21. Tak Suka

40 11 0
                                    

Aku berjalan gontai menelusuri lorong kampus, dengan keadaan kacau dan menunduk. Rasanya seperti es campur, benar-benar pusing.

"Nah, sudah gue duga dari tadi. Kalau gue depresi pas selesai kelas, gue gak kuat kayak gini tiap hari, bisa-bisa gue gila!" ringisku penuh kepayahan.

Flashback

"Arabelle, murid terpintar di kelas ini. Bisa kamu jelaskan ini?" Dosen menunjuk papan tulis yang tergambar presentasi dari proyektor.

Aku hanya mematung, melihat bahasa yang sama sekali kumengerti. Tulisan panjang yang ramai bak pasar. Sebenarnya rapi, namun otakku sangat-sangat lelet, sehingga melihat tulisan itu ingin pingsan rasanya. Dosen ini menulis apa, sih? Tulisan alien? Atau tulisan makhluk Mars? Kayak ceker ayam meskipun diketik.

"Arabelle?" panggilnya.

"Ah, iya? Maaf, saya sedikit tak enak badan hari ini. Jadi kurang memahami penjelasan Bapak," dalihku memegang leher, berpura-pura sakit.

Ia mengernyit. "Apa benar? Tapi saya tidak melihat kamu sedang sakit. Ayo, jelaskan presentasi ini!"

Ia terus mendesak meski aku berdalih. Ish, dosen ini sangat merepotkan! Aku bukan Arabelle, melainkan Erina, mahasiswi terbodoh di kampus ini. Bagaimana bisa aku mempresentasikan itu? Tulisannya seperti bahasa alien pula.

"Saya saja, Pak! Arabelle sejak tadi juga tak enak badan, ia tak sedang beralasan, kok," ujar seorang laki-laki di belakangku.

Aku melirik ke belakang. Hanya ia yang membantu dan mengobrol denganku sedari tadi. Sesungguhnya aku hanya berdalih pada dosen, namun ia membantuku. Aku tersenyum tipis padanya.

"Baiklah, Anala yang presentasikannya. Silakan maju!" Dosen mempercayai perkataan Anala, laki-laki di belakangku.

Flashback End

Aku menghela napas, untung saja Anala yang presentasikannya tadi. Aku sudah panik, dan ia membantuku. Syukurlah.

Aku berjalan ke kantin, hampir semua orang menatapku. Aku jadi canggung, apakah karena aku seorang aktris? Jadi begini rasanya menjadi pusat perhatian. Menjadi Arabelle sangat menyenangkan ternyata.

Ketika semua orang menatapku, tatapanku teralih pada dua orang yang sedang bercanda ria. Mereka terlihat bahagia dengan senyuman merekah.

"Barra? Dengan tubuh asliku, Erina?" gumamku seraya menatap lekat mereka.

Namun, mengapa ... hatiku sedikit panas melihat mereka berdua? Aku tak suka mereka begitu dekat.

Regretted Hope [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang