Chap.13

214 35 7
                                    

Nara menutup pintu rumahnya. Ingatannya terus memutar kejadian siang tadi, seperti memori.

"Knp kau malah menyamakan dirimu dengan lumine?"

Suara xiao yg marah dan membentak padanya siang tadi masih terus berdengung dikepalanya. Sembari berjalan, ia melepas jaket dan menaruhnya digantungan.

"Kau dan lumine berbeda, nara"

"Apa? Kita sama! Bahkan dia jauh lebih kuat dariku! Kenapa–"
"Ini bukan masalah kuat atau lemahnya!"

Air hangat membasahi seluruh tubuh nara. Tangannya sibuk menggosok tubuhnya hingga bersih.

"Lalu apa? Masalah baik hati? Apa kau masih tidak bisa melihat hatiku?"

"Aku tak akan bisa melihat hatimu jika kau seperti ini, nara"

Nara terduduk. Air hangat terus membasahi tubuhnya, kakinya sudah tak kuat untuk sekedar menahan berat tubuhnya.

Ia terisak. Kembali menangis, beruntungnya suara air menutupi suara tangisannya.

N

ara kemudian keluar dari kamar mandi. Mengusap rambutnya yg basah kemudian menyisirnya. Merasakan bahwa rambutnya tak selembut beberapa bulan kemarin.

Tiba-tiba seseorang menarik rambut nara dari belakang, melempar gadis itu hingga terbentur dinding.

"Apa yg kau lakukan pada si pengembara itu?" Suara lelaki dan derap langkah yg berjalan mendekati tungkai nara.

"Aku sudah menunggumu, pangeran" jawab nara. Memang sekarang dia sedang sedih, tetapi didepannya sekarang ada musuh yg sangat kuat.

Samar-samar nara melihat rambut pirang yg dikepang lelaku tersebut. Dengan cepat lelaki tersebut mencekik nara.

"sentuh dia atau kau akan tiada" ancam lelaki tersebut.

"Tch, A-ku mana... Sudi menyen–tuh nya" tak suka dengan jawaban nara, pria tersebut kembali melempar nara hingga gadis itu menabrak sisi dinding yg lainnya.

"Urus dia" ucap sang pria sebelum akhirnya ia meninggalkan nara lewat teleport.

Sang hydro abyss mage mengangguk, dengan cepat menyerang nara, tetapi gadis tersebut berhasil menangkis serangannya.

"Tch, dia tau elemenku hydro" gumam nara kesal.

Ia tak bisa meminta bantuan zhongli dan venti karena sudah pasti rumahnya akan hancur. Ia juga tak bisa keluar dari rumah karena nanti akan membuat warga liyue dalam bahaya.

Satu-satu nya cara adalah menggunakan alat yg ia dapatkan dari childe beberapa waktu yg lalu.

"Aku beruntung ruang tamuku cukup luas" nara dengan sigap mengambil delusion miliknya yg ia dapatkan dari childe beberapa waktu lalu.

Ia kemudian mengaktifkan delusion tersebut, membuat polearm miliknya diselimuti hawa dingin.

"Sejujurnya aku ingin menjadikan alat ini sebagai bunuh diriku, tapi yasudahlah" nara dengan cepat menerjang kearah hydro abyss mage.

Gadis tersebut terus membekukan sang abyss mage hingga shield miliknya pecah.

"Selamat tinggal" nara menusukkan polearm nya dijantung sang abyss mage.

Mayat sang abyss mage berubah menjadi abu dan menghilang. Nara menyimpan polearmnya dan me-nonaktifkan delusion miliknya.

Nafas gadis tersebut terengah-engah. Ia harus kuat menahan rasa sakit yg ada dijantungnya. Delusion terlalu kuat untuk tubuhnya, tetapi jika ia bisa memanfaatkannya dengan benar, itu akan menjadi senjata untuknya.

"Sakit"

Nara tersungkur dilantai ruang tamu miliknya. Tangannya terus mencengkram pakaiannya. Memberi dorongan pada jantungnya.

Samar-samar bayangan seorang pria berdiri dihadapan nara. Membawa sebuah polearm. Tatapannya cukup dingin pada nara.

"Siapa...? Tolong... Sakit..."

Tangan kanan nara memegang kaki pria tersebut. Berharap diselamatkan, sebelum akhirnya gadis tersebut kehilangan kesadarannya.

***

Nara terdiam. Ia berada ditempat putih dengan sebuah meja dan dua kursi didekatnya. Reflek, nara kemudian mendekatinya dan duduk disana.

Bayangan guizhong muncul disamping kanannya, dan disusul dengan kemunculan staritsa yg duduk di kursi seberangnya.

"Bagaimana delusion buatanku?" Tanya staritsa.

"Kuat, tapi menyakitkan" jawab nara.

"Maafkan aku jika itu terlalu menyakitkan bagimu" ucap staritsa sedikit merasa bersalah.

"Tak apa, lagipula memang salahku menggunakannya saat aku tau itu berbahaya untukku"

"Tapi, jika kau sudah berada disini, itu artinya tubuhmu bisa melawannya" ucap staritsa cukup senang.

"Knp begitu?"

"Karena ini adalah tempat manusia tidak hidup dan juga tidak mati"

Nara terdiam. Jadi begitu... Dia bisa memilih apakah ia akan melanjutkan hidupnya atau pergi meninggalkan dunia.

"Yah, aku tau kau akan melanjutkan hidupmu" jawab guizhong dengan senyuman manis terukir disana.

3 kursi lainnya tiba-tiba muncul. Zhongli, venti dan baal tiba-tiba muncul dan duduk dikursi tersebut.

"Knp kalian ada disini?" Tanya nara.

"Menjaga tubuhmu saja tidak cukup nara" jawab zhongli sembari meminum osmanthus wine miliknya.

"Benar! Kami juga harus menjaga jiwamu!" Ucap venti sembari menuangkan dandelion wine kedalam gelasnya.

"Anak gadisku, apa kau mau aku membunuh lumine?" Tanya baal sembari menyerahkan segelas sake pada nara.

"Tidak, itu berlebihan, lagipula aku sudah memiliki teman baik seperti kalian, itu sudah cukup" senyuman manis terukir diwajah nara, sembari menerima sake yg disodorkan oleh baal.

"Baiklah, ayo merayakan nara yg sudah bertambah kuat ini!"

"Hei, hei, bukankah aku memang sudah kuat?"

"Kamu bisa belajar teknik baru polearm dariku nara, tentu saja jika kau bisa melewati badai petir milikku"

"Bukankah kemarin aku sudah?"

Mereka tertawa bersama. Nara meneguk sake miliknya sebelum akhirnya berdiri dari duduknya.

"Yah, minum bersama tak harus merayakan sesuatu bukan?" Tanya nara sambil mengangkat gelas miliknya.

"Aku tau ini tak sopan, tapi mari bersulang" semuanya berdiri dan bersulang bersama nara.

Star -XiaoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang