Ajang Adu Nasib

51 11 0
                                    

Dirgahayu Republik Indonesia yang ke-76 tahun. 🇮🇩🇮🇩🇮🇩
Semoga yang belum merdeka, dari segala macam jajahan, bisa segera dihentikan. Yang lagi berjuang, segera menuai hasil.

رب اجعل هذا بلدا ءامنا

Ya, Tuhanku, jadikanlah negeri ini negeri yang aman sentosa
(QS. Al-Baqoroh 126)

Aamiin

Selamat membaca bab Ajang Adu Nasib. 😘🙊 Semoga suka. ❤ Jangan lupa kasih kritik, saran, komen, dan votenya. 😘 Biar aku makin semangat.

⭐️⭐️⭐️

Seharusnya, aku enggak memaksakan diri. Sayangnya, aku sudah membuat janji kemarin sore kepada seseorang. Aku akan datang ke acaranya sebagai bukti bahwa dia enggak lagi berarti dalam hidupku.

Seluruh isi lemari sudah mendarat di kasur lantai. Ada pakaian yang menumpuk, ada pula yang masih terlipat, tapi enggak serapi sebelumnya. Aku bingung, benar-benar bingung. Rasanya enggak ada pakaian yang cocok untuk dikenakan ke acara tunangan mantan. Aku enggak punya dres bagus. Di sana, hanya ada lipatan celana jeans, kaus lengan pendek dan kaus lengan panjang, aneka jumpsuit, serta piyama. Eh, ada gamis, itu pun cuman beberapa.

“Ebuset, Nana ... lo lagi ngapain?”

“Enggak nerima komen!” Aku melepas ikatan tali rambut, lalu merapikan helai demi helainya tanpa disisir. Setelah terkumpul, rambut kugelung menjadi satu, lalu mengikatnya dengan tali supaya agak kuat. “Yan, pilihin gue baju terbagus dong! Gue bingung.”

“Lo yakin mau dateng ke acara tunangannya Arkana?”

Aku mendengkus kasar. Entahlah. Aku enggak yakin bisa kuat melihat Arkana menyematkan cincin di jari manis cewek lain. Namun, ada gengsi yang harus kujunjung setinggi mungkin. Eh, ini bukan cuman soal gengsi, melainkan soal harga diri yang enggak boleh diinjaknya sesuka hati.

“Haruslah.”

“Na, sebelum semuanya terlambat, lo tanya hati lo sendiri. Lo masih ada rasa apa gak sama si Arkana. Jodoh emang gak bakalan ke mana, tapi perjuangan lo dalam hubungan kalian bakal berarti banget buat dia.”

“Perjuangan dan hubungan kayak gimana yang lo maksud? Lo sendiri udah tau kalo antara gue sama Arkana itu udah nggak ada hubungan apa pun selain mantan. Apa bertahan untuk tetep jadi pacar Arkana selama gue pacaran sama dia bukan bagian dari perjuangan? Gue berjuang mati-matian supaya bisa jadi yang terbaik dengan ngikutin dan maklumin segudang rutinitas dia. Meskipun di awal gue selalu ngeluh dan protes, tapi gue bisa terima itu semua. Dan perlu lo tau, Yan. Perasaan bosan bisa lebih berbahaya dari pengkhianatan. Dan gue ada di posisi itu. Gue bosen berjuang sendirian, tapi yang gue perjuangin bersikap seolah-olah dia enggak butuh gue.”

“Maksud gue bukan itu.”

“Terus maksud lo yang kayak gimana?” tanyaku cepat.

Riyan mendekatiku. Tangannya terulur pada satu jumpsuit berwarna navy dengan tali bahu berwarna senada. Setelah itu, dia mengambil kaus berwarna ungu muda. Satu stel pakaian yang dia hadiahkan saat aku ulang tahun pada tahun kemarin.

“Saat ini, Arkana berharap kalo lo bisa ngasih dia kesempatan kedua.”

Aku tertawa kecil. Miris sekali hidupku ini. Katanya, diinginkan, tapi dia malah mau tunangan. Arkana bersikap seolah-olah akulah si antagonisnya dan dia adalah korbannya.

Notifikasi Cinta (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang