatan merelakan istrinya. Dia pun membungkuk dan mengelus perut buncit itu.

"Pengaruhin Ummi kamu, Nak. Suruh pulang, biar kamu bisa sama Abi lagi."

"Ihh, Mas ... nyebelin, ahh."

Azriel kembali menatap istrinya. Tangannya terangkat dan dia elus lembut kepala istrinya.

"Hati-hati. Jangan pecicilan, kamu udah gede, kamu juga lagi bawa anak orang, jadi harus hati-hati."

Alexandra memberengut kesal. "Ini anak aku juga, Mas."

"Yang bikin aku, 'kan?"

Alexandra merasakan pipinya memerah saat mendengar ucapan suaminya. Bagaimana suaminya bisa mengatakan hal seperti itu di daerah ramai santriwati seperti ini?

"Tapi, kalo nggak ada aku anak kamu mau ditaruh di mana? Yang bawa anak kamu setiap hari, 'kan, aku." Alexandra memberengut kesal sembari melayang segala protesnya.

Azriel diam dia terlihat sedang berpikir ingin menjawab apa pertanyaan istrinya ini. Alexandra yang melihatnya justru tersenyum senang karena dialah pemenang dari perdebatan di awal bulan puasa ini. Hahaha ....

"Ya, nanti aku suruh Ziya buat bawain," ucap Azriel santai.

Mata Alexandra membulat. "Ihh, nyebelin, ahh!!" Alexandra bersedekap dada dengam menatap sengit suaminya.

Alexandra lekas berbalik untuk menuju ke arah pondoknya. Dia benar-benar kesal dengan suaminya. Seenaknya saja mau memindah bayi ke perut orang lain.

"Sayang ...!" panggil Azriel dengan sedikit keras.

Deg!

Pipi Alexandra memerah. Dia tidak menyangka suaminya akan dengan lantang mengucapkan ucapan yang sama sekali belum dia dengar. Ahh, rasanya tidak ingin meninggalkan rumah saja.

Azriel justru tersenyum saat melihat istrinya yang mendadak berhenti di tempat. Dia bahkan juga tidak menghiraukan bahwa sekarang dia sedang menjadi pusat sorotan orang-orang terutama santriwati yang menatapnya penuh kagum. Baru pertama kali bagi mereka bisa melihat sisi hangat dari seorang Azriel Xavier Altair.

"Nggak mau nyium tangan aku dulu?"

Azriel benar-benar berharap kalau istrinya itu akan membalikkan badan dan mengatakan ingin pulang saja. Jujur saja, dia tidak mau berjauhan dari istrinya itu. Dan benar saja, Alexandra berbalik dan datang kepadanya. Tangannya ditarik oleh istrinya dan diciumnya.

"Mas, nunduk dikit, dong."

Azriel pun mengikuti apa yang diminta oleh istrinya. Dia sedikit membungkuk dan menyamakan tingginya dengan tinggi istrinya.

Setelah keinginannya dipenuhi. Alexandra mendekat ke arah telinga suaminya. "Hati-hati di rumah. Selamat LDR-an, Mas Vier Sayang," goda Alexandra merasa senang.

Cup!

Alexandra kecup pipi kanan Azriel dan kemudian berjalan pergi setelah mengucapkan salam yang sangat singkat. Dia lekas-lekas pergi karena dia takut dia akan menerima pembalasan dari suaminya. Sungguh, apa yang dilakukan Alexandra tadi adalah sesuatu yang sangat diluar nalar. Dia bahkan tidak menyangka bisa mencium suaminya, bahkan di lingkungan yang ramai seperti pondok pesantren.

Gara-Gara Wasiat [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang