" Bunda! Baju olahraga gara di mana?! "
" Di lemari sayang bunda lipet udah! "
" Sayang dasi kerja aku di mana?! "
" Di laci! Cari bener bener! "
Pagi ini, arin di pusingkan dengan teriakan sang anak dan sang suami. Kebiasaan di pagi hari ini tidak pernah terlewatkan.
Kini putra dari arin dan arnez sudah beranjak remaja, siapa lagi jika bukan Alderaksa Gara Martinez. Ia mulai memasuki pembelajaran baru dan kelas baru yaitu, 2 SMA.
Hari ini sang putra akan ke sekolah karna ada kegiatan, yaitu senam.
" Anak sama bapak sama aja " gerutu arin seraya menuangkan soup sayur ke mangkok.
" bunda masak apa? " ujar nya seraya mencium sekilas pipi arin, bunda muda itu kini makin cantik.
" soup sayur sayang, makan ntar telat " ujar bunda arin
Gara dengan segera duduk dan mengambil nasi beserta lauk, tanpa menghiraukan sang papa yang tengah menatap nya datar " tungguin papa dulu kek " ujar arnez seraya memakai jam tangan.
" papa lambat, males nunggu " jawab gara
" Heh! Kamu in-- "
" udah sayang, pagi pagi jangan berantem " lerai arin
Arin sudah terbiasa dengan adu mulut antara sang putra dan suaminya. Terkadang ia juga kehasut marah kesal, tapi tanpa adanya adu mulut ini, mungkin tidak akan ramai.
Gara yang tengah meminum susu mendongak, menatap sang bunda dan papa bergantian " Bunda papa! " panggilnya
Arin dan arnez mengangkat kepala, menatap putra sulungnya itu yang tengah menunjukan deretan giginya " kenapa lagi kamu? Mau minta duit! Kemaren udah papa kirimin! "
Gara berdecak kesal " bukan pa! Gara minta adek! " ujar gara tak kalah keras dari sentakan papanya.
" Becus gak kamu kalau punya adek? Bisa gak kamu jagain adek? " tanya arnez serius
Gara menatap tajam sang papa " Papa gak percaya sama gara? Gara bisa jagain! Gini gini gara jago bela diri, dari kecil udah pinter menembak lagi! "
" sombong sekali kamu " jawab arnez seraya meminum kopi hitamnya.
Gara menepuk dada bangga " yajelas! Gara gitu! "
Arnez menghela nafas pelan dan kembali menatap sang putra yang tiap hari ribut meminta adek, ia mengerti mungkin gara kesepian, dan ia juga paham karna teman teman sebaya gara banyak yang memiliki adek.
" Adek buat kamu bakal dateng sendiri, tunggu aja " ujar arin seraya mengelus pucuk kepala sang putra.
Gara tersenyum atas respon dari sang bunda, ia kembali menatap sang papa tajam " minum jamu sana pa! Biar lebih kuat dan sehat! "
KAMU SEDANG MEMBACA
MARTINEZ [END]
Teen FictionCleo Degara Martinez " Arnez " panggil gadis itu " lo punya spidol item gak? " " buat apa? " " buat warnain kalender, biar gak ada kata libur dalam mencintaimu " Cerita ini murni dari pemikiran gue sendiri. Jika ada persamaan latar atau nama tokoh...