Cerita dari Negeri Katulistiwa

69 3 0
                                    

"Performance bukanlah yang utama, melainkan yang pertama dilihat orang dan menjadi penilaian bagi yang memandang"

-Doktrin Praja IPDN-

❤️❤️❤️

Hembusa angin di bulan Juni terasa begitu kencang, pertanda musim kemarau akan datang. Terlihat dedaunan berserakan di trotoar, sebagian mengenai pinggir jalan yang dilewati para sepeda motor. Petugas kebersihan terlihat kewalahan. Langkahnya mundar-mandir mengumpulkan dedaunan. Namun mereka tetap semangat bekerja.

Hari ini adalah hari terakhir kelas di bulan Juni, sebelum datang libur semester. Ada rasa senang dan sedih hadir menyapa. Sedih karena tidak bisa bertemu dengan teman-teman kampus selama beberapa bulan dan bahagia karena bisa bermain sepuasnya tanpa memikirkan tugas, tugas dan tugas. Sudah menjadi hal lumrah bagi mahasiswa yang sedang menuju pertengahan semester. Kini hari-harinya mulai di warnai dengan tugas-tugas dan tawaran organisasi sana-sini. Waktu bermain dengan teman sebaya menjadi sulit, karena harus membagi waktu dengan kegiatan lain, dan hari ini mahasiswa sangat menyambut antusias libur semesteran yang panjang. Hampir setiap Universitas selalu memberikan libur tiga bulan lamanya pada liburan semester genap. Karena bersamaan dengan libur sebelum lebaran dan sesudah lebaran.

❤️❤️❤️

Pagi ini aku sedang mendengarkan suara yang tidak asing lagi ku dengar setiap malam minggu. Seseorang yang jauh di dalam kesatriaan sana yang sedang beristirahat usai menjalani tugas jaga wisma.

"Jadi dulu sewaktu masih di Kalbar kami jarang mandi kalo musim hujan." Katanya memulai cerita di pagi hari, padahal ia harus segera istirahat karena usai begadang.

"Loh bukannya kalo musim hujan banyak air?" Tanya ku yang setengah bangun, karena rasa kantuk yang berat setelah begadang menonton drakor.

"Harus nya begitu, tapi laen lagi di kampus Kalbar. Keran air nya jadi mampet karena lumpur, kadang kami mandi pake air hujan yang udah di tampung."

"Ohhh.." jawabku yang sudah setengah tertidur. Mataku mulai terasa sangat berat hingga tak sadarkan diri tertidur pulas meninggalkan dia yang memanggil-manggil namaku dari sebrang sana. Untungnya tak perlu waktu lama ia paham. Seperti cenayang yang tahu keadaan yang sedang di telpon, ia pun menutup panggilannya dengan kata-kata yang indah yang sudah tidak bisa didengar oleh lawan bicaranya.

"Selamat bobo sayang, I love you more.."

❤️❤️❤️

Langit malam terlihat lebih ramai malam ini. Ada banyak bintang malam bersinar mengelilingi alam semesta, dengan ditemani bulan sabit yang terang. Seolah keduanya tidak dapat dipisahkan. Sebagai takdir yang telah Tuhan ciptakan.

Aku sedang duduk di paviliun rumah, dengan pakaian tidur dan bantalan empuk yang kupeluk sambil bersender pada kursi panjang. Jadwalku malam ini tidak menonton drakor, melainkan mendengarkan sang pacar bercerita usai mengambek karena ditinggal tidur pagi tadi. Sebagai permintaan maafnya dia memintaku menemani malam harinya dengan lanjutan ceritanya dari negeri Khatulistiwa.

Cerita perjuangan masa pendidikannya menuju wasana Praja. Sebelum akhirnya sampai lagi di kesatriaan IPDN Jatinangor.

"Yang, lanjut cerita tadi pagi dong. Kan belum selsai."

"Gak'ah, males aku sama kamu di tinggal tidur duluan."

"Yaa, kan aku ketiduran yang. Habis ngantuk berat aku tadi pagi habis begadang juga. Jadi impass ajah ya yang. Hehe". Bujukku dengan alasan, karena merasa penasaran dengan jalan ceritanya yang setengah jalan.

Abdi PrajakuWhere stories live. Discover now